Kedua mata Asura terbelalak ketika seratus tombak tersebut datang ke arahnya. Sekilas ia melihat raut wajah Hirayasura yang begitu senang dengan membuka kedua mulutnya dan mata melotot tajam, seakan ia menginginkan kematian Asura. Arya Santanu mencoba untuk melakukan sesuatu, namun tidak ada satu pun jalan keluar yang ia pikirkan untuk menyelamatkan si iblis tersebut. "Teknik gerak kilat!" Tanpa diketahui, sukma milik Aji Sangkala mendatangi Asura dan berdiri di belakang iblis merah tersebut. Saat ia berada di belakang Asura dengan menggunakan gerak kilat miliknya, pancaran kilat dari petir putih miliknya bersinar terang. Seratus tombak yang ingin menghujam tubuh iblis tersebut terlihat melambat."A–Aji Sangkala…?" Asura merasakan kehadiran sukma dari temannya. Ia sangat terkejut ketika ia mendatangi dirinya. Aji Sangkala menepuk punggung Asura dan mereka berdua menghilang begitu cepat dari sana. BRAK!!!Seratus tombak logam hitam saling menghantam satu sama lain. Suaranya begitu
Api suci keluar dari mata pedang dan membakar tubuh Hirayasura dengan begitu cepat. Tubuh dari boneka itu perlahan hangus terbakar menjadi abu, di mulai dari pusat tempat ia ditusuk, lalu semuanya menjalar ke bagian tubuh lainnya. Pedang Anala bahkan mampu untuk melelehkan satu buah gunung dan menguapkan air sungai dengan sangat cepat saat ia ditenggelamkan ke dasarnya. "Ku–Kurang ajar!" Hirayasura berusaha untuk melarikan diri sebelum tubuhnya benar-benar hancur seutuhnya. Ia mengayunkan pedang Tembadau Ireng miliknya ke arah belakang. Hirayasura mencoba menggapai tubuh Arya Santanu yang dikendalikan oleh Asura agar ia memiliki kesempatan untuk membebaskan diri. Namun sayangnya kesempatan seperti itu tidak diberikan oleh Asura. Ia menggenggam erat pedangnya dan menarik pedang Anala ke atas. Asura memotong leher Hirayasura hingga menuju ke kepala. Akhirnya, pedang Anala memotong kepala boneka itu dan bebas dari tubuh Hirayasura. Asura langsung berpindah tempat dengan gerak kilat mi
Awan hitam berselimut kilatan petir yang bergemuruh sangat kencang terlihat begitu menakutkan dari sudut pandang kapal layar usang milik Banyu Sangkala. Tiupan angin yang menggerakkan air laut hingga menciptakan ombak besar membuat kapal layar itu terombang-ambing. Beberapa awak siaga di setiap sudut kapal. Ada yang menjaga tali layar dan kemudi kapal. Banyu Sangkala memberi perintah kepada para awaknya untuk tetap waspada terhadap terjangan ombak besar. Terutama pada bagian layar yang harus memastikan kecepatan angin. Ia sendiri berada di belakang kemudi kapal bersama ahli navigasinya. "Entah kenapa, aku ingin sekali muntah.""Uuuok!"Larasati mulai mabuk laut. Beberapa kali ia mencoba untuk muntah, namun ia menahannya sambil berpegangan pada tiang layar. Dewi Sari Kencana yang memiliki elemen es tidak begitu peduli dengan guncangan dan goyangan kapal karena ombak lautan. Ia justru bermeditasi dengan duduk bersila di atas geladak kapal. Namun beberapa kali air laut mengguyur tubuhn
Makara hitam tersebut belum mengetahui kedatangan dari sukma Aji Sangkala yang melesak cepat ke arah dirinya. Laju makhluk tersebut semakin cepat dan kian mendekati kapal layar milik Banyu Sangkala. Beberapa meter saja sebelum kapal tersebut dilahap masuk ke dalam mulut makhluk besar itu. "Banyu! Cepat berbelok!" Larasati melihat besar mulut dari makhluk tersebut sampai membuatnya terbelalak.Ia melotot dan menganga menyaksikan gigi runcing sebesar kapal layar yang kian mendekat. Bahkan hawa napasnya pun semakin terasa. Larasati merasa degup jantungnya menjadi lebih cepat. Rasa takutnya merubah pikirannya menjadi tidak karuan. Ia panik."Banyu, cepat!" Larasati berteriak."Kapal ini bergerak tergantung angin dan arus laut! Kau pikir kapal ini bisa bergerak sendiri?!" Banyu Sangkala belum mengetahui bila kapalnya juga dibantu bergerak dengan ditarik oleh seekor paus putih.Namun, kecepatan paus putih berenang tidak mampu menandingi kecepatan milik Makara hitam. "Busur Wijaya; panah p
Dewi Sari Kencana mengayunkan pedangnya ke arah puluhan panah. Ia membekukan mereka semua dan membuat seluruh anak panah tersebut berjatuhan bagaikan burung yang mati. Larasati mengubah pedangnya menjadi kelopak bunga cempaka putih. Ia mengendalikannya dan membuat seluruh kelopak bunga menerjang ke arah dermaga pelabuhan. Ia membuat seluruh siluman tersebut terkena ilusi. "Kurasa mereka sudah tidak berulah lagi." Dewi Sari Kencana menyarungkan pedangnya. "Cepat berlabuh, aku ingin tahu siapa para siluman ini." Ki Janggan Nayantaka meminta kepada Banyu Sangkala.Kapal layar Banyu Sangkala tidak bisa berlabuh terlalu dekat. Ia takut bila ada serangan kejutan dan malah membuat kapal tersebut kenapa-napa. Banyu Sangkala memilih untuk menurunkan perahu kecil dan meminta Ki Janggan Nayantaka, Larasati, Dewi Sari Kencana, Arya Santanu dan Asura untuk mendayung ke daratan."Aku akan kembali ke Sundapura. Bila ada apa-apa segera hubungi aku." B
"Kau menyeduh kopi?" Arya Santanu duduk di samping Ki Janggan Nayantaka. Ia baru saja mandi di telaga di dekat desa. Asura yang ikut bersamanya lebih memilih untuk mencari beberapa buah segar di sekitar hutan."Kopi di sini sangat nikmat. Apa lagi untuk menemani hari yang baru di Swarnadwipa. Dari kemarin kita terus saja bertarung hingga tidak memperhatikan badan sendiri. Hari ini aku ingin berjemur di pantai dan menikmati pagi." Ki Janggan Nayantaka menikmati pemandangan pantai dan pelabuhan.Arya Santanu tidak melihat dua wanita yang selalu saja mengganggu. Ia memilih untuk mencari mereka dari pada duduk diam dan hanya menghirup aroma kopi milik Ki Janggan Nayantaka. "Maaf, apa kau melihat dua wanita manusia?" Arya Santanu bertanya ke salah satu warga.Warga itu menunjuk ke arah alun-alun desa. Arya Santanu melihat begitu banyak anak kecil yang sedang berkumpul. Ia merasa penasaran dengan apa yang mereka bicarakan. "Terima kasih." Arya Santanu pamit dan
"Kau juga?!" Asura menoleh ke arah ular tersebut. "Sukma Aji Sangkala, apa kau bisa membantu Asura sebentar? Bantu ia mengalahkan Rakshasa lainnya, lalu segera kembali kepadaku." Arya Santanu menggunakan zirah iblis api dan lengan iblis serta sepatu iblis api. Ia siap untuk bertarung dengan si harimau petir."Aku mengerti. Baiklah, aku pergi dahulu." Sukma Aji Sangkala meninggalkan tubuh Arya Santanu dan melesak terbang ke arah Asura.Ular bermahkota itu melompat dan membuka mulut besarnya. Ia siap menerkam elang kecil di hadapannya.AAAARGH!!!Asura berteriak karena saking takutnya. "Teknik dewa petir, sambaran petir langit!" Sukma Aji Sangkala memusatkan energi miliknya di tangan kanan hingga membentuk kilatan petir. Ia memanggil dengan cepat petir dari langit untuk menghantam tubuh ular bermahkota itu.JEGEER!!!Petir besar menghantam tubuh ular bermahkota hingga membuatnya menutup mulut dan terlempar ke bawah kembali. Tubuh besarnya me
Asura kembali menjadi seekor tikus. Ia berpegangan pada pundak Arya Santanu yang telah menanggalkan zirah iblis api miliknya. Mereka berdua berlindung dari ledakan besar tersebut tepat di balik sebuah batang pohon besar."Aku iri dengannya, seandainya aku adalah sebuah sukma." Asura melihat sukma Aji Sangkala yang tidak perlu berlindung dari gelombang ledakan dan angin yang berembus cepat ke arahnya. Semua hal itu bakal menembus dirinya."Kau ingin jadi Sukma? kau bisa mati sekarang, mau?" Arya Santanu menjawabnya."Bila aku mati, kau juga akan ikut mati, bodoh." Asura merasa jengkel dengan temannya.Sukma Aji Sangkala masih merasakan lima Rakshasa lagi di lima 5 tempat yang berbeda. Namun yang paling menonjol dari kelima Rakshasa tersebut adalah kemunculan Hirayaksa di arah laut. "Dua Raksasa Buto sedang mengejar para penduduk yang mengungsi. Rakshasa banteng hitam sedang bertarung dengan Larasati, lalu Rakshasa serigala putih sedang bercengkerama dengan Dewi Sari Kencana, dan Raksh
Benteng besar perak dan semua penduduk, pasukan serta raja Swarnabhumi yang terhapus oleh jarum waktu milik Indrajit Maghanada telah kembali hidup. Mereka semua saling melihat satu sama lain dengan tatapan bingung."Raja? A–apa yang terjadi? Kenapa kita semua kembali hidup?" Tanya seorang prajurit."Arya Santanu, apa ini perbuatanmu?" Raja Swarnabhumi masih sangat bingung.Yang Maha Kuasa telah mengembalikan orang-orang itu, namun ia tidak bisa mengembalikan mereka yang tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan teknik ruang dan waktunya. Beberapa daerah yang hancur oleh sepuluh Rakshasa Buto juga kembali pulih. Namun tidak dengan orang-orangnya yang tewas akibat kejadian itu. Dewi Sari Kencana dan Larasati juga tidak bisa dihidupkan kembali karena mereka tewas sebelum Indrajit Maghanada menggunakan elemen waktu.Yang Maha Kuasa memisahkan dirinya dari tubuh Arya Santanu. Pemuda itu kembali mendapatkan dirinya dan berubah menjadi Arya
"Menakjubkan! Akhirnya kau datang juga!" Indrajit Maghanada sangat menunggu kehadiran Yang Maha Kuasa."Ada apa? Kau terlihat senang sekali dengan kehadiranku? Yang Maha Kuasa merasa Indrajit aneh."Aku akhirnya bisa membunuh-Mu! Aku bisa menjadi Yang Maha Kuasa dan menduduki takhta tertinggi dari seluruh penciptaan!" Indrajit Maghanada menjadi begitu bersemangat."Tunggu sebentar, kambing gila! Kau berpikir bisa mengkudeta diriku?" Yang Maha Kuasa merasa pikiran makhluk kotor satu ini sudah tidak bisa dibersihkan.Indrajit Maghanada mencengkeram tubuh Yang Maha Kuasa dengan elemen ruang dan membuatnya tidak berdaya melawan gravitasi super kuat yang mengekang tubuh Dzat nomor satu di multisemesta itu. "Aku adalah pengendali ruang dan waktu. Aku yang lebih pantas memimpin multisemesta dan para dunia bawah dan dunia para dewa!" Indrajit Maghanada mengulurkan tangan kirinya ke depan. Dari telapak tangannya, ia menciptakan sebuah j
Kedua mata Indrajit Maghanada mengeluarkan cahaya hijau terang. Iblis itu terus berteriak sangat keras hingga membuka ribuan portal dimensi ruang dan waktu di sekitarnya. Ribuan varian atau wujud diri dari Indrajit Maghanada dari berbagai dimensi waktu dan alam semesta berkumpul di sekitar Arya Santanu."Apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali Indrajit Maghanada?" Arya Santanu terkejut akan kemunculan mereka."Sudah kubilang, aku tidak akan mati!" Indrajit Maghanada meminta kepada para dirinya yang lain untuk menyumbangkan jiwa mereka.Satu per satu, para Indrajit itu melebur dirinya dan memberikan jiwa serta kekuatannya kepada Indrajit Maghanada yang sedang dicekik oleh Arya Santanu. Kekuatan besar mengalir deras secara terus-menerus ketika para Indrajit lainnya mulai menyatu dengan Indrajit gila itu. Cengkeraman tangan dari Arya Santanu semakin melemah, tubuh dari Indrajit menjadi lebih tinggi dan lebih besar dari sebelumnya.
Hati Arya Santanu seperti baru disiram oleh air sejuk. Ia tertegun untuk sesaat dan menundukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Untuk sesaat dirinya seakan hanyut dalam sebuah penantian panjang yang akhirnya telah ia temukan jawabannya. "Kau…?" Arya Santanu menatap Ki Janggan Nayantaka."Akhirnya kau tersenyum. Bagaimana bila kita berpindah tempat," ucap Ki Janggan Nayantaka. Ia menjentikkan jarinya.SNAP!!!Dalam sekejap keduanya berpindah ke tempat yang lebih terang dan seluruhnya hanyalah berwarna putih. Ki Janggan Nayantaka merubah kembali wujudnya ke dalam bentuk cahaya terang. "Maaf, aku tidak mengenalimu sama sekali," ucap Arya Santanu."Aku tidak apa-apa. Yang terpenting orang yang telah melupakan-Ku tidaklah melupakan dirinya. Banyak dari mereka yang kehilangan arah setelah melupakan-Ku, lalu perlahan mereka juga melupakan diri mereka sendiri. Bukankah itu adalah hal yang mengerikan?" Yang Maha Kuasa akhirnya menunju
Arya Santanu tidak membalas perkataan dari Indrajit Maghanada. Ketika asal hitam mengepul keluar dari mulutnya, ia seakan telah menghilang dari tubuhnya dan tinggal hanya tersisa sebuah cangkang kosong saja. Rasa sakit dari masa lalu pun hadir kembali. Adik tercintanya yang tewas di desanya membuat ia mengenang genangan darah dari tubuh anak kecil yang telah hidup bersama dirinya, meski pun ia hanyalah saudara tirinya. Lalu rasa sakit lainnya ketika ia harus menguburkan teman yang ia temui diperjalanan membuat dirinya semakin tersudut di ujung ruangan. Larasati tidak sepantasnya mati dengan cara seperti itu. Arya Santanu merasa bersalah atas perginya wanita itu. "Aku tidak bisa menerima kematian lagi…." Arya Santanu bergelut dengan pikiran negatifnya di sudut terdalam alam bawah sadarnya. "Dewi Sari Kencana, Asura, Ki Janggan Nayantaka, dua adikku yang tercinta, Larasati, ayah… dan ibu." Arya Santanu terus memikirkan semua orang-orang itu. Pik
"Sangat disayangkan, tapi kali ini aku akan menang," ucap Indrajit Maghanada sambil tersenyum kecil. "Terserah kau saja!" Arya Santanu waspada dengan apa yang akan dilakukan oleh iblis itu.Indrajit Maghanada bergerak dengan menarik ruang dan waktu ke dirinya. Dengan begitu, ia bisa muncul di hadapan Arya Santanu dan menyentil dahi pemuda itu dengan segenap kekuatan yang ia miliki.PLAK!!!Alhasil, Arya Santanu terlempar ke belakang hingga menghantam permukaan tanah berkali-kali. Ia terhempas sangat jauh hingga menghantam tebing tempat Aji Sangkala bangkit. Arya Santanu tidak bisa menjaga keseimbangan tubuhnya untuk menahan atau menghentikan laju tubuhnya. Ia seperti terseret oleh arus udara dan tidak bisa melawan energi besar dari sentilan tangan Indrajit Maghanada."Bagaimana? Inilah kekuatanku yang asli. Begitu tak terbatas!" Indrajit Maghanada muncul kembali di hadapan Arya Santanu."Yah, sentilanmu sangat menyakit
"Kita harus melakukan sesuatu dengan bola energi itu!" Ucap Asura."Bila kita melawannya dengan kekuatan, ledakan besar dari bola energi itu bisa meluluhlantakkan seluruh daratan Swarnadwipa," ujar Aji Sangkala."Lalu apa yang harus kita lakukan?" Arya Santanu membidik bola energi itu menggunakan panah petir hitam miliknya. "Lemparkan bola itu ke angkasa!" Aji Sangkala memiliki ide bagus."Aku mengerti," jawab Arya Santanu.Ia segera mengubah panah petir hitam menjadi panah cahaya. Arya Santanu menembakkan satu anak panah ke arah langit, lalu ia menembakkan satu anak panah lagi ke arah bola energi tersebut. WUSH!!!Ketika bola energi para Rakshasa Buto menghantam panah cahaya milik Arya Santanu, bola energi menghilang dan berpindah ke tempat panah cahaya yang melesak ke angkasa berada. Bola energi tersebut dipindahkan Arya Santanu ke angkasa untuk menghindari dampak ledakan yang sungguh luar biasa. Dan bebera
Sepuluh persen kekuatannya meningkat secara drastis. Energi tersebut meluap dan terlihat seperti sebuah selubung asap putih di sekitar tubuh Arya Santanu. Namun yang paling jelas dirasakan adalah udara dan permukaan tanah disekitar dirinya yang seakan terangkat dan terus mengalirkan angin lembut.Arya Santanu melipat keempat jari kanannya dan hanya membiarkan satu jari telunjuk saja yang menunjuk. Ia memusatkan energi cahaya yang begitu besar di satu jari tersebut. "Hancurlah!" Arya Santanu berpindah tempat dengan sangat cepat. Ia langsung mengayunkan telunjuk kanannya ke arah dada kanan Indrajit Maghanada. WUSH!!!DUUUM!!!DUUUAR!!!BRUUUAR!!!Serangan tersebut menembakkan sebuah energi besar yang terlempar dari satu jari Arya Santanu ke arah depan. Seketika permukaan tanah terbelah dan menggulung menjadi dua bagian. Tercipta sebuah kawah besar seperti aliran sungai yang panjangnya mencapai sepuluh kilometer
Dengan cepat rantai-rantai tersebut menarik jiwa milik Arya Santanu dan membaginya menjadi ratusan buah. Seluruh jiwa Arya Santanu tersebut ditarik paksa menuju ke dalam cermin dimensi dan disegel sepenuhnya. "Bagaimana rasanya mati dengan cara jiwamu dimutilasi hingga ratusan bagian!" HAHAHAHA!!!Indrajit Hitam tertawa sangat keras ketika melihat tubuh dari Arya Santanu perlahan menjadi lapuk dan membusuk. Pemuda itu sudah tidak bergerak. Ia mati sepenuhnya. "Apa ia sudah mati?" Tanya Indrajit Putih."Tentu saja! Aku pastikan ia mati dan tidak akan berkoar lagi!" Indrajit Hitam merasa senang dengan rencana itu. Sayangnya, ia yang menguasai dunia peralihan tidak bisa dibunuh dengan mudahnya. "Kau mungkin belum kuberitahu tentang apa itu dimensi peralihan. Maaf, itu salahku." Tiba-tiba Arya Santanu kembali muncul di belakang kedua Indrajit tersebut. Ia kembali dari kematian, atau lebih tepatnya melakukan trik kotor u