Aji Sangkala telah sampai di tempat raja Swarnabhumi. Meski pun sang raja masih berada di tengah perjalanan menuju ke benteng besar perak, namun Aji Sangkala tetap menemuinya. Ia meletakkan mayat dari Adityawarman dan berusaha menutup luka dari mayat itu dahulu. Aji Sangkala juga meletakkan Patih Widura Sri Mada di depan raja Swarnabhumi. Ia segera menggunakan energi miliknya untuk menutup luka Widura. "Anakku!" Raja Swarnabhumi menangis tersedu-sedu. Ia meratapi kembali kematian anaknya. "Maafkan aku. Aku tidak bisa menjaga pangeran Adityawarman." Widura berusaha bangkit dan menundukkan kepalanya ke arah raja. Ia merasa bersalah.Raja telah diberi pengertian oleh Ki Janggan Nayantaka. Ia tahu bila perang ini akan merenggut banyak nyawa. Dan tidak menutup kemungkinan juga akan merenggut orang-orang yang ia sayangi. "Berdirilah Widura. Bantu aku untuk membawa tubuh Adityawarman ke benteng besar perak. Kita harus memakamkannya di sana." "Ini adalah perang. Aku harus memakluminya. L
Bola api melesak cepat ke arah Arya Santanu. Bila bola api tersebut sampai menghantam ibukota emas, maka seluruh wilayah di ibukota emas, termasuk istana, juga akan musnah. Dengan membentuk sebuah busur panah di tangan kirinya, ia melepaskan satu anak panah cahaya menuju ke bola api raksasa. WUSH!!!"Pindahlah!" Arya Santanu bicara dalam hatinya sambil tersenyum. Tatapan kedua matanya pun sangatlah biasa. Ia seperti tidak terlalu menakuti bola api raksasa tersebut. Dan ketika anak panahnya bersentuhan dengan bola api tersebut, seketika bola api raksasa menghilang dengan cepat. "Apa?!""Ke–ke mana bola api milikku?!" Maghadasura merasa terkejut. Ia tidak merasakan energi besar dari bola api tersebut. DUUUM!!!DUUUAR!!!Namun tidak lama kemudian dari arah lautan, di mana semua kapal milik Kalimanthana bersandar, ledakan besar terjadi hingga menciptakan arus gelombang air laut dan gelombang kejut yang besar. Embusan udaranya pun sampai terasa ke tempat Arya Santanu dan Maghadasura
Aji Sangkala segera berpindah tempat dengan kekuatan petirnya. Ia muncul kembali di tengah-tengah kedua iblis itu. Aji Sangkala segera membawa keduanya pergi dengan teknik dimensi miliknya. Sambil melontarkan senyum ke arah Arya Santanu, ia berpamitan dengan muridnya. "Di–di mana ini?" Vritra terkejut. Tiba-tiba ia sudah berada di tempat yang berbeda. "Kau! Ke mana kau membawa kami pergi!" Rahvana menunjuk Aji Sangkala dengan kesal. "Selamat datang di dimensi milikku. Di tempat ini, aliran waktu sangatlah unik. Seratus tahun di tempat ini sama dengan sepuluh menit di dunia sana. Tapi sebenarnya relatif juga, intinya itu semua tergantung pada diriku sebagai penguasa dimensi ini. Jadi, kita bisa menghabiskan waktu yang cukup lama di tempat ini." Aji Sangkala tersenyum. Vritra merasa kesal dengan aksi tiba-tiba Aji Sangkala yang berani sekali membawanya ke tempat lain. Ia tidak lagi berbasa-basi, Vritra yang merupakan iblis dengan wujud asli seekor naga langsung menyerang Aji Sangkal
Aji Sangkala membawa Vritra ke dunia dimensi yang dipenuhi oleh lembah, hutan dan gunung-gunung tinggi. Di sepanjang mata memandang semuanya terlihat hijau. Dan ditengah-tengah daerah tersebut adalah wilayah kosong yang tidak ditumbuhi oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. "Setelah aku mengalahkanmu, aku akan segera menghabisi Indrajit Maghanada bersama dengan saudaraku sendiri, Aji Kala Karna." Aji Sangkala telah mengucapkan sumpahnya. "Jadi, kau adalah saudara kandung dari Aji Kala Karna?"HAHAHAHA!!!"Kalian sangat berbeda sekali!" Vritra tertawa tiada henti. "Tertawalah sepuas hatimu. Aku akan mengubahnya menjadi tangisan dan darah." Aji Sangkala tersenyum ke arah Vritra. Mendengar hal itu, Vritra menjadi naik darah. Ia memanggil empat naga penguasa empat elemen dasar. Vritra adalah sang raja naga iblis, ia bisa memanipulasi dirinya sendiri menjadi beberapa bayangan diri. Setiap bayangan bisa berubah menjadi naga yang ia inginkan. Dalam perang seratus tahun yang lalu, Vritra b
Serangan tinju milik Banasura berhasil mengenai Arya Santanu, namun serangan itu ditahan oleh satu kepalan tangan milik Arya Santanu. Bhasmasura yang lelah menunggu akhirnya juga ikutan menyerang pemuda itu. "Apa?!" Arya Santanu terkejut ketika ia menyentuh pukulan dari Bhasmasura. Tangannya langsung terbakar dan hangus menjadi abu hitam. Ia segera mundur ke belakang, namun Bhasmasura berhasil menyusul dan menusuk punggung dari Arya Santanu menggunakan tangan kanannya. JLEB!!!Ia tidak menyangka bila iblis tersebut memiliki kemampuan unik seperti itu. "Manusia bodoh! Kau sudah terlalu besar kepala!" Bhasmasura langsung menarik keluar tangannya dari tubuh Arya Santanu. Seketika tubuh pemuda itu terbakar hangus menjadi abu. "Cih! Apa hanya segitu saja?" Banasura meremehkan Arya Santanu yang ia anggap telah tewas oleh Bhasmasura."Hmm… benar juga. Apa hanya segitu saja?" Tiba-tiba Arya Santanu ikut menimpali ucapannya Banasura. Ia berhasil selamat dengan mengandalkan bayangan diri
"Akan sangat bahaya bila tombak tersebut sampai menghantam permukaan tanah!""Aku harus melakukan sesuatu!"Arya Santanu menciptakan tombak tandingan yang lebih kecil seukuran dirinya. Tombak tersebut berasal dari elemen cahaya miliknya. Setelah ia menciptakan tombak tersebut, Arya Santanu segera melemparkan tombak tersebut ke arah tombak Gundalana. WUSH!!!Selagi tombak melesak, Arya Santanu langsung menciptakan busur cahaya dan menarik tali busur tersebut dengan begitu cepat. Ia menciptakan sebuah anak panah cahaya yang diselimuti oleh kilatan petir putih. "Terbanglah ke langit, anak panahku!" Arya Santanu melepaskan anak panah itu. Dengan cepat, panah tersebut melesak cepat ke atas dan menembus awan dengan kecepatan cahaya. Dan disaat tombak cahaya milik Arya Santanu bersentuhan dengan tombak Gundalana milik Banasura, seketika kedua tombak tersebut menghilang tanpa jejak. "Hi–hilang?!" Banasura
Bhasmasura langsung menghajar si sombong Arya Santanu. Pukulannya meleset, namun dengan cepat Bhasmasura bergerak kembali dan berhasil menghantam perut dari Arya Santanu dengan tinjunya. BRAK!!!"Cepat sekali!""Untung saja aku menggunakan perisai cahaya tadi. Bila tidak, mungkin perutku sudah bolong." Arya Santanu mundur ke belakang.Perisai cahaya yang melindungi dirinya langsung terbakar hangus dan menjadi abu. Bhasmasura memiliki kemampuan untuk mengutuk apa pun yang ia sentuh dan siapa pun yang menyentuh dirinya agar terbakar hangus menjadi abu. Kekuatan ini sangatlah kuat karena ia berada di peringkat ketiga sebagai iblis terkuat di neraka setelah Asura dan Indrajit Maghanada. Bhasmasura juga mampu bertarung dalam jarak dekat, menengah dan jarak jauh. Ia memiliki teknik pernapasan api dan dijuluki monster api dari neraka. Ia adalah pengendali api neraka yang asli. Dijuluki juga sebagai anak haram dari dewa Agni, kekuatan elemen apinya melebihi para saudaranya, bahkan Narakas
Tubuh dari Arya Santanu yang ditusuk oleh Bhasmasura perlahan terhapus dengan menghilang menjadi serpihan debu. Bhasmasura terkejut ketika ia menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Arya Santanu, ternyata ada Aji Sangkala yang sedang berdiri di kejauhan. "Kenapa ia berada di sini?" Bhasmasura merasa bingung. Ketika sepenuhnya tubuh Arya Santanu menghilang, Bhasmasura menghancurkan seluruh kubah pelindung sisanya. Setelah itu, Ia segera berpindah tempat dan muncul tidak jauh dari Aji Sangkala. "Apa yang kau lakukan di sini?" Bhasmasura bertanya dengan tatapan sinis."Ada apa? Apa aku tidak boleh mengunjungi muridku?" Aji Sangkala tersenyum."Maaf bila aku terlalu lama. Aku harus memulihkan diri dahulu." Arya Santanu muncul secara tiba-tiba di tengah-tengah pembicaraan mereka berdua. Bhasmasura melihat bocah tersebut telah pulih sepenuhnya. Ia merasa bingung, sebelumnya Arya Santanu bahkan tidak bisa bergerak dengan leluasa karena suhu panas yang ia hasilkan dari tubuhnya. Namun kenapa se