Beranda / Pendekar / Pendekar Tengil / Bab 78: Indra vs Abad (part 3)

Share

Bab 78: Indra vs Abad (part 3)

Penulis: Jajaka
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Hihihi.. tapi kalau begitu nanti dia sengsara,” pikir Indra lagi yang kini mengalihkan pandangannya kepada Abad kembali.

“Kenapa? Apa kau takut?” tanya Abad.

“Cuh..” Indra meludahkan darah dari mulutnya lalu tersenyum kepada Abad.

“Jujur saja aku bosan dengan cara seperti ini, kenapa kita tidak bertarung seperti biasa saja?” jawab Indra.

“Dia tidak termakan umpan Abad rupanya,” batin Saptabira.

“Sayang sekali, aku pikir kau cukup berani untuk beradu ketahanan tubuh denganku,” ucap Abad.

“Hihihi.. bukannya aku tidak berani, tapi akan membosankan bagi yang melihat pertarungan kita jika terus berlangsung seperti ini,” tutur Indra.

“Lagipula aku bermaksud mencari pengalaman dengan melawan berbagai ilmu silat yang ada di Kerajaan Galuh ini,” sambung Indra.

“Begitu ya, jika memang itu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Tengil   Bab 79: Gerakan Silat Tingkat Tinggi, Sagarasewu

    Abad segera menundukan tubuhnya jauh ke bawah karena sejak tadi dia sudah melihat pergerakan tangan kanan Indra, tapi sejak awal Indra memang sengaja melakukannya untuk memancing pergerakan Abad. Ayunan tangan kanan Indra tidaklah cepat dan kuat sebab sejak awal dia tidak berencana memukul Abad, hanya dalam sekejap mata saat Abad menundukan tubuhnya ke bawah, tangan kanan Indra berayun cepat ke bawah dengan kepalan tangan terbuka membentuk totokan dengan jari tangan dan jari tengahnya.‘Deukh’Dengan telak totokan Indra berhasil mengenai titik saraf di leher Abad, sontak seketika itu juga pandangan Abad langsung buram seiring dengan tubuhnya yang serasa lemas tak berdaya. Tanpa menunggu waktu lama tubuh Abad langsung tumbang ambruk ke tanah dan tidak sadarkan diri. Sontak semua orang yang menyaksikan hal itu terkejut bukan main sebab mereka tidak menyangka kalau Indra akan mengubah pergerakannya seperti itu.“Kelihatannya pemu

  • Pendekar Tengil   Bab 80: Indra vs Banara (part 1)

    “Hihihi.. ini mah sudah mustahil untuk dilawan,” gumam Indra saat melihat kerikil yang terus beterbangan di sekitar tubuh Banara karena terangkat oleh tekanan tenaga dalamnya yang luar biasa.“Aku harap kau juga tidak menahan diri dengan tidak menggunakan gerakan pancatunggal,” tutur Banata seraya menatap Indra dengan tajam.“Hihihi.. kalau bisa, aku sudah pasti menggunakannya sih,” ujar Indra pelan.“Sayangnya aku tidak akan menggunakannya,” jawab Indra seakan-akan dia memang bisa menggunakannya.“Kau meremehkanku?” tanya Banara.“Hihihi.. tidak juga, aku hanya penasaran seberapa jauh aku mampu bertahan melawanmu tanpa menggunakannya,” jawab Indra.“Kalau begitu, kau pasti akan menyesalinya,” tutur Banara.Indra hanya tersenyum saja menanggapinya, dia saat itu juga segera menggunakan ajian wedas raga untuk mem

  • Pendekar Tengil   Bab 81: Indra vs Banara (part 2)

    Tubuh Indra terpental jauh hingga berguling-guling di tanah, wujudnya kembali terlihat jelas sesaat sebelum punggungnya menghantam batang pohon yang ada di belakangnya. Dari raut wajahnya terlihat jelas dia merasakan sakit yang luar biasa, dari hidung dan tepi bibirnya darah mulai mengalir keluar. Sementara itu tulang di tangan kanannya terasa bergeser karena benturan keras yang terjadi.‘Krek’“Aduh,” pekik Indra tertahan saat dia membetulkan posisi tulang tangan kanannya yang bergeser sedikit.“Ini mah jelas bukan tandinganku, padahal tadi aku sudah menggunakan ajian wedas raga untuk memperkuat tubuhku,” pikir Indra sambil berdiri lagi, tangan kanannya masih serasa sakit.“Ini benar-benar luar biasa, tidak sia-sia aku memutuskan untuk datang ke Kerajaan Galuh,” ujar Indra sembari tersenyum.Sementara itu Banara di kejauhan terlihat masih berdiri tanpa memasang kuda-kuda

  • Pendekar Tengil   Rekomendasi Novel Pendekar yang Berhubungan Dengan Novel Pendekar Tengil

    Selamat siang sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Saya mohon maaf karena belum bisa update maksimal novel Pendekar Tengil setiap harinya. Alasannya sama seperti yang saya tulis di catatan sebelumnya. Saya juga sangat berterima kasih kepada sobat semua yang senantiasa bersedia menunggu update dari saya dan memaklumi segala kekurangannya. Saya juga berterima kasih atas dukungan sobat semuanya selama ini, baik yang sudah membaca karya saya atau yang sudah mengirimkan gemnya. Saya akan mengusahakan yang terbaik dari setiap karya saya meski tidak bisa update maksimal. Jika sobat merasa bosan sambil menunggu update saya, kali ini saya akan rekomendasikan novel pendekar yang tidak kalah serunya dan masih ada hubungannya dengan novel Pendekar Tengil ini. Novel Jawara Novel ini berkisah tentang Kerajaan Galuh dan para pendekar yang hidup di sana. Di novel ini sobat semuanya bisa mengetahui sendiri bagaimana keh

  • Pendekar Tengil   Bab 82: Pamit dari Sastrabuana (part 1)

    Saptabira secara resmi mengakhiri latih tanding. Para murid Sastrabuana yang lain segera membubarkan diri, sementara itu Banara membawa Indra ke pendopo untuk beristirahat. Sinta dan putranya segera kembali ke kediamannya setelah latih tanding selesai, sementara itu Mira yang tadi pergi membawa Ajinata kini kembali datang ke sana.“Banara, tolong berikan Indra ramuan untuk menyembuhkan tangannya. Aku akan menemui Mahaguru sebentar,” tutur Saptabira seraya beranjak pergi.“Tunggu sebentar di sini,” kata Banara kepada Indra sebelum dia pergi untuk membawakan ramuan yang Saptabira maksud.“Sudah selesai Kang?” tanya Mira setelah sampai di pendopo, dia terlihat agak kecewa karena tidak keburu melihat pertarungan Indra.“Sudah Nyi, nih tangan saya sampai seperti ini,” jawab Indra sembari menoleh ke tangan kanannya yang masih belum bisa dia gerakan sepenuhnya.“Sayang sek

  • Pendekar Tengil   Bab 83: Pamit dari Sastrabuana (part 2)

    “Maafkan saya Kang, bukannya tidak ingin menginap di Sastrabuana. Tapi saya sudah berniat untuk segera melanjutkan perjalanan, mungkin lain kali saja saya menginap di sini,” jawab Indra.“Sayang sekali, padahal aku sudah mau meminta Saptabira dan Banara untuk menyiapkan jamuan untukmu malam ini Indra,” ucap Dasanata.“Mohon maaf Mahaguru, tidak usah repot-repot. Mungkin lain kali saja,” kata Indra dengan penuh hormat.“Baiklah. Jika memang itu keputusanmu, apa boleh buat. Aku hanya menitip pesan agar kau berhati-hati saja di perjalanan nanti,” tutur Dasanata.“Terlebih setelah di Linggabuana, sebab Mahaguru Kusuma Galuh adalah tipe orang yang selalu berhati-hati,” sambung Dasanata, tentunya Indra paham maksud Dasanata tersebut yang pasti berkaitan dengan ajian gelap ngampar yang dikuasai olehnya.“Terima kasih banyak Mahaguru. Saya sangat senang bisa sin

  • Pendekar Tengil   Bab 84: Dua Bandit yang Malang (part 1)

    Indra berlari menuju asal suara rintihan minta tolong yang dia dengar, setelah semakin dekat kali ini dia mendengar suara jeritan wanita yang tengah kesakitan. Tampak jelas di hadapannya kini dua orang pria tengah tertawa puas sementara tak jauh darinya ada seorang wanita yang terluka tergeletak di tanah. Tubuhnya terlihat bergetar sementara di sekujur tubuhnya penuh luka-luka yang mengeluarkan darah.“Hahaha.. kau pikir bisa kabur begitu saja hah,” bentak seorang pria dewasa diiringi gelak tawa.“Gara-gara kau, kami harus repot-repot masuk ke hutan seperti ini!” timpal seorang pria lainnya seraya menendang pinggang wanita yang sudah tidak berdaya itu.“To-long,” kini rintihan wanita itu terdengar semakin lemah, tangannya mulai bergerak seakan hendak merangkak menjauhi dua pria sangar di dekatnya. Deraian airmata yang sejak tadi mengalir di pipinya kini mulai bercampur dengan darah yang menetes dari luka di k

  • Pendekar Tengil   Bab 85: Dua Bandit yang Malang (part 2)

    “Apa urusannya denganmu hah? Mau baik atau buruk terserah kami dong!” tegas seorang pria.“Hamh.. itulah alasan mengapa semakin banyak orang jahat di dunia ini,” tukas Indra seraya menghela nafas dalam.“Jika baik dan buruknya kalian hanya untuk kalian sendiri ya tidak masalah kalian ngomong begitu juga, tapi akan jadi masalah jika sampai melibatkan orang lain! Lihatlah apa yang kalian lakukan kepada seorang wanita tak berdaya sepertinya, kalian tidak pantas untuk dibiarkan begitu saja, kalian adalah contoh buruk di dunia ini. Dalam pandanganku, kalian tidak pantas untuk hidup,” jelas Indra.“Hahaha.. dia mendadak sok baik,” kata seorang pria di hadapan Indra sambil tertawa terbahak-bahak.“Dasar sok baik, kayak nggak pernah berbuat kejahatan saja kau,” timpal pria lainnya.“Hihihi.. kata-kata yang kalian ucapkan barusan hanya dikatakan oleh orang yang j

Bab terbaru

  • Pendekar Tengil   Penutup

    Selamat siang sobat semuanya. Mudah-mudahan sobat semua dalam keadaan sehat selalu. Novel Pendekar Tengil di Tanah Para Jawara akhirnya tamat juga. Cerita novel ini hanyalah fiktif belaka. Karena masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mungkin masih ada beberapa misteri yang belum terungkap di novel ini karena masih berhubungan dengan Novel Jawara, jadi di sana ada jawabannya. Jika di sana tidak menemukan jawabannya maka bisa request ke saya di media sosial tentang jawabannya. Saya ucapkan terima kasih banyak kepada sobat semua yang sudah mendukung saya selama ini. Semoga support yang telah sobat berikan kepada saya nanti akan mendapatkan balasan yang berkali-kali lipatnya. Mungkin untuk sementara saya tidak akan membuat novel baru di GN dulu, jika ingin tahu perkembangan karya lama atau karya baru saya selanjutnya silahkan ikuti media sosial saya di bawah. Sampai jumpa lagi. Igagram: @jajakareal Fanebuk: jalanfantasy Yoshzube:

  • Pendekar Tengil   Bab 137: Sampai di Kampung Halaman

    Waktu berlalu dengan cepat. Dalam jangka waktu tiga hari tiga malam saja Indra sudah sampai di Desa Kowala. Dia juga tak lupa menyempatkan waktu untuk singgah di kediaman Badra dan Surti. Setelah menginap satu malam di sana, Indra kembali melanjutkan perjalanannya ke tepi pantai guna mencari nelayan yang bersedia membawanya ke kapal yang hendak pergi ke Kerajaan Panjalu.Tanpa perlu kesulitan Indra berhasil menumpang di kapal yang pergi menuju ke Kerajaan Panjalu. Dua hari dua malam lebih yang dibutuhkan oleh kapal untuk sampai ke Dermaga Nanggala. Dari Nanggala, Indra bergegas segera pergi ke Kadipaten Mandala untuk singgah di Desa Panungtungan sekalian berziarah ke pusara Braja Ekalawya dan Lingga.Dalam waktu kurang dari tiga hari saja Indra sudah sampai ke Desa Panungtungan, rasa gembira bisa langsung dia rasakan. Risau dan cemas yang sempat terlintas saat dia di Perguruan Jatibuana kini sudah terlupakan. Indra buru-buru pergi ke Pasir Gede untuk menziarahi pusara Braja Ekalawya,

  • Pendekar Tengil   Bab 136: Kejanggalan di Perguruan Jatibuana

    Tak lama kemudian muri Jatibuana yang tadi pergi meninggalkan Indra sudah kembali lagi. Dia mengatakan bahwa Mahaguru Waluya bersedia bertemu dengan Indra. Saat itu juga Indra dan dua murid Pancabuana lainnya segera pergi menuju Perguruan Jatibuana. Suara ramai murid yang latihan mulai terdengar dari kejauhan, rasanya suaranya jelas lebih ramai dibandingkan saat dulu Indra datang ke Jatibuana.Setelah sampai di area perguruan, tampak ada puluhan pendekar sedang berlatih gerakan silat di halaman perguruan. Saat melihatnya Indra tersentak kaget sebab tidak hanya ada satu atau dua orang saja pendekar yang pernah dia lihat sebelumnya, kebanyakan pendekar lainnya sama sekali belum pernah Indra lihat. Saat Indra datang tampak semua pendekar mengalihkan pandangannya kepada Indra. Sementara itu di pendopo perguruan terlihat Mahaguru Waluya sedang duduk bersila bersama dengan Darga.“Silahkan temui Mahaguru di sana,” tukas dua pendekar yang mengantar Indra, mereka berdua segera pergi lagi ke d

  • Pendekar Tengil   Bab 135: Sampai di Jatibuana Dalam Sekejap

    “Itu mustahil. Aku belum pernah ke Paguron Jatibuana. Aku hanya bisa sampai ke kaki Gunung Jatibuana saja,” potong Laila.“Itu sudah bagus. Lagipula Indra kelihatannya tidak akan keberatan jika diantar sampai ke sana,” kata Purnakala.“Eh? Sebenarnya apa yang kalian maksud sejak tadi?” tanya Indra yang masih kebingungan dengan percakapan dua anggota Balapoetra Galuh tersebut.‘Set’‘Tap’Tiba-tiba saja secepat kilat Laila melayangkan tangan kanannya mengincar leher Indra, namun kemampuan Indra sudah meningkat pesat jika dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Dia dengan mudah menangkap tangan Laila menggunakan tangan kirinya.“Ada apa ini?” tanya Indra dengan waspada.“Cih, gesit juga,” gerutu Laila.‘Beukh’“Heukh..” pekik Indra. Tanpa dia sadari Purnakala sudah menotok lehernya dari belakang, sontak saja tubuh Indra menjadi lemas, pandangannya juga samar-samar mulai kabur.“Maafkan aku Indra, ini adalah bagian dari perjanjianku,” terdengar suara Purnakala pelan.“Kenapa?” batin Indra

  • Pendekar Tengil   Bab 134: Pamit dari Pancabuana

    Malam itu semua murid Perguruan Pancabuana tampak senang karena sudah lama sekali mereka tidak mengadakan jamuan seperti itu. Indra sendiri merasa lega karena malam ini kemungkinan adalah malam terakhir dia menginap di Pancabuana. Setelah selesai makan, Indra juga tidak langsung tidur dan memilih untuk mengobrol bersama dengan Dewa dan murid Pancabuana lainnya.Esok paginya. Setelah selesai sarapan Indra langsung pergi ke kediaman Mahaguru Adiyaksa guna berpamitan. Kali ini di sana juga sudah ada Purnakala dan Jaka yang seakan sudah menunggu kedatangan Indra. Saat itulah Mahaguru Adiyaksa memberikan wejangan untuk terakhir kalinya kepada Indra, dia juga meminta Indra untuk mengamalkan ilmu yang dia dapat di Pancabuana dalam jalan yang benar.“Aku juga tidak keberatan jika kau mengajarkan ajian gelap ngampar yang kau kuasai itu kepada muridmu kelak, tapi kau harus berhati-hati agar kau tidak salah dalam memilih murid yang ingin kau ajari ajian terlarang itu. Sebab kau akan bertanggung

  • Pendekar Tengil   Bab 133: Akhir Masa Perjanjian (part 2)

    “Saya juga sudah berniat untuk mengambil jalan pintas saja Mahaguru, soalnya kalau berputar seperti jalan awal saya ke sini mana mungkin cukup satu atau dua bulanan. Kalau begitu saya akan menunggu sampai Purnakala pulang saja,” ucap Indra sembari tersenyum.Indra kemudian pamit dari kediaman Mahaguru Adiyaksa. Dia memutuskan untuk menunggu sampai satu minggu lagi, lagipula sebisa mungkin dia juga ingin pamit dulu kepada Purnakala. Tapi jika Purnakala tidak kunjung pulang maka mau tidak mau dia akan langsung pamit saja tanpa menunggu Purnakala dulu.“Padahal aku juga berharap bisa bertemu dengan kang Raka Adiyaksa, tapi tampaknya aku tidak akan bertemu dengannya di sini,” batin Indra. Selama hampir dua tahunan ini dia berguru di Pancabuana, dia belum pernah juga bertemu dengan Raka Adiyaksa.***Hari kembali berlalu sejak Indra berniat meminta izin meninggalkan Pancabuana dari Mahaguru Adiyaksa, lima hari sudah Indra kembali menjalani aktifitasnya di Perguruan Pancabuana. Hari keenamn

  • Pendekar Tengil   Bab 132: Akhir Masa Perjanjian (part 1)

    Hari berganti hari sejak Indra secara resmi menjadi murid Perguruan Pancabuana. Dia berlatih dengan giat demi menyempurnakan gerakan silat serta ilmu kanuragan miliknya. Tentunya dia tidak terlalu kesulitan untuk menyesuaikan latihan dengan murid-murid lainnya, sebab sejak awal dia sudah memiliki dasarnya yang dia dapatkan dari Maung Lara.Waktu terus berlalu dengan cepat, minggu berganti minggu dan bulan berganti bulan. Tanpa terasa satu tahun lebih sudah Indra berada di Perguruan Pancabuana. Hampir dua tahun sudah dia berada di Kerajaan Galuh meninggalkan Kerajaan Panjalu. Murid Perguruan Pancabuana yang jumlahnya dulu hanya sepuluh orang dengan dirinya kini kedatangan empat murid baru, dua murid laki-laki yang bernama Taryana dan Pala serta dua lainnya adalah murid perempuan.Kini jumlah murid Perguruan Pancabuana berjumlah sebelas orang karena ada tiga orang yang memutuskan keluar dari perguruan. Dua murid laki-laki yang memutuskan untuk meninggalkan perguruan dan mengembara di du

  • Pendekar Tengil   Bab 131: Akhir Ujian Pancabuana (part 2)

    “Apakah tidak ada cara lain yang bisa saya lakukan agar Indra bisa menjadi murid di sini?” tanya Jaka dengan raut wajah serius.“Tidak ada. Dalam ujian ini dia harus bergantung kepada dirinya sendiri, entah itu pemikirannya atau keberuntungannya,” tegas Adiyaksa.“Yahuuu! Huaaaahh!” tiba-tiba saja dari kejauhan samar-samar suara Indra berteriak kencang.“Apakah dia sudah mengerti petunjuk yang aku berikan?” batin Jaka sambil berdiri menatap ke arah suara terdengar.Mendengar suara teriakan Indra seperti itu mendadak para murid pria keluar dari pondoknya dengan tatapan bingung, para murid wanita yang berada di pondok yang berbeda juga segera keluar menuju ke halaman perguruan. Adiyaksa sendiri segera berdiri dengan mengerutkan keningnya, baginya suara teriakan Indra tersebut tidak seperti orang yang akan menyerah dalam ujian.Semua orang yang ada di Perguruan Pancabuana kini berdiri menatap ke arah asal suara teriakan Indra. Tak lama kemudian semilir angin pagi mulai berhembus, dari ke

  • Pendekar Tengil   Bab 130: Akhir Ujian Pancabuana (part 1)

    “Mira, apakah jika kau ada di posisiku saat ini kau bisa memikirkan cara lain?” batin Indra seraya membayangkan wajah pujaan hatinya.“Hmmh..” Indra menghela nafas panjang sambil bangkit dan menatap permukaan sungai.Semakin lama Indra berpikir semakin pusing dia dibuatnya, karena itulah Indra memilih untuk segera turun lagi ke sungai guna mencari batu yang dilemparkan Mahaguru Adiyaksa. Berpikir diam saja juga rasanya tidak akan membuahkan hasil. Indra terus menyusuri dasar sungai sesuai tanda yang telah dia buat di tepi sungai menggunakan bambu.Hari demi hari terus berlalu, Indra terus menyisir dasar sungai membolak balik batu yang dia lihat di dalamnya. Tanda yang dia buat di tepi sungai semakin lama semakin jauh dari tempat awal dia membuat tanda. Dia tidak bisa memikirkan cara lain yang lebih efektif untuk menemukan batu yang dia cari, karena itulah dia terus menggunakan cara yang sejak awal mampu dia pikirkan.Tanpa terasa enam hari sudah berlalu sejak dia pertama kali mencari

DMCA.com Protection Status