Sukma Aji Sangkala meneteskan darah milik Arya Santanu ke jasadnya yang telah menjadi tulang belulang. Ki Janggan Nayantaka pun menggoreskan tangannya dan meneteskan darahnya ke tulang belulang itu. Setelah keduanya selesai. Ki Janggan Nayantaka menghentakkan tongkat miliknya. Ia berdoa memanggil jiwa dari Aji Sangkala untuk datang kembali ke dunia. "Kuharap cara ini akan berhasil. Aku juga akan ikut menjadi bagian dari diriku yang akan bangkit nanti." Sukma Aji Sangkala bersiap mengorbankan dirinya untuk membuka jalan jiwa aslinya kembali ke jasad yang telah menjadi tulang."Pergilah, bila kita berhasil, aku akan menemuimu lagi dalam keadaan hidup." Ki Janggan Nayantaka tersenyum. Sukma Aji Sangkala berkonsentrasi dengan mengubah bentuk dirinya menjadi sebuah bola energi. Perlahan-lahan tubuh gaibnya berubah menjadi asap putih yang menggumpal dan membentuk sebuah bola. Di lain tempat, Asura yang merupakan mantan dari pemimpin dunia bawah merasakan langit mulai berubah. Tiba-tiba a
Setelah melewati satu malam yang panjang karena badai yang menerjang dari arah lautan, rombongan Arya Santanu akhirnya sampai di gerbang emas kerajaan Swarnabhumi. Kemegahan kerajaan utama dan terbesar di daratan Swarnadwipa begitu mengagumkan. Dinding raksasa setinggi tiga puluh meter dengan ketebalan delapan meter berlapiskan kerangka besi dan di oleskan lapisan emas murni menambah kesan megah dan elegan. Asura dan Arya Santanu yang baru pertama kali melihatnya begitu tercengang dengan bentuk dari kerajaan Swarnabhumi. "Kerajaan ini diapit oleh tebing batu yang begitu tinggi. Apa ini ibukota kerajaannya?" Arya Santanu bertanya."Benar sekali. Kerajaan Swarnabhumi sengaja didirikan di area tebing batu untuk membuat benteng alam yang bisa dimanfaatkan saat penyerangan atau perang terjadi. Ada beberapa jalan rahasia di belakang tebing batu, mulai dari gang kecil antara bebatuan, dan jalan bawah tanah yang digali menuju ke arah utara, barat dan timur. Konsep bentuk dan bangunan keraja
Adityawarman membawa mereka semua ke istana emas di atas tebing tepat di atas ibukota Swarnabhumi. Untuk naik ke sana, jalan landai dan ratusan anak tangga dibuat untuk pejalan kaki dan akses kereta kuda. Istana emas dibangun dari teknik membangun bangunan yang sama seperti membangun dinding besar emas. Lapisan emas yang terkena sinar matahari memantulkan bias cahaya yang menyilaukan. Terlihat jelas betapa megah dan mewahnya istana tersebut. Istana emas berdiri di tengah-tengah, di depannya terdapat taman dan jalan yang dikelilingi oleh pagar batu pembatas tebing. Di bagian belakang terdapat akses ke tangga dan jalanan landai menuju ke pemukiman di bawah tebing. Dan ada beberapa kediaman pejabat kerajaan yang tersebar di komplek istana. "Sungguh luar biasa. Aku sangat terpesona dengan keindahan istana emas ini." Aji Sangkala tersenyum memandangi istana Swarnabhumi."Cih, ini hanya emas. Istanaku di neraka jauh lebih besar dan megah." Asura meledek. "Tidak ada yang mau tinggal di is
"Itu adalah kutipan dari perkataanmu saat aku berumur delapan tahun. Saat itu kita berdiri di halaman depan istana sambil menoleh ke arah pemukiman di bawah tebing ini. Wajahmu begitu bersinar saat diterpa bias cahaya dari matahari senja. Bagaimana menurutmu, ayahanda? Apa bukti itu cukup untuk membuatmu yakin bila aku adalah anakmu?" Arya Santanu menatap kedua mata raja Swarnabhumi.Raja Swarnabhumi tidak bisa berkata apa pun lagi. Ucapan yang ia ucapkan ke anak sulungnya kala itu adalah ingatan kecilnya yang membuat dirinya sangat merindukan sosok Satrio Wijayaningrat. Setiap sebelum tidur air matanya menetes hanya untuk mengingat momen tersebut. Ingatan itu yang membuatnya terus mengingat sosok putra sulungnya. "Perkataan itu adalah ucapanku ketika aku dan anakku hanya berdua saja ketika melihat senja datang. Tidak ada siapa pun di sana. Jadi, hanya aku yang bisa mengatakan apakah ucapanmu benar atau tidak." Raja Swarnabhumi akhirnya membuka mulutnya. "Lalu, apa perkataan dari Ar
Baru pertama kali membuka mata, Arya Santanu telah berpindah ke tempat lain. Di depannya ada Aji Sangkala yang berdiri menatap ke arah depan ruangan putih. Arya Santanu bingung, seluruh yang ia lihat di sekelilingnya hanyalah ruangan putih tanpa ujung. Bahkan ia tidak bisa membedakan apakah ada dinding pembatas yang membatasi ruangan itu atau tidak. "Aji Sangkala, ini di mana?" Arya Santanu bertanya. "Oh, kau berada di alam peralihan. Alam ini berada di antara alam dunia dan alam gaib. Setiap pendekar yang memiliki ilmu pengetahuan untuk mengakses dua dunia pasti bisa datang ke alam ini. Namun, setiap pendekar memiliki akses yang berbeda-beda untuk memasuki alam peralihan." Aji Sangkala mencoba menjelaskan."Hah? A–, Aku tidak mengerti maksudmu." Arya Santanu merasa bingung. "Mudahnya, setiap pendekar yang memiliki ilmu energi yang sangat tinggi memiliki satu alam peralihan yang bisa ia masuki untuk berlatih atau bertapa. Satu hari di alam pelatihan bisa disesuaikan dengan waktu di
"Jangan bercanda! Aku tidak punya waktu meladeni orang-orangan sawah bertipe air ini!" Arya Santanu berteriak kesal. Para manusia air menyerang ke arah Arya Santanu. Mereka memadatkan air dan mengubahnya menjadi sebuah pedang. Arya Santanu yang harus berkonsentrasi dengan energi di telapak kakinya harus melawan mereka semua dengan tangan kosong. "Sial, mereka banyak sekali!" Arya Santanu menahan beberapa serangan mereka. Dari arah belakang, mereka menyerang Arya Santanu seperti seekor semut mengerubungi mangsanya. "Jangan meremehkanku!" Arya Santanu mengubah tangan iblis di kedua lengannya dengan aliran energi alam yang menyelimuti lengannya. Ia mengayunkan tinju miliknya dan berhasil menghancurkan sebagian dari mereka. Namun sayangnya para manusia air bisa kembali meregenerasi dan melawan dirinya lagi. "Hei, Aji Sangkala! Manusia air ini tidak bisa dihentikan!" Arya Santanu mulai merasa risih. "Kau harus mengalahkan air dengan elemen lain! Jangan terpaku dengan serangan fisik
Api suci milik dewa Agni berbeda dengan api suci milik Aji Sangkala. Kekuatan dan energi yang begitu besar yang berasal dari dewa Agni yang merupakan dewa api lebih kuat ketika membakar seorang iblis. Meski pun Asura telah mendapatkan anugerah dari Agni dan Surya, namun ia bukanlah dewa, Asura tetaplah iblis yang bisa mati bila dibakar atau diserang oleh senjata Dewata. "Selama terkurung di dalam batu hitam, lalu bebas dan bertemu dengan Arya Santanu, dan melanjutkan perjalanan untuk membunuh para saudaramu dengan bantuan dari Ki Janggan Nayantaka dan Dewi Sari Kencana, apa menurutmu semua itu hanyalah kebetulan belaka?" Dewa Agni memberitahu bila takdir Asura tidaklah sebebas yang ia ingin tentukan.AAAAAARRRHHHH!!!Asura terbakar hebat dan berlutut memohon kepada dewa Agni untuk memadamkan api suci tersebut. Kulitnya yang begitu keras dan tidak mempan terhadap api sudah mulai terbakar. "Ampun! Ampuni aku, wahai dewa Agni!" Asura memohon.Dengan berat hati, dewa Agni memadamkan api
Sebuah laporan tentang kerusuhan besar baru saja masuk ke istana emas. Patih dan sekaligus pemimpin dari pasukan Bhayangkara, Widura Sri Mada memberitahu kepada raja tentang kerusuhan yang terjadi di kerajaan Ranau Baringin. Ki Janggan Nayantaka juga ikut mendengarkan rincian dari laporan tersebut. Saat disebut seorang pendekar yang menggunakan pakaian serba hitam dan topi caping serta memiliki tindikan di wajahnya, ia langsung mengetahui bila pendekar yang dimaksud adalah pendekar iblis hitam. "Raja, pendekar yang mengacau di kerajaan Ranau Baringin adalah salah satu mayat hidup milik salah satu iblis Nuswapala. Bila pendekar itu ada di sana, maka iblis yang mengendalikannya pasti juga berada di dekat sana." Ki Janggan Nayantaka coba menjelaskannya. "Begitu rupanya. Kalau begitu, siapkan dua pasukan Bhayangkara untuk bergegas mengeceknya. Musnahkan pendekar itu. Dan bila iblis tersebut memang benar ada di sana, jangan beri ampun, bunuh ia juga." Raja Swarnabhumi sudah memberikan p