“Aku suka semangatmu!” Sima Honglian memulaskan senyuman ketika membalas Nona Sheng.“Kupastikan kau yang akan kalah setelah ini!” Nona Sheng menatap tajam ke saingannya.Sima Honglian menatapnya dengan ekspresi datar. Tapi sebelum dia menjawab, suara dari tribun menggema di seluruh arena:“Babak ketiga: pertarungan kekuatan elemen.”Yao Chen melipat kedua tangan di depan dada usai berseru menyatakan babak ketiga.Lalu dia menambahkan, “Karena kedua belah pihak telah menunjukkan kemampuan luar biasa dalam alkimia dan pemurnian senjata, maka babak akhir akan menguji inti pertarungan paling murni: penguasaan elemen.”Mata semua orang memandang ke arah panggung baru yang muncul dari bawah tanah arena utama—sebuah medan pertempuran datar dengan ukiran lima elemen besar di tengah: api, air, tanah, angin, dan petir.Desas-desus mulai merebak.“Ini medan elemen ....”“Jika bertarung di sini, kemungkinan Nona Sheng menang jadi besar. Dia memang terkenal sebagai pengendali elemen langit yang s
‘Lian Lian, ayo!’ seru Yao Chen di batinnya. ‘Aku percaya kau bisa menanganinya!’Yao Chen mengenal istrinya dengan baik, dan dia tak percaya kalau Nona Sheng bisa mengalahkan kekuatan elemen milik Sima Honglian.Tapi alih-alih menghindar, Sima Honglian menutup matanya.Api merah menyala di sekeliling tubuhnya, tapi bukan sembarang api. Api itu … bergerak seperti burung. Kepakan sayap energi merah keemasan mulai tampak, dan tubuh Honglian seakan diselimuti siluet Phoenix berukuran raksasa.“Api Phoenix Surgawi ... bentuk sejati.” katanya pelan.Ketika naga air-petir milik Nona Sheng meluncur ke arahnya, Sima Honglian mengangkat kedua tangannya ke langit.“Nyanyian Sayap Phoenix!”WHOOSH!Ledakan api dan angin meledak dari tubuhnya, membentuk gelombang kejut spiral yang meluncur seperti badai merah membara.Ketika naga Nona Sheng menabrak badai tersebut … itu hancur berkeping-keping, menguap menjadi uap air dan kilatan petir yang sirna di udara.“Tidak!” teriak Nona Sheng, yang mencoba
“Apa? Putri Suci juga ingin memberikan tantangan!” seru beberapa penonton.Semua mata membelalak.Nona Sheng tertegun. Itu jelas untuk dirinya karena Putri Suci menatap ke arahnya. “Tantangan apa?”Putri Suci tersenyum lembut, namun tatapannya menusuk.“Aku ingin menantangmu, Nona Sheng … untuk memperebutkan posisi istri kedua dari Yao Chen.”Arena pun mendadak hening membeku.Keheningan menusuk udara, seolah seluruh arena menahan napas.“Apa maksudnya ini? Putri Suci dari Sekte Istana Dewa ingin memperebutkan posisi istri kedua?” bisik para tetua yang duduk di podium kehormatan.Beberapa dari mereka bahkan saling berpandangan, bingung sekaligus terpukau.Nona Sheng menatap Putri Suci dengan wajah terbelalak. “Kau … ingin memperebutkan Gongsun Yichen dariku?”Putri Suci tetap tersenyum lembut, namun angin sepoi membawa wangi bunga dari pakaiannya, menyiratkan aura ilahi yang sulit dijelaskan.“Jika engkau menganggap dirimu layak berdiri di sisi Gongsun Yichen, maka izinkan aku membukt
“Chen, sepertinya Putri Suci menyukaimu,” goda Sima Honglian sambil menyodok pinggang suaminya dengan siku halusnya.Yao Chen yang sedang duduk di sampingnya langsung tersentak pelan. Wajahnya memerah, bukan karena malu bertarung, tapi karena sikap istri tercintanya yang mulai menggoda.Dia menghela napas dan menoleh, menatap wanita berbaju merah-hitam itu dengan senyum kaku.“L-Lian Lian … jangan bercanda seperti itu di saat genting begini,” bisiknya lirih.Sima Honglian menaikkan sebelah alis, tatapannya penuh selidik namun menggoda. “Jadi? Tidak ada rasa sama sekali pada wanita secantik dan seanggun itu?”“Tidak ada,” tegas Yao Chen. “Bagiku, hanya kau yang ada di hatiku.”Namun alih-alih tersentuh, Sima Honglian justru terkikik kecil, lalu bersandar pelan di bahunya. “Hanya aku yang ada di hatimu, sedangkan di tempat tidurmu akan ada banyak wanita, begitu bukan? Hi hi!”Yao Chen nyaris tersedak udara.“Itu bukan maksudku! Aku tak pernah menginginkan—maksudku, aku tak pernah berenc
“Seri,” gumam lirih Yao Chen.Sedangkan Nona Sheng tersenyum puas. Setidaknya dia tidak kalah dalam salah satu tantangan.Tepuk tangan bergema dari berbagai sisi. Pertandingan semakin panas.Sima Honglian menyeringai. “Lihat? Putri Suci tidak hanya cantik … tapi juga mematikan. Kau yakin tidak tertarik padanya, Chen?”Yao Chen menutup wajahnya dengan satu tangan. “Lian Lian … tolonglah .…”Sima Honglian hanya terkikik. “Tenang saja. Aku akan selalu jadi yang pertama. Tapi untuk tempat kedua … biarkan mereka bertarung habis-habisan.”Dia menoleh ke arena dengan tatapan tajam, terselubung api tenang yang selalu menyala dalam dirinya.“Lagipula … jika mereka ingin menjadi istrimu, setidaknya harus bisa melewati aku dulu. Bukankah demikian?” Ucapan dibalut senyuman dari Sima Honglian terlantun manis.Yao Chen tak berdaya jika istrinya sudah mulai mengeluarkan kata-kata menohok. Dia meringis canggung untuk merespon Sima Honglian.Sementara, di arena, angin berembus lembut, seolah turut men
BRAAKK!“Ughh!” Nona Sheng mengembuskan napas beratnya tanpa dia bisa cegah.Satu tebasan angin berhasil menembus dan melukai pundaknya. Namun Nona Sheng membalas dengan serangan air berputar yang mengejutkan Putri Suci.Putri Suci nyaris terlempar mundur sebelum dia mendarat dengan satu lutut, tetap anggun meski keringat mulai membasahi pelipisnya.“Hahh … haahh … kau tidak buruk, Putri Suci.” Nona Sheng berkata.Putri Suci menimpali, “Anda juga luar biasa, Nona Sheng. Fuuhh … hmmhh ….”Keduanya terengah-engah. Luka kecil mulai tampak di tubuh mereka, namun sorot mata mereka justru semakin menyala—dua pejuang wanita yang tidak ingin kalah.“Tapi jangan kau pikir aku akan mengalah!” seru Nona Sheng sembari melesat maju membawa kekuatan elemen yang besar. Bibirnya menyunggingkan senyum diagonal.“Jangan khawatir, Nona Sheng, karena aku juga tidak berencana mengalah.” Putri Suci menyahut disertai senyuman tipis. Dia tak ingin pasif dan mulai maju untuk menyongsong lawannya.Mereka menye
Nona Sheng mendengus kecil setelah mendengar ucapan Sima Honglian. Matanya berkilat, penuh dengan tekad dan sedikit ketidakpuasan yang ia sembunyikan di balik ekspresi ketusnya.“Hmph. Minggu depan, ya? Kuharap pria itu sadar betapa beruntungnya dia.”Putri Suci, yang duduk dengan tenang, hanya tersenyum tipis sebelum berkata, “Tentu saja, dia tahu. Hanya saja, aku ragu dia siap menghadapi kita bertiga.”Sima Honglian terkekeh, menikmati percakapan ini. “Oh, aku yakin Chen—ah, atau lebih tepatnya, Gongsun Yichen—sudah mulai menyadari konsekuensi dari keputusannya. Apa kalian tidak melihat wajahnya saat di tribun tadi? Tatapannya seperti seseorang yang bertanya-tanya apakah ia akan hidup lebih lama atau mati lebih cepat.”Putri Suci menutup bibirnya dengan tangan, menahan tawa. “Setidaknya, dia pria yang bertanggung jawab.”“Dan kuat.” Nona Sheng menambahkan dengan nada menegaskan. “Aku tidak akan menikah dengan pria yang lemah.”Sima Honglian mengangguk setuju. “Tentu saja. Itu sebabn
“Istri yang kuinginkan untuk menemaniku malam ini ….” Yao Chen menelan ludahnya pelan.Tatapan Gongsun Huojun yang penuh selidik membuatnya semakin canggung. Dia melirik tiga istrinya yang berdiri anggun dalam balutan gaun pengantin merah.Yao Chen gelisah dan membatin, ‘Ya ampun, bisakah aku bersama Lian Lian saja? Aku butuh bersama Lian Lian.’Di hatinya, dia lebih menginginkan bersama Sima Honglian ketimbang dua lainnya karena dia lebih terbiasa dan nyaman dengan sang istri pertama.Selain itu, cintanya sudah habis pada Sima Honglian.Sementara, Sima Honglian dengan senyum menggoda dan tatapan yang penuh pengalaman, berdiri santai dengan anggun.Putri Suci menunduk malu, namun aura bangsawannya tetap memancarkan keanggunan.Sedangkan Nona Sheng, meskipun tersipu, tetap mempertahankan sikapnya yang sedikit arogan, seperti enggan mengakui kegugupannya.“Jadi? Pilihanmu, Chen’er?” Gongsun Huojun kembali bertanya, jelas menikmati kesulitan yang dihadapi Yao Chen.Yao Chen menarik napas
“Di mana dia sekarang?”Yao Chen berdiri, api perlahan menyala di matanya.Bo Qian ragu-ragu. “Desas-desus terakhir ... dia terlihat di reruntuhan Kota Hitam — perbatasan gurun dan rawa kematian.”Yao Chen mengangguk. Langkahnya terasa lebih berat, tapi niatnya lebih kuat dari sebelumnya.“Aku akan ke sana,” ucapnya. “Aku akan menemukan kebenaran. Dan aku akan membuat Kaisar Iblis Langit berlutut ... di bawah pedangku!”Langit kota Oasis Besar mulai berubah jingga. Angin gurun kembali berdesir ... menyambut perjalanan baru yang jauh lebih berbahaya.“Anda yakin hendak ke sana?” tanya Putri Suci.Ada pijar cemas dalam matanya.Yao Chen mengangguk yakin. “Aku harus mendapatkan informasi sebanyak mungkin.”Malam mulai turun ketika Yao Chen dan Putri Suci tiba di tepi Kota Hitam — sebuah kota mati, penuh reruntuhan dan aura kematian yang begitu kental.Dinding runtuh, menara patah, dan batu-batu hitam berserakan seperti kuburan raksasa.“Berhati-hatilah, Putra Suci,” bisik Putri Suci, mer
“Aku yakin mereka baik-baik saja, Putra Suci.” Suara lembut Putri Suci mengalun. “Mereka wanita kuat dan cerdas, takkan terjadi hal buruk pada mereka. Anda bisa tenang.”Yao Chen tau Putri Suci hanya sedang menghiburnya agar dia tenang. Dia mengangguk dan berharap dua istri lainnya benar-benar dalam situasi yang baik.Mentari gurun menyinari hamparan emas yang tiada berujung. Kafilah bergerak perlahan di tengah suhu yang menyengat, roda-roda kayu berderit, dan langkah unta roh membentuk irama lelah yang konsisten.Di atas sebuah kereta utama, Yao Chen duduk bersila dengan mata terpejam, namun aura yang keluar dari tubuhnya masih belum stabil.Di sampingnya, Putri Suci duduk dalam diam, sesekali melirik Yao Chen dengan rasa prihatin.‘Semenjak mendengar tentang kehancuran Tanah Suci Istana Dewa, Putra Suci berubah. Tatapannya semakin dalam, ucapannya lebih hemat, dan energi spiritual dalam tubuhnya... semakin ganas. Seolah setiap helaan nafasnya menyimpan ledakan kemarahan yang terbung
“Pu-Putra Suci?” Salah satu dari rombongan caravan itu terkesiap. Matanya membelalak, seakan tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Apakah kalian ... berasal dari sekte besar?”Suasana sekitar mendadak sunyi. Hanya desiran angin gurun yang terdengar, membawa debu dan serpihan pertempuran.Sementara itu, sisa-sisa gerombolan perampok gurun yang menyaksikan jatuhnya Jin Ying Shi Yao langsung ketakutan.Tanpa komando, mereka melarikan diri, seperti anjing liar yang baru kehilangan induknya.Yao Chen menarik napas berat. Dia tau, menyembunyikan identitas lebih lama hanya akan menimbulkan lebih banyak kecurigaan.Dengan suara parau namun tegas, dia berkata, “Aku Gongsun YiChen ... Putra Suci dari Tanah Suci Istana Dewa.” Tak lupa dia menangkupkan salam sojanya.“Wuaaahhh!”Seakan badai kecil meledak di antara kerumunan caravan.“Apa?!”“Tidak mungkin! Bukankah Tanah Suci Istana Dewa sudah—”“Tunggu, bukankah seluruh Tanah Suci itu dihancurkan beberapa bulan lalu?!”Bisik-bisik panik ber
“Manusia sombong!” teriak Jin Ying Shi Yao.DUARRR!!Benturan kembali terjadi. Jin Ying Shi Yao menerjang seperti meteor, cakarnya membelah ruang, memancarkan gelombang energi hitam keunguan yang brutal.Yao Chen melompat menghindar, mengerahkan Teknik Langkah Hantu dan hukum ruang seoptimal mungkin, menciptakan jejak ilusi di belakangnya untuk mengecoh lawan.CRASSSHH!!Tanah tempat Yao Chen berdiri sebelumnya meledak, membentuk kawah besar. Batu-batu beterbangan, badai pasir kembali mengamuk liar.Jin Ying Shi Yao tak memberi jeda. Dia mengaum keras, lalu menghantamkan kedua cakarnya bersamaan, menciptakan dua gelombang energi berbentuk singa hitam raksasa yang melesat mengejar Yao Chen dari dua arah."Mengerikan!" gumam Yao Chen. Namun dia tak gentar.Dengan pedang merah di tangan, Yao Chen meluncur maju, tubuhnya dikelilingi api, petir, tanah, angin, dan air sekaligus.Dia berputar di udara, menciptakan pusaran lima elemen untuk menahan serangan itu.BRAKKK!Gelombang energi berta
“Ayo!” seru Yao Chen sambil mempersiapkan serangannya.Suasana berubah mencekam. Jin Ying Shi Yao, si Panglima Gurun, mengepakan sayap elang raksasanya, membuat badai pasir mengamuk di sekitar mereka.Tubuhnya yang kekar, kepala singanya yang ganas, dan mata kuning menyala itu benar-benar memancarkan aura buas.Yao Chen mengencangkan cengkeraman pada pedang merahnya, napasnya berat."Dia ... tingkat 14 awal!" desis Yao Chen dalam hati. "Bahkan lebih kuat dari banyak tetua sekte!"BUUUMM!Jin Ying Shi Yao menerjang, cakarnya mengoyak udara, mengarah ke dada Yao Chen. Kecepatan dan kekuatannya membuat tanah bergetar.CLANG!Yao Chen menangkis, namun terpental mundur sejauh belasan langkah. Tanah di sekitarnya retak, debu berhamburan."Anak kecil! Berani menghalangi Panglima Gurun?!" Jin Ying Shi Yao meraung. Suaranya bergemuruh seperti guruh di tengah badai.Yao Chen mengertakkan gigi. Darah dalam tubuhnya bergolak. Tanpa ragu, dia mengerahkan lima elemen sekaligus — Api, Air, Tanah, An
“Sepertinya kita terpisah dari Lian Lian dan Nona Sheng.” Yao Chen memiliki pemahaman demikian. “Ayo, Putri Suci. Kita tetap harus berjalan maju untuk keluar dari sini.”Yao Chen dan Putri Suci menelusuri Gurun Cakrawala Merah dengan langkah terseok.Debu berterbangan, panas menyengat dari tanah yang merekah. Setiap hembusan angin membawa aroma darah dan kematian yang memuakkan.Baru beberapa li berjalan, Yao Chen melihat samar-samar bayangan bergerak di kejauhan. Dia menyipitkan mata."Itu ... rombongan caravan!" seru Yao Chen.Putri Suci juga melihatnya. Beberapa kereta besar yang ditarik oleh binatang buas gurun melintas perlahan, dikawal beberapa pengawal bersenjata.Tanpa pikir panjang, Yao Chen dan Putri Suci mempercepat langkah. Begitu dekat, salah satu pengawal caravan menegur mereka dengan curiga."Siapa kalian?!"Yao Chen segera mengangkat kedua tangannya, menunjukkan mereka tak bersenjata."Kami tersesat. Tolong izinkan kami ikut bersama kalian menuju kota," kata Yao Chen.
“Kau pikir kau bisa pergi seenaknya?!” seru sosok kuat itu. Dia mengerahkan energi Qi besar untuk membuka paksa lorong dimensi.Gongsun Weiyan tidak membiarkan itu terjadi dan dia menggunakan sisa kekuatan terakhirnya untuk menerjang ke sosok kuat tadi.Terjadi pertarungan sengit antara mereka. Hingga akhirnya jubah yang menutupi sosok kuat itu pun tersingkap dan terkuak dengan jelas penampilannya.“Ka-Kaisar Iblis Langit?” Gongsun Weiyan tercengang.Kakek tua itu sudah tersungkur di tanah dengan luka di sekujur tubuhnya dan darah termuntahkan dari mulut saat dia terbatuk.Sosok yang dinyatakan sebagai Kaisar Iblis Langit itu menatap nyalang ke Gongsun Weiyan dengan mata merah menyala.“Semut tua sepertimu masih ingin bertingkah di hadapanku?! Hrkhh!”Kaisar Iblis Langit menggerakkan tangan yang berselimutkan energi gelap dan kuat. Dia mengarahkannya ke Gongsun Weiyan.Tubuh lemah Gongsun Weiyan akhirnya terbungkus energi gelap tersebut.“Krrkhhh! Arkkhh!” Gongsun Weiyan berjuang untu
“Chen’er! Jangan!” Mendadak muncul Gongsun Weiyan, kakeknya.Dia mencegah Yao Chen untuk maju ke sosok misterius yang sedang bertarung sengit dengan Gongsun Huojun.“Aku akan selamatkan ayahku!” seru Yao Chen geram karena dihalangi.Gongsun Weiyan menggeleng tegas. “Ayahmu sedang berjuang agar kau bisa lekas pergi dari sini. Hargailah perjuangannya!”Yao Chen menatap nanar ke kakeknya. “Bagaimana mungkin aku—““Chen’er! Pergi!” teriak Gongsun Huojun dari kejauhan. “Arrghh!”Sosok kuat itu kini memelintir pinggang Gongsun Huojun dan tertawa mengejek. “Bocah, kau yakin tak ingin memberikan pedangmu itu padaku? Kau lebih suka melihat ayah dan sektemu hancur? Apa kau setega itu?”Yao Chen menggertakkan gerahamnya penuh amarah. Meski dia baru beberapa bulan tinggal di Tanah Suci, tapi dia sudah memiliki ikatan dengan tempat ini. Tanah Suci, tak bisa disangkal lagi adalah tanah kelahirannya.Dan kini orang-orang harus menerima beban penderitaan akibat dirinya yang harus pergi?“Chen’er! Per
“Ah, kau akhirnya muncul … pewaris Kaisar Manusia!”Suara itu bergema bagai dentang genta langit. Seketika, semua pandangan—baik dari para tetua, penjaga, hingga para murid yang berlindung—beralih ke sosok muda yang berdiri di langit dengan Pedang Keseimbangan berdengung rendah di tangannya.Yao Chen menegang.“Apa maksudnya… pewaris Kaisar Manusia?” gumam salah satu tetua dengan wajah pucat.“Pedang itu… Itu Pedang Keseimbangan! Legenda yang dikatakan telah hilang selama ribuan tahun…” ucap salah satu tetua, terhuyung mundur. Matanya tak bisa lepas dari bilah pedang besar yang memancarkan aura agung.Sosok misterius berjubah hitam menatap Yao Chen dengan mata menyala merah, senyumnya tipis dan mengerikan.“Aku tidak ingin membuat ini menjadi pertumpahan darah, anak muda,” katanya sambil melayang turun, kedua tangannya terbuka seolah ingin menyambut. “Serahkan padaku Pedang Keseimbangan, dan aku akan memberimu kekayaan, kekuasaan, bahkan sebuah wilayah kekaisaran kalau kau mau. Kau ta