"Sangat merepotkan, tapi mari kita akhiri perang selama seratus tahun ini!" Aji Sangkala melesak cepat ke arah Hashura.
"Dengan senang hati!" Hashura ikut melesak dan mengarah langsung ke arah datangnya Aji Sangkala.Keduanya saling mengayunkan tinju mereka. Petir putih yang diselimuti oleh energi maha dahsyat mengarah langsung ke Hashura.Begitu pun tinju yang diselubungi oleh energi kegelapan juga mengarah langsung ke Aji Sangkala.DUUUM!!!BRUUUAR!!!Kedua tinju tersebut saling bertabrakan satu sama lain. Gelombang kejut yang begitu besar tercipta dan berpendar cepat menggulung permukaan tanah dan udara sekitarnya. Suara dentuman yang cukup besar pun terdengar hingga jarak puluhan kilometer. Ki Janggan Nayantaka sampai memperkokoh kubahnya lagi saat terkena dampak dari gelombang kejut."Luar biasa. Mereka berdua bisa menggetarkan seluruh daratan hanya dengan beradu tinju." Ki Janggan Nayantaka merasa bila pertarunganJLEB!!!AAAARGH!!!Arya Santanu menusuk punggung Hashura menggunakan tombak cahaya hingga tembus ke bagian dada. Hashura tidak menduga serangan tersebut. Terlebih lagi serangan itu menjadi melebar dan menjalar ke sekujur tubuhnya. "Apa yang terjadi!""Tombak cahayanya menyebarkan akar-akar kecil?" Hashura terkejut. Arya Santanu mundur dan mengaktifkan serangannya dari jarak jauh. Tombak tersebut merambat bagaikan ajar tumbuhan di dalam tubuh Hashura. Guna dari akar-akar cahaya tersebut adalah untuk menekan energi milik Hashura. "Teknik pengekang jiwa; segel pengurung ruh!" Perlahan tubuh Hashura dikuasai oleh bercak-bercak cahaya yang terlihat seperti bentuk saraf darah yang bercahaya. Tombak cahaya yang menusuk Hashura pun mengecil dan meresap masuk ke dalam iblis tersebut. Tombak itu berubah menjadi kristal cahaya berbentuk bulat yang menjadi inti dari teknik segel tersebut. "Bila kau
"Aku juga akan menghajar iblis bodoh itu!" Asura yang turut kesal akan kematian Ki Janggan Nayantaka langsung mengerahkan kekuatannya hingga mencapai 10%. Namun sebelum ia menyerang iblis itu, Indrajit Maghanada malah melemparkan Asura ke dimensi lain dengan membawa serta dirinya yang telah membelah diri menjadi dua tubuh. "Kau harus ikut denganku!" Tiba-tiba bayangan diri Indrajit yang lain muncul di belakang Asura dan langsung menyergap dan menariknya ke dimensi lain. "A–Apa yang terjadi? Kenapa aku ada di sini!" Asura terkejut saat ia telah berpindah tempat. "Selamat datang di dimensi negatif milikku. Di dunia ini, aku adalah penguasanya," ungkap Indrajit hitam. Wujud bayangan diri dari Indrajit yang menyeret Asura memiliki wujud hitam pucat. Sedangkan bayangan diri yang sedang melawan Arya Santanu memiliki wujud diri berwarna putih pucat. "Tempat ini, jangan-jangan mirip dengan dunia perali
"Maaf, aku tidak tahu kau siapa." Semangat Arya Santanu telah sirna. Kematiannya membuat ia tidak memiliki gairah untuk kembali bertarung."Bukankah langitnya begitu indah? Atau hanya aku di sini yang mengira pemandangan di dunia ini indah?" Sosok itu duduk di sebuah batu besar, tidak jauh dari Arya Santanu."Maaf, aku tidak bermaksud kurang sopan. Tapi aku sedang memikirkan mereka semua yang berada di dunia orang hidup," ungkap Arya Santanu."Ayahmu, Asura, Swarnabhumi, Nuswantara dan Indrajit Maghanada. Mereka semua adalah orang-orang dan sesuatu hal yang terus kau pikirkan. Kau berharap bisa menolong mereka semua dan membunuh penyebab masalah itu. Tapi, kau melupakan hal yang penting," ucap sosok berjubah putih."Apa maksudmu? Apa yang aku lupakan?" Tanya Arya Santanu."Kebebasan, keyakinan dan kepercayaan. Kau seperti terbelenggu dengan semua kewajiban yang sebenarnya bukan berada di pundakmu. Kau juga tidak meyakini setiap masalah ya
Jeritan dan teriakan dari Indrajit Hitam menggema sangat keras. Dengan adanya Asura didekatnya, suhu di sekitar dirinya naik hingga mencapai 100 derajat Celsius. Belum lagi ia mendapatkan hadiah berupa tusukan di dada. KAU?!Indrajit Hitam tidak tahu bila segel milik Asura juga berlapis tujuh. "Kau menggunakan enam segel lainnya?!" Indrajit Hitam terkejut."Teknik segel delapan penjuru surga!""Teknik segel empat pengekang dimensi ruang!""Teknik segel delapan pengekang ruh!"Asura terus menambah teknik segel miliknya sampai ia menjadikan 50% energinya yang lain untuk menjadi tumbal atas segel-segel mengerikan itu. "Kau mencoba untuk menumbalkan dirimu?!" Indrajit Hitam tidak bisa bergerak. Ia terjebak di dalam tujuh segel terlarang tingkatan para Dewata milik Asura."Bila aku mati, kau harus ikut denganku!" Asura mencekik leher dari iblis itu. Perlahan tubuhnya kian menjadi panas. Suhu tub
"Menyedihkan, kalian semua ingin membunuhku hanya dengan semangat menggebu-gebu saja?" Indrajit Maghanada berdiri dengan gagah setelah berhasil menumbangkan para pasukan Bhayangkara.Seluruh anggota pasukan Bhayangkara terlihat begitu kesulitan untuk melawan Indrajit Maghanada. Bahkan kematian beberapa dari mereka dan pasukan lainnya tidak bisa dielakkan. Widura Sri Mada yang menjadi jenderal perang mereka pun juga tersungkur tidak berdaya setelah mengeluarkan kekuatan elemen emasnya. Menyulitkan bagi dirinya untuk melawan sosok yang mampu mengendalikan waktu seenak dirinya sendiri."Kau benar-benar menyebalkan!" Widura mencoba untuk berdiri kembali."Kau masih belum menyerah? Baguslah, silahkan datang lagi dan coba pukul aku," ucap Indrajit Maghanada.Widura Sri Mada tahu benar bila dirinya tidak akan bisa menang melawan iblis itu. Namun saat ini prioritasnya bukanlah kemenangan, ia harus melindungi pasukan, raja, rakyat dan tanah airny
Ikat kepala putih dengan simbol Lokapala berwarna hitam menyimbolkan perlindungan dewa yang menjaga delapan arah mata angin dan satu dewa yang menjaga dunia atas. Lalu indahnya jubah putih dengan guratan corak hitam tergerai bersamaan dengan ujung ikat kepala yang melambai-lambai saat tertiup angin. Sosok itu berdiri dengan gagahnya memandangi para pasukan yang hadir di sana. Tatapannya penuh harapan. Raut wajahnya yang bersih dan tampak bersinar, membuat semua yang melihatnya begitu terkejut akan kehadirannya. "Bagaimana mungkin?! Kenapa kau bisa berada di sini!" Indrajit Maghanada merasa terkejut akan kemunculan dari musuhnya yang telah ia bunuh sebelumnya. "Anggap saja aku adalah cara yang tak terduga milik Yang Maha Kuasa. Dan juga, aku datang untuk membalaskan dendam ayahku, kedua adikku, teman-temanku, kerajaanku, dan juga diriku sendiri," ungkap Arya Santanu."Dasar kurang ajar! Kau lebih pantas di alam baka ketimbang bera
"Apa kau tahu dari mana aku mendapatkan elemen api hitam ini? Seharusnya kau mengenalnya. Hanya ada satu iblis yang diperbolehkan menggunakannya," ucap Arya Santanu.Indrajit Maghanada terkejut ketika mengingat sesuatu hal. "Pusaka terkuat dari neraka yang dimiliki oleh kakek buyut kami yang mendapatkan anugerah terbesar dari Yang Maha Kuasa. Hanya para raja dunia bawah yang bisa mengakses senjata pusaka itu!" Indrajit Maghanada tidak mengira bila ia bisa menyaksikan bentuk dari senjata pusaka tersebut. "Asura memiliki kunci untuk membuka pusaka terpendam milik kaum iblis. Dan elemen cahaya ini adalah manifestasi dari elemen petir putih milik Aji Sangkala yang merupakan wujud diriku di masa lalu. Kau benar bila menduga bahwa Asura dan Aji Sangkala menitipkan senjata mereka kepadaku." Arya Santanu menatap tajam iblis itu."Tidak mungkin! Lalu apa yang terjadi dengan Kak Asura? Di mana ia sekarang!" Indrajit Maghanada merasa penasaran."A
"Kurang ajar! Cara ia membunuh mereka semua tidak bisa diprediksi! Pergerakannya begitu cepat dan tidak terlihat!" Indrajit Maghanada merasa kesal.Di lain tempat, raja Swarnabhumi meminta seluruh pasukan yang berada di luar benteng besar perak untuk mundur dan masuk ke dalam benteng. Ia tidak ingin ada yang terluka lagi dan sesegera mungkin menutup benteng besar perak dengan teknik pelindung empat penjuru milik Arya Santanu."Teknik pelindung cahaya; pilar empat penjuru!" Raja Swarnabhumi langsung menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengaktifkan pelindung tersebut. Ia diajarkan cara untuk membuat pelindung tersebut dari anaknya. Empat pilar cahaya muncul secara bersamaan dan menyebarkan lapisan energi cahaya yang membentuk tabir pelindung tipis ke empat penjuru. Bahkan bagian atap dari pelindung empat penjuru itu juga menutup. "Arya Santanu, aku serahkan nasib Swarnabhumi dan Nuswantara ini kepadamu. Aku percaya kau bisa membunu