Arya Santanu dan Asura langsung terlempar oleh gelombang suara tinggi yang menekan mereka yang berubah bentuk menjadi sebuah gelombang kejut. Keduanya terhempas begitu jauh ke kedua arah. BRAK!!!Asura terlempar hingga ke pinggir laut. Apinya sempat padam. Tubuhnya seperti dilempar paksa oleh tekanan dari energi yang dihasilkan oleh suara kecapi itu. "Kau tidak apa-apa?" Dewi Sari Kencana sampai menahan tubuh Arya Santanu yang terlempar ke belakang menuju ke arahnya."Ke–keras sekali. Medan energi yang menyelimuti dirinya begi–," tiba-tiba ucapan Arya Santanu terpotong. Aseng keluar dari persembunyiannya dan langsung menghunuskan pedang bayangan miliknya ke arah Ki Janggan Nayantaka.JLEB!!!"Kakek!""Ki Janggan Nayantaka!" Keduanya berteriak ketika pedang bayangan yang memanjang telah menusuk punggung Petapa tua hingga tembus ke bagian perut. "Ku–kurang ajar! Aku lupa bila masih ada dirinya." Ki Janggan Nayantaka menghentakkan tongkat miliknya. Ia membuat bulan buatan sebesar tu
Di pagi buta, tiga kuda memacu kecepatan melewati jalanan utama antar kabupaten Nuswapala menuju ke arah utara Yawadwipa. Setelah menyelesaikan urusan mereka di Pantai Selatan, Arya Santanu dan dua orang temannya segera bergegas menuju ke arah pelabuhan utara. "Kenapa kita harus terburu-buru? Kita bisa melaju dengan santai dan sampai pelabuhan utara lusa, bukan?" Asura yang berlari paling depan dengan wujud harimau merasa kelelahan. "Kita sedang mengejar waktu agar tidak terlacak oleh para pendekar iblis hitam. Akan sangat bahaya bila keberadaan kita diketahui oleh mereka." Arya Santanu coba menjelaskan. "Ada daerah yang lumayan bersahabat di depan kita. Daerah itu dikenal sebagai Banda Indung. Kita bisa beristirahat di sana untuk makan dan membeli perbekalan." Ki Janggan Nayantaka menoleh ke arah kanannya. Ia melihat dari kejauhan matanya memandang. Dirinya seperti melihat seseorang yang terus melihat ke arah mereka bertiga.Dewi Sari Kencana menoleh ke arah kakek Petapa, ia melih
Arya Santanu langsung menggerakkan tangannya untuk menyiapkan semburan api dari mulutnya. Namun ketika ia ingin lakukan, Larasati langsung mengayunkan pedangnya ke arah seluruh anak panah tersebut. Ia menggagalkan serangan itu dan menumbangkan semua anak panah yang mengarah ke Arya Santanu. Larasati berdiri dengan gagah tepat di depan pendekar amatiran dan teman belalangnya. "Waw, aku beri nilai sembilan untuk ayunan pedangnya. Dan teknik menjatuhkan semua anak panah itu, aku beri nilai sepuluh." Tiba-tiba Asura bertepuk tangan menggunakan dua tangan belalang mungilnya. "Apa yang kau lakukan?" Arya Santanu malah bingung dengan aksi yang dilakukan oleh wanita itu."Itu disebut sebagai menolong. Kau tidak tahu istilah kata terima kasih? Apa perlu kau bertanya pertanyaan bodoh seperti itu?" Larasati malah sakit hati. Ia merasa kesal."Maaf, bisa kita sambung percekcokan ini nanti? Ada anak panah kloter kedua yang sedang mendekat ke sini!" Asura menoleh ke arah para prajurit yang mulai
Dari kejauhan empat orang manusia yang ditambah dengan seekor tikus kecil berwarna merah tua berjalan berdampingan dengan gagahnya memasuki kawasan Sundapura. Wilayah tersebut merupakan wilayah terbesar pertama di kawasan kerajaan Nuswapala bagian barat. Sundapura menjadi sebuah wilayah yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi. Komoditas perdagangan dan perikanan menjadi salah satu penggerak roda ekonomi di wilayah itu.Mereka berlima menoleh ke arah para penduduk Sundapura yang sedang menikmati hari baru di pagi buta. Pasar besar menjulang di hadapan Arya Santanu. Begitu banyak yang diperjualbelikan hingga ia begitu tertarik dengan beberapa barang dagangan para pedagang Sundapura. Dan dalam waktu singkat, mereka berlima berpencar ke lapak-lapak pedagang yang berbeda-beda."Astaga, dasar manusia. Mereka seenaknya meninggalkan seekor tikus sendirian di pasar! Apa mereka tidak tahu bila nyawaku bisa terancam dengan kehadiran ku–," Asura mendengar sesuatu dari arah belakang.MEOW!!
Rangga Jaya bersama dengan para tamu tidak diundang duduk di meja makan bundar sambil menyantap hidangan buatan Larasati dan Ki Janggan Nayantaka. Meski terasa enak, namun hidangan tersebut dibuat dari bahan-bahan milik Rangga Jaya yang kebetulan direpotkan oleh kedatangan Arya Santang dan kawan-kawan laknatnya. "Raden Jaya Balangkara adalah pemimpin kami yang begitu memuja iblis Hirayaksa. Padahal saat ayahnya memimpin Sundapura, ia sangat membenci aturan atau apa pun yang berhubungan dengan urusan kerajaan." Rangga Jaya sangat menyesalkan tempat tinggalnya menjadi seperti itu."Para roh jahat ini, apa mereka berasal dari Hirayaksa atau mereka adalah para roh jahat yang diberikan oleh iblis lain atas rekomendasi dari Hirayaksa?" Arya Santanu bertanya."Aku tidak yakin apakah mereka berasal dari Hirayaksa langsung atau Raden Jaya Balangkara justru malah membuat perjanjian dengan iblis lain. Namun, ada lima pilar penjaga di kediaman milik Raden Jaya Balangkara. Mereka disebut sebagai
DUUUM!!!DUUUAR!!!Guncangan besar dari benturan tinju milik Arya Santanu di pedang milik Brahma Angkara menciptakan gelombang kejut yang menggulung udara sekitar dan hampir membuat obor-obor itu mati karena hempasan angin yang kuat. Arya Santanu terkejut ketika serangannya ditahan dengan begitu mudah oleh Brahma Angkara. Bahkan dengan cepat, Brahma Angkara bisa bergerak cepat dengan kekuatan petir miliknya ke arah belakang Arya Santanu. Ia langsung menarik kerah zirah iblis api di bagian punggung dan melempar tubuh Arya Santanu ke arah pintu masuk. BRAK!!!Satu kali lemparan mampu membuat Arya Santanu terlempar sangat cepat. "A–apa?! Ia bisa menangkisnya?" Arya Santanu terkejut."Pedang itu adalah pusaka dewa Agni. Berhati-hatilah." Asura berbisik di hati Arya Santanu."Kalau begitu, mari kita tingkatkan permainannya!" Arya Santanu kembali menyerang. Ia mengayunkan Toya api dengan begitu cepat ke arah Brahma Angkara.Arya Santanu memainkan dengan lincah gerakan Toya api hingga men
Kilatan cahaya berbentuk energi yang melesak cepat mengagetkan Brahma Angkara. Ia tersentak ketika energi itu menembus pundak bagian kanan. PIUH!!!Tembakan energi putih tersebut tidak bisa dihindari oleh pendekar lima pilar itu. Darah yang keluar dan hendak jatuh ke lantai terhenti sejenak oleh cepatnya perpindahan tempat Aji Sangkala yang menguasai tubuh milik Arya Santanu. Ketika darah itu telah berada di lantai, Aji Sangkala Tah berada di belakang Brahma Angkara."Cepat sekali!" Brahma Angkara terkejut. Ia terbelalak.JLEB!!!Tangan kanan Aji Sangkala yang telah diselimuti oleh petir berwarna putih keperakan melesak lurus menembus punggung Brahma Angkara hingga tembus ke bagian dada. "A–apa?" Brahma Angkara tidak bisa menghindar. "K–Kau…." Brahma Angkara baru menyadari siapa lawannya.Tubuh dari pendekar lima pilar tersebut tiba-tiba menggeliat dan muncul gelembung-gelembung di kulitnya seperti melepuh. Perlahan-lahan gelembung itu membesar dan pecah berubah menjadi ledakan api
Pedang Agnesura meleleh menjadi kobaran api padat yang membentuk sebuah bentuk pedang. Jubah dari Brahma Angkara pun telah berubah menjadi jubah api Agneyasa. Rambut dan alis dari Brahma Angkara pun telah menjadi kobaran api yang membara. Kedua matanya terlihat menatap tajam Aji Sangkala dengan warna merah tua."Aku bisa bertarung denganmu." Asura mengkhawatirkan diri temannya."Tidak perlu. Bila kau telah mendapatkan semua kekuatanmu, aku akan kembali dan kita akan bertarung bersama lagi. Namun kali ini, biarkan aku mengajari para iblis dan manusia yang bersekutu dengannya. Mereka harus tahu siapa lawan mereka dan apa yang menunggu mereka di depan nanti. Aku akan bangkit lagi di dunia ini sebagai Arya Santanu. Dan aku tidak akan segan meluluhlantakkan singgasana Aji Kala Karna." Aji Sangkala berdiri dan bersiap untuk menyerang."Kau dan aku memang sama-sama keras kepala. Aku meminta maaf karena belum bisa ikut serta berjuang denganmu. Dan… aku minta maaf karena kejadian seratus tahun