"Menyedihkan, kalian semua ingin membunuhku hanya dengan semangat menggebu-gebu saja?" Indrajit Maghanada berdiri dengan gagah setelah berhasil menumbangkan para pasukan Bhayangkara.
Seluruh anggota pasukan Bhayangkara terlihat begitu kesulitan untuk melawan Indrajit Maghanada. Bahkan kematian beberapa dari mereka dan pasukan lainnya tidak bisa dielakkan.Widura Sri Mada yang menjadi jenderal perang mereka pun juga tersungkur tidak berdaya setelah mengeluarkan kekuatan elemen emasnya. Menyulitkan bagi dirinya untuk melawan sosok yang mampu mengendalikan waktu seenak dirinya sendiri."Kau benar-benar menyebalkan!" Widura mencoba untuk berdiri kembali."Kau masih belum menyerah? Baguslah, silahkan datang lagi dan coba pukul aku," ucap Indrajit Maghanada.Widura Sri Mada tahu benar bila dirinya tidak akan bisa menang melawan iblis itu. Namun saat ini prioritasnya bukanlah kemenangan, ia harus melindungi pasukan, raja, rakyat dan tanah airnyIkat kepala putih dengan simbol Lokapala berwarna hitam menyimbolkan perlindungan dewa yang menjaga delapan arah mata angin dan satu dewa yang menjaga dunia atas. Lalu indahnya jubah putih dengan guratan corak hitam tergerai bersamaan dengan ujung ikat kepala yang melambai-lambai saat tertiup angin. Sosok itu berdiri dengan gagahnya memandangi para pasukan yang hadir di sana. Tatapannya penuh harapan. Raut wajahnya yang bersih dan tampak bersinar, membuat semua yang melihatnya begitu terkejut akan kehadirannya. "Bagaimana mungkin?! Kenapa kau bisa berada di sini!" Indrajit Maghanada merasa terkejut akan kemunculan dari musuhnya yang telah ia bunuh sebelumnya. "Anggap saja aku adalah cara yang tak terduga milik Yang Maha Kuasa. Dan juga, aku datang untuk membalaskan dendam ayahku, kedua adikku, teman-temanku, kerajaanku, dan juga diriku sendiri," ungkap Arya Santanu."Dasar kurang ajar! Kau lebih pantas di alam baka ketimbang bera
"Apa kau tahu dari mana aku mendapatkan elemen api hitam ini? Seharusnya kau mengenalnya. Hanya ada satu iblis yang diperbolehkan menggunakannya," ucap Arya Santanu.Indrajit Maghanada terkejut ketika mengingat sesuatu hal. "Pusaka terkuat dari neraka yang dimiliki oleh kakek buyut kami yang mendapatkan anugerah terbesar dari Yang Maha Kuasa. Hanya para raja dunia bawah yang bisa mengakses senjata pusaka itu!" Indrajit Maghanada tidak mengira bila ia bisa menyaksikan bentuk dari senjata pusaka tersebut. "Asura memiliki kunci untuk membuka pusaka terpendam milik kaum iblis. Dan elemen cahaya ini adalah manifestasi dari elemen petir putih milik Aji Sangkala yang merupakan wujud diriku di masa lalu. Kau benar bila menduga bahwa Asura dan Aji Sangkala menitipkan senjata mereka kepadaku." Arya Santanu menatap tajam iblis itu."Tidak mungkin! Lalu apa yang terjadi dengan Kak Asura? Di mana ia sekarang!" Indrajit Maghanada merasa penasaran."A
"Kurang ajar! Cara ia membunuh mereka semua tidak bisa diprediksi! Pergerakannya begitu cepat dan tidak terlihat!" Indrajit Maghanada merasa kesal.Di lain tempat, raja Swarnabhumi meminta seluruh pasukan yang berada di luar benteng besar perak untuk mundur dan masuk ke dalam benteng. Ia tidak ingin ada yang terluka lagi dan sesegera mungkin menutup benteng besar perak dengan teknik pelindung empat penjuru milik Arya Santanu."Teknik pelindung cahaya; pilar empat penjuru!" Raja Swarnabhumi langsung menggabungkan kedua telapak tangannya dan mengaktifkan pelindung tersebut. Ia diajarkan cara untuk membuat pelindung tersebut dari anaknya. Empat pilar cahaya muncul secara bersamaan dan menyebarkan lapisan energi cahaya yang membentuk tabir pelindung tipis ke empat penjuru. Bahkan bagian atap dari pelindung empat penjuru itu juga menutup. "Arya Santanu, aku serahkan nasib Swarnabhumi dan Nuswantara ini kepadamu. Aku percaya kau bisa membunu
Dengan cepat rantai-rantai tersebut menarik jiwa milik Arya Santanu dan membaginya menjadi ratusan buah. Seluruh jiwa Arya Santanu tersebut ditarik paksa menuju ke dalam cermin dimensi dan disegel sepenuhnya. "Bagaimana rasanya mati dengan cara jiwamu dimutilasi hingga ratusan bagian!" HAHAHAHA!!!Indrajit Hitam tertawa sangat keras ketika melihat tubuh dari Arya Santanu perlahan menjadi lapuk dan membusuk. Pemuda itu sudah tidak bergerak. Ia mati sepenuhnya. "Apa ia sudah mati?" Tanya Indrajit Putih."Tentu saja! Aku pastikan ia mati dan tidak akan berkoar lagi!" Indrajit Hitam merasa senang dengan rencana itu. Sayangnya, ia yang menguasai dunia peralihan tidak bisa dibunuh dengan mudahnya. "Kau mungkin belum kuberitahu tentang apa itu dimensi peralihan. Maaf, itu salahku." Tiba-tiba Arya Santanu kembali muncul di belakang kedua Indrajit tersebut. Ia kembali dari kematian, atau lebih tepatnya melakukan trik kotor u
Sepuluh persen kekuatannya meningkat secara drastis. Energi tersebut meluap dan terlihat seperti sebuah selubung asap putih di sekitar tubuh Arya Santanu. Namun yang paling jelas dirasakan adalah udara dan permukaan tanah disekitar dirinya yang seakan terangkat dan terus mengalirkan angin lembut.Arya Santanu melipat keempat jari kanannya dan hanya membiarkan satu jari telunjuk saja yang menunjuk. Ia memusatkan energi cahaya yang begitu besar di satu jari tersebut. "Hancurlah!" Arya Santanu berpindah tempat dengan sangat cepat. Ia langsung mengayunkan telunjuk kanannya ke arah dada kanan Indrajit Maghanada. WUSH!!!DUUUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Serangan tersebut menembakkan sebuah energi besar yang terlempar dari satu jari Arya Santanu ke arah depan. Seketika permukaan tanah terbelah dan menggulung menjadi dua bagian. Tercipta sebuah kawah besar seperti aliran sungai yang panjangnya mencapai sepuluh kilometer
"Kita harus melakukan sesuatu dengan bola energi itu!" Ucap Asura."Bila kita melawannya dengan kekuatan, ledakan besar dari bola energi itu bisa meluluhlantakkan seluruh daratan Swarnadwipa," ujar Aji Sangkala."Lalu apa yang harus kita lakukan?" Arya Santanu membidik bola energi itu menggunakan panah petir hitam miliknya. "Lemparkan bola itu ke angkasa!" Aji Sangkala memiliki ide bagus."Aku mengerti," jawab Arya Santanu.Ia segera mengubah panah petir hitam menjadi panah cahaya. Arya Santanu menembakkan satu anak panah ke arah langit, lalu ia menembakkan satu anak panah lagi ke arah bola energi tersebut. WUSH!!!Ketika bola energi para Rakshasa Buto menghantam panah cahaya milik Arya Santanu, bola energi menghilang dan berpindah ke tempat panah cahaya yang melesak ke angkasa berada. Bola energi tersebut dipindahkan Arya Santanu ke angkasa untuk menghindari dampak ledakan yang sungguh luar biasa. Dan bebera
"Sangat disayangkan, tapi kali ini aku akan menang," ucap Indrajit Maghanada sambil tersenyum kecil. "Terserah kau saja!" Arya Santanu waspada dengan apa yang akan dilakukan oleh iblis itu.Indrajit Maghanada bergerak dengan menarik ruang dan waktu ke dirinya. Dengan begitu, ia bisa muncul di hadapan Arya Santanu dan menyentil dahi pemuda itu dengan segenap kekuatan yang ia miliki.PLAK!!!Alhasil, Arya Santanu terlempar ke belakang hingga menghantam permukaan tanah berkali-kali. Ia terhempas sangat jauh hingga menghantam tebing tempat Aji Sangkala bangkit. Arya Santanu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya untuk menahan atau menghentikan laju tubuhnya. Ia seperti terseret oleh arus udara dan tidak bisa melawan energi besar dari sentilan tangan Indrajit Maghanada."Bagaimana? Inilah kekuatanku yang asli. Begitu tak terbatas!" Indrajit Maghanada muncul kembali di hadapan Arya Santanu."Yah, sentilanmu sangat menyakit
Arya Santanu tidak membalas perkataan dari Indrajit Maghanada. Ketika asal hitam mengepul keluar dari mulutnya, ia seakan telah menghilang dari tubuhnya dan tinggal hanya tersisa sebuah cangkang kosong saja. Rasa sakit dari masa lalu pun hadir kembali. Adik tercintanya yang tewas di desanya membuat ia mengenang genangan darah dari tubuh anak kecil yang telah hidup bersama dirinya, meski pun ia hanyalah saudara tirinya. Lalu rasa sakit lainnya ketika ia harus menguburkan teman yang ia temui diperjalanan membuat dirinya semakin tersudut di ujung ruangan. Larasati tidak sepantasnya mati dengan cara seperti itu. Arya Santanu merasa bersalah atas perginya wanita itu. "Aku tidak bisa menerima kematian lagi…." Arya Santanu bergelut dengan pikiran negatifnya di sudut terdalam alam bawah sadarnya. "Dewi Sari Kencana, Asura, Ki Janggan Nayantaka, dua adikku yang tercinta, Larasati, ayah… dan ibu." Arya Santanu terus memikirkan semua orang-orang itu. Pik