Abisatya pun menjelaskan bahwa sosok misterius yang selama ini mengelilingi mereka adalah harimau besar itu, harimau itu mempunyai niat baik.
"Seperti yang sudah kita alami beberapa hari ini kek, sosok misterius itu adalah harimau besar ini... Dia tak ada niat buruk dengan kita, dia adalah hewan utusan dewa yang di utus untuk menjaga kita semua terutama Adiwilaga calon pendekar dimasa depan," jelas Abisatya.
Akhirnya kakek Byakta mulai bisa menerima harimau itu dan tak takut lagi dengan harimau besar itu.
Abisatya segera berbicara kembali dengan harimau besar itu, Abi ingin menanyakan nama dari harimau itu.
"Wahai harimau... Siapa nama aslimu?" Tanya Abisatya.
"Namaku Garaga..." Jawab Garaga (harimau besar).
Setelah menanyakan nama dari harimau itu ternyata daging rusa muda milik mereka masih utuh dan tak di makan sedikit pun oleh Garaga, Abisatya dan kakek B
"Namanya juga hewan utusan dewa kek.. apalagi itu untuk menjaga kita semua ya harus besar hehehe...," Jawab Abi pada Kakek Byakta."Benar juga sih katamu nak... Semoga saja dengan adanya Garaga, kita semua akan selamat selalu ya nak..," doa kakek Byakta."Iya kek... Aku juga berharap seperti itu," jawab Abi.Tak lama kemudian daging rusa yang sedang mereka bakar sudah matang dengan sempurna dan siap untuk mereka nikmati bersama sama.Kakek Byakta dan Abisatya segera memindahkan daging rusa bakar itu ke dalam rumah untuk di nikmati bersama sama.Sedangkan Garaga masih mengawasi mereka dari atas batu yang cukup besar di sebelah rumah mereka.Garaga sengaja mengawasi mereka dari atas batu itu agar Garaga bisa melihat dengan jelas kalau seandainya ada bahaya yang datang.Mereka berdua sudah memindahkan daging rusa itu ke dalam rumah, saatnya Abisatya un
Setelah itu Abisatya menggendong Adiwilaga kembali ke dalam kamar untuk kembali beristirahat. Tak lupa Abisatya juga mengajak istrinya untuk menemani Adiwilaga istirahat di dalam kamar."Istriku... Ayo ikut aku ke kamar dan temani Adiwilaga beristirahat sepertinya Adiwilaga sudah cukup mengantuk sekarang," ucap Abisatya."Iya suamiku," jawab Dewi Suhita sembari berjalan mengikuti Abisatya dari belakang.Sedangkan Kakek Byakta masih berada di luar dengan Garaga, kemudian kakek Byakta mencoba untuk mendekati Garaga dan mencoba mengajak bicara Garaga.Saat itu kakek Byakta ingin menanyakan pada Garaga tentang kekuatan apa saja yang akan di miliki oleh Adiwilaga kelak, karena kakek berfikir kalau Garaga mengetahui akan hal itu."Garaga.. apakah kamu tahu tentang kekuatan apa saja yang akan dimiliki oleh Adiwilaga kelak?" Tanya Kakek Byakta pada Garaga.Garaga yan
Garaga pun segera menjelaskan alasan kenapa dia pergi pada Abisatya dan juga kakek Byakta."Maaf... Tadi aku habis dari hutan, aku mencarikan kalian hewan buruan, aku dengar tadi kalian masih sangat kelelahan. Jadi aku mengambil inisiatif untuk mencarikan kalian hewan buruan, ini aku membawakan kambing hutan untuk kalian makan," jelas Garaga.Abisatya sungguh tak menyangka dengan Garaga yang sangat peduli padanya dan juga kakek Byakta."Astaga Garaga.... Kamu peduli sekali dengan kita, aku dan kakek Byakta sangat berterimakasih padamu," ucap Abi.Kakek Byakta juga tak percaya dengan Garaga yang begitu peduli padanya sehingga kakek Byakta tak sanggup bicara apapun pada Garaga.Kakek Byakta hanya tersenyum kearah Garaga yang sedang membawa kambing hutan itu.Setelah itu Garaga langsung menaruh kambing hutan itu di depan Abisatya dan juga kakek Byakta."Ini d
Akhirnya mereka semua sudah selesai makan dan berniat akan menemui Garaga kembali untuk lebih menenangkan Garaga dan juga mengenalkan pada Dewantara agar tak terjadi kesalahpahaman lagi seperti ini."Dewantara... Sekarang ayo ikut kami kedepan untuk menemui Garaga, kita perkenalkan kami padanya agar kejadian seperti tadi tak akan terulang kembali," ucap Abisatya."Tapi... Apa Garaga tak akan membunuhku kali ini? Aku masih trauma saat bertemu Garaga itu," jawab Dewantara yang masih takut untuk bertemu Garaga."Sudah nak jangan takut seperti itu... Kan sekarang sudah ada kita, nanti juga akan kami perkenalkan kami pada Garaga, setelah kenal pasti kamu akan sangat menyukai Garaga ini," ucap kakek Byakta meyakinkan Dewantara."Yasudah ayo kita temui Garaga sekarang... Tapi aku berjalan di belakang kalian berdua saja ya," ucap Dewantara yang mencoba memberanikan dirinya untuk bertemu Garaga."B
Dewantara terpaksa harus tetap berjalan menuju markasnya dengan luka yang ada di kakinya.Tapi saat itu Dewantara tak bisa berjalan dengan cepat menuju markasnya karena kakinya yang sedang kesakitan akibat terjatuh tadi.Dewantara hanya berjalan sedikit demi sedikit dengan menahan rasa sakit di kakinya.Setelah berjalan sangat lama akhirnya Dewantara sudah berhasil sampai di depan markas para pendekar api.Tiba tiba Dewantara di datangi oleh dua anggota pendekar api lainnya dan segera menanyakan pada Dewantara tentang luka di kakinya tersebut."Dewantara... Kakimu berdarah darah, kenapa bisa luka seperti itu kakimu? Apa ada hewan buas yang menyerang mu tadi?" Tanya salah satu anggota pendekar api itu."Tidak... Ini bukan luka akibat di serang hewan buas, tapi tadi aku tak sengaja tersandung dahan kayu dan kaki ku terkena dahan kayu yang cukup lancip, mangkany
Abisatya pun segera membereskan tulang tulang kambing itu dan segera pergi keluar rumah untuk membuang nya.Setelah membuang tulang tulang itu akhirnya Abisatya masuk kembali kedalam rumah dan segera beristirahat bersama kakek Byakta.Sedangkan Dewantara masih terus berjalan menuju rumah kakek Byakta dan juga Abisatya untuk meminta bantuan kembali.Dewantara berjalan dengan sangat lambat karena dia tak bisa menggerakkan kaki yang sedang terluka itu.Sampai akhirnya Dewantara sampai di depan rumah kakek Byakta dan juga Abisatya."Tok.. tok.. tok... Kek... Bii... Ini aku Dewantara," teriak Dewantara sembari mengetuk pintu rumah mereka.Kakek Byakta dan Abisatya yang sedang tertidur langsung terbangun karena mendengar suara teriakan Dewantara dari luar rumah.Kali ini Abisatya yang bangun dan membuka pintu terlebih dahulu.Saat melihat kondis
Dewi Suhita saat itu sedikit panik karena dirinya takut kalau sampai Dewantara tak bisa untuk menjaga rahasia tentang Adiwilaga ini, apalagi kalau sampai di beritahukan pada raja Argani di sana."Apa suamiku? Adiwilaga akan menyembuhkan Dewantara sekarang? Apa kamu tidak takut kalau Dewantara itu tak bisa menjaga rahasia tentang Adiwilaga ini, apalagi kalau sampai dia bilang pada raja Argani nanti?!" Ucap Dewi Suhita yang sedikit kesal saat itu.Abisatya juga sebenarnya tak ingin memberitahu tentang kekuatan Adiwilaga pada Dewantara, tapi Abisatya terpaksa karena permintaan kakek Byakta tadi."Sebenarnya aku juga tidak mau istriku... Tapi tadi kakek Byakta begitu yakin dan percaya dengan Dewantara itu mangkanya sekarang aku terpaksa untuk mengambil Adiwilaga pergi ke depan," jawab Abisatya."Owh kakek Byakta yang sudah yakin... Yasudah kamu bawa saja Adiwilaga ke depan semoga luka Dewantara bisa bena
"Adiwilaga.... Maafkan aku yang tadi sempat tak percaya denganmu ini, sekarang aku sudah percaya dengan kekuatan yang kamu miliki ini dan juga aku ingin meminta maaf karena aku tadi tak terlalu sabar saat akan kamu sembuhkan, sekali lagi maafkan aku," ucap Dewantara yang penuh penyesalan.Abisatya yang mendengar itu pun segera menghentikan Dewantara agar tidak terus terusan merasa bersalah pada anaknya Adiwilaga."Sudah Tara tidak apa apa... Adiwilaga juga pasti sudah memaafkan dirimu, lagian juga ini bukan hal yang serius," ucap Abisatya."Iya bii... Aku jug minta maaf padamu," ucap Dewantara."Kan aku sudah bilang padamu Tara... Jangan terlalu merasa bersalah seperti itu, kita semua sudah memaafkan dirimu, tenang saja," jawab Abisatya.Dewantara juga tak lupa meminta maaf pada Kakek Byakta Kate sikap ketidak sabaran nya tadi."Kakek... Tolong maafkan aku ju
Setelah itu tetua mulai meninggalkan rumah Dewantara, ia berjalan kembali ke arah rumah nya yang berada di ujung depan desa."Terimakasih sudah mau membelaku tadi... Aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu tadi," ucap Gen pada Adiwilaga yang sedang menenangkan ibunya tadi.Adiwilaga mengangguk ringan sembari memberikan senyuman ringan pada Gen yang terlihat sangat bahagia itu."Yasudah Dewi..... kalau begitu ayo kita kembali melanjutkan memasak nya," ucap nek Siri yang mengajak Dewi Suhita melanjutkan memasaknya tadi."Iya nek..."Dewi Suhita segera berjalan masuk kedalam rumah mengikuti nek Siri, berniat akan melanjutkan memasaknya tadi yang sempat tertunda karena ada sedikit masalah di luar rumah."Nak... Antarkan nak Gen ini ke rumah sebelah, biar nanti dia bisa tidur di sana," ucap kakek Byakta yang sudah mulai peduli dengan Gen.Adiwilaga se
Kakek Byakta terdiam.. tak bisa menjawab apa apa pada tetua karena itu sudah menjadi keputusan warga bersama dan pastinya mereka sudah berunding perihal ini.Raja Gen yang mendengar penjelasan dari tetua desa tadi merasa sedikit bersalah pada semua keluarga Adiwilaga yang terkena dampaknya atas kedatangan dirinya di desa itu.Raja Gen memutuskan untuk segera berjalan ke depan berniat untuk segera pergi meninggalkan desa itu dan kembali ke kerajaan nya untuk tetap tinggal di sana seorang diri.Semua warga ketakutan saat melihat raja Gen berjalan.. semua warga memberikan jalan untuk raja Gen lewat dan sebenarnya juga merasa ketakutan.Tapi Adiwilaga tak bisa membiarkan hal itu, dirinya tetap ingin membela raja Gen untuk tetap tinggal di desa itu, Adiwilaga merasa jika tindakan para warga itu terlalu kelewatan sehingga membuat perasaan dari raja Gen terluka."Berhenti... Jangan kemb
"Garaga? Siapa itu Garaga? Apa nama harimau milikmu ini?" Tanya raja Gen yang terlihat kebingungan."Iya benar... Nama harimau milikku ini adalah Garaga, memangnya kenapa?" Tanya Adiwilaga pada raja Gen.Raja Gen terdiam, sedikit merasa aneh dengan Adiwilaga yang memberikan nama Garaga pada hewan peliharaan nya itu.Setahu Gen, nama Garaga adalah sebutan nama untuk hewan utusan para dewa, raja Gen pernah mendengar tentang hal itu sebelumnya."Tidak apa apa.. aku hanya sedikit bingung saja kenapa nama harimau mu ini mirip dengan sebutan para dewa pada hewan utusan mereka.. apa harimau mu ini adalah utusan para dewa?" Jawab raja Gen sembari bertanya balik pada Adiwilaga.Adiwilaga sedikit panik... Tak tahu jika raja Gen mengetahui tentang hal itu sebelumnya.Tapi Adiwilaga tetao berusaha untuk tetap tenang saat menjawab pertanyaan dari raja Gen tadi."Owh be
Akhirnya Adiwilaga mundur dan tak jadi membunuh raja Gen yang sudah sangat lemah itu."Baiklah... Aku mengampuni mu, aku pegang janjimu tadi yang akan berubah jadi yang lebih baik, tapi aku mau seluruh anggota mu ini kamu bebaskan dan biarkan mereka semua kembali ke rumahnya masing masing, dan juga kamu! Awas saja masih berani berbuat jahat pada orang orang kecil, tak akan aku mengampuni mu lagi!" Ucap Adiwilaga.Raja Gen sangat lega, benar benar lega setelah mendengar ucapan dari Adiwilaga tadi yang sudah mau mengampuni dirinya."Terimakasih anak muda.... Terimakasih.... Aku berjanji akan menjadi seorang yang lebih baik lagi, aku juga akan membubarkan seluruh anggota ku agar mereka semua bisa kembali ke keluarganya masing masing," jawab raja Gen dengan perasaan yang sangat lega."Tunggu apa lagi sekarang? Cepat bubarkan para anggotamu itu!"Raja Gen mulai berusaha berdiri
Raja Gen sudah tak bisa menahan emosi nya lagi, dirinya mengibaskan pedangnya ke arah dada Adiwilaga."Sliiiing...... ""Uhg hampir saja, kali ini sabitan pedangmu lebih baik dari yang tadi, tapi tak lebih bagus jika hanya menembus angin, hahahaha!" Ucap Adiwilaga yang berhasil menghindari tebasan pedang dari raja Gen tadi.Raut wajah raja Gen sudah mulai berubah warna menjadi sangat merah, tanda jika emosional di dalam tubuhnya sudah memuncak dan itu adalah waktu yang pas bagi Adiwilaga untuk menyerang raja Gen yang benar benar emosi itu.Tongkat kayu mulai di keluarkan dari saku celananya, semua orang melihatnya dan beranggapan jika Adiwilaga sedang bercandaan dengan dahan kayu tua yang di keluarkan nya dari dalam saku celananya tadi.Begitu juga raja Gen yang semakin yakin dan percaya diri jika dirinya akan menang dengan sangat mudah kali ini."Nak... Masih berani melaw
Adiwilaga juga menjadi sangat penasaran dengan sosok perempuan yang di lihatnya tadi, sangat cantik dan begitu menggoda hati Adiwilaga.Itu ajaib, hanya dengan penglihatan dari jauh sudah bisa membuat Adiwilaga jatuh cinta padanya."Tentang itu kamu harus fokus pada titik tujuan mu itu, jangan terlalu kosong pikiran mu, nanti hasilnya akan seperti itu, menjadi melihat seseorang yang bahkan belum pernah kita jumpai sebelumnya," jawab Garaga.Adiwilaga mengangguk ringan sembari terus tersenyum senyum karena baru pertama kali dirinya melihat wanita dan langsung jatuh cinta pada wanita itu.Adiwilaga juga selalu mengingat ngingat wajah perempuan cantik itu, menurutnya wanita cantik itu cocok untuk di jadikan sebagai istri nya.Sudah saatnya juga Adiwilaga memikirkan tentang hal itu, usianya sudah cukup pas untuk melakukan pernikahan.Garaga yang menyadari akan hal itu sedikit
Akhirnya mereka bertiga mulai berjalan menuju rumah nek Siri, pemuda itu berjalan di belakang sembari membawa sayur dan rempah rempah milik nek siri tadi.Sampai pada akhirnya mereka bertiga sudah sampai di depan rumah nek Siri, segera pemuda itu meletakkan semuanya di atas kursi yang ada di depan rumah."Sudah ya nek... Aku pamit pergi dulu, besok aku akan menunggu nenek lagi," ucap pemuda itu."Iya nak.. terimakasih banyak sudah membantu kami berdua," jawab nek Siri.Pemuda itu mulai berjalan kembali menuju tempat biasa ia duduk, lebih tepatnya di ujung desa."Ayo nak kita bawa bahan bahan ini masuk kedalam," ajak nek Siri pada Dewi Suhita.Mereka mulai mengangkat bahan bahan dan segera berjalan masuk kedalam rumah menuju ke dapur, di sana mereka berdua segera menghaluskan bumbu bumbu yang di gunakan untuk membuat kuah gulainya nanti.K
Dewantara juga sedikit Lega setelah mendengar ucapan Abisatya tadi yang sudah mengizinkan dirinya untuk jujur pada ibunya saat itu juga."Begini Bu... Tapi ibu harus janji dahulu pada kami semua untuk tidak membicarakan hal ini pada siapapun termasuk semua warga desa ini karena hal ini memang sangat rahasia dan hanya keluarga saja yang bisa mengetahui tentang hal ini," jelas Dewantara pada ibunya.Nek siri tak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu, dirinya sangat yakin jika dirinya bisa menjaga rahasia apapun dari semua orang.Lantas nek Siri menyanggupi tentang satu syarat yang di berikan oleh anaknya tadi, nek Siri juga sudah berjanji pada semua orang jika dirinya tak akan memberitahukan hal itu pada semua orang termasuk orang di desa ini tanpa terkecuali."Jadi begini Bu.. Adiwilaga itu adalah seorang pendekar pilihan para dewa, dia di pilih menjadi pendekar untuk di tugaskan membantai seluruh keraja
Adiwilaga mulai merebahkan dirinya, tak langsung memejamkan matanya. Dirinya memikirkan tentang rencana nya besok, terlebih lagi Garaga tak memberi tahu tentang kelemahan dari raja di sana.Bahkan nama rajanya pun tidak di beri tahu oleh Garaga.Saat itu menjadi waktu yang sangat membingungkan bagi Adiwilaga, dirinya harus memikirkan strategi sendiri dan juga harus mengetahui titik kelemahan dari calon lawannya nanti.Semakin lama di pikirkan akan semakin membuat kepala Adiwilaga pusing dan sakit.Akhirnya Adiwilaga memutuskan untuk segera memejamkan matanya berniat akan segera tidur dan tak lagi memikirkan tentang strategi penyerangan untuk besok.Tak berapa lama setelah memejamkan matanya, Adiwilaga mulai tertidur lelap hingga tak sadar jika tidurnya memeluk kakek Byakta di sebelahnya.Begitu juga sebaliknya, kakek Byakta juga tak sadar jika dirinya sedang di peluk oleh