"Adiwilaga.... Maafkan aku yang tadi sempat tak percaya denganmu ini, sekarang aku sudah percaya dengan kekuatan yang kamu miliki ini dan juga aku ingin meminta maaf karena aku tadi tak terlalu sabar saat akan kamu sembuhkan, sekali lagi maafkan aku," ucap Dewantara yang penuh penyesalan.
Abisatya yang mendengar itu pun segera menghentikan Dewantara agar tidak terus terusan merasa bersalah pada anaknya Adiwilaga.
"Sudah Tara tidak apa apa... Adiwilaga juga pasti sudah memaafkan dirimu, lagian juga ini bukan hal yang serius," ucap Abisatya.
"Iya bii... Aku jug minta maaf padamu," ucap Dewantara.
"Kan aku sudah bilang padamu Tara... Jangan terlalu merasa bersalah seperti itu, kita semua sudah memaafkan dirimu, tenang saja," jawab Abisatya.
Dewantara juga tak lupa meminta maaf pada Kakek Byakta Kate sikap ketidak sabaran nya tadi.
"Kakek... Tolong maafkan aku ju
"Kek.. aku juga ingin belajar berburu menggunakan tongkat kayu seperti kakek dan juga Abisatya sekarang, aku sungguh sangat mengagumi berburu menggunakan tongkat kayu seperti itu," ucap Dewantara pada Kakek Byakta.Kakek Byakta yang mendengar itu pun langsung bersemangat untuk segera mengajarkan Dewantara berburu menggunakan tongkat kayu."Kalau begitu sekarang kamu cari dahan kayu di sekitar sini dan berikan padaku agar bisa aku lancipkan terlebih dahulu ujungnya," ucap kakek Byakta.Dewantara yang mendengar itu pun sangat bersemangat dan segera mencari sebuah dahan kayu di sekitar situ.Tak lam kemudian Dewantara sudah berhasil menemukan dahan kayu dan segera di berikan pada Kakek Byakta."Ini kek... Aku sudah berhasil mendapatkan dahan kayu untuk berburu nanti," ucap Dewantara sembari memberikan dahan kayu itu pada Kakek Byakta.Kakek Byakta pun menerima d
Dewantara pun segera mengangkat tongkat kayu miliknya dang bersiap untuk membidik rusa muda itu."Sabar nak... Jangan terburu buru, ingat apa yang Kakek jelaskan tadi," ucap kakek yang terus memberikan instruksi kepada Dewantara.Dewantara begitu fokus saat akan membidik target nya dan tak lupa dia juga terus mengingat semua yang di jelaskan kakek Byakta tadi.Akhirnya tongkat kayu milik Dewantara telah di lemparkan dengan sekuat tenaga."Bruuuushhhhh....," Suara tongkat kayu milik Dewantara.Ternyata tongkat kayu milik Dewantara itu menancap pas di leher rusa muda itu, sehingga membuat Dewantara sangat kegirangan karena sudah berhasil berburu dengan menggunakan cara yang di pakai Kakek Byakta dan juga Abisatya selama ini."Wahhhh lihat itu kek.... Tongkat kayu milik ku menancap pas di leher rusa muda itu hehehe," ucap Dewantara yang masih sangat kegirangan.
Mendengar semua apa yang di katakan Dewantara, raja Argani sedikit tak mempercayai nya karena melihat luka di kaki Dewantara sudah benar benar sembuh dan tak ada darah lagi yang mengalir di kakinya."Kamu jangan bohong padaku! Jangan pernah kamu pernah membohongi ku! Aku tahu lukamu itu sudah benar benar sembuh! Jadi sekarang jawab pertanyaan ku! Kenapa bisa sembuh secepat ini?!" Ucap raja Argani yang penuh kemarahan besar.Sedangkan Dewantara yang melihat dan mendengar itu semakin ketakutan.Satu sisi dirinya harus melindungi keluarganya dan sisi lain dia juga harus bisa menjaga kepercayaan keluarga kakek Byakta.Saat itu benar benar waktu yang sangat membingungkan bagi Dewantara.Sampai pada akhirnya Dewantara berfikir untuk sedikit mengelabuhi raja Argani dengan berpura pura pingsan saat itu juga."Brukkkk...," Suara Dewantara yang berpura pura jatuh pings
Tapi sebelum tidur, Abisatya berniat untuk menghampiri anaknya yang sedang tidur di pelukan Dewi Suhita.Melihat itu Abisatya sedikit meneteskan air matanya karena tak rela jika harus kehilangan anak satu satunya itu.Tapi perasaan sedih itu harus di tahan Abisatya karena Dewi Suhita tiba tiba terbangun dan melihatnya yang sedang menyesakan air mata."Suamiku... Kamu kenapa nangis tadi? Apa yang membuatmu mengeluarkan air mata seperti ini?" Tanya Dewi Suhita.Melihat istrinya terbangun sangat membuat Abisatya terkejut, Abisatya juga tak menyangka kalau istrinya melihat air mata yang keluar dari matanya.Pertanyaan Dewi Suhita juga membuatnya sangat kebingungan harus menjawab apa padanya.Tak mungkin kalau Abisatya harus berkata jujur pada istrinya.Setelah berfikir akhirnya Abisatya memutuskan untuk sedikit mengelabuhi Dewi Suhita.
Mereka berdua mulai berjalan menuju ruangan khusus anggota pendekar api tidur.Tapi malam itu bukan malam yang beruntung bagi mereka berdua.Mereka berdua di pergoki oleh penjaga yang sedang berkeliling markas."Hey kalian berdua! Sedang apa berada di luar ruangan di tengah hari seperti ini?! Ayo ikut aku untuk menghadap raja Argani sekarang juga!" Ucap penjaga itu.Mendengar suara itu membuat Dewantara dan Gentala sangat ketakutan.Namun mereka berdua tak mau menyerah begitu saja, Dewantara mempunyai niat untuk segera melarikan diri agar keduanya tak di tangkap oleh penjaga itu."Gentala.. hitungan ketiga kita langsung lari ke arah sana," bisik Dewantara pada Gentala.Mendengar itu Gentala sangat setuju dengan ide Dewantara itu."Baik..,""Satu... Dua... Tiga.. lariiiii," ucap Dewantara.&
Kedua tangan mulai di julurkan, mengangkat dan menggendong Adiwilaga.Terasa sangat hangat, terasa nyaman.Melihat senyumannya yang begitu menggemaskan, membuat hati semakin tenang.Setelah di rasa cukup puas menggendong Adiwilaga, akhirnya Abisatya segera kembali menghampiri Kakek Byakta yang sedang menguliti kulit rusa di luar rumah.Abisatya mulai berjalan ke luar rumah, menghampiri kakek Byakta disana."Kek... Apa yang bisa ku bantu sekarang?" Tanya Abisatya.Mendengar suara pertanyaan itu, kakek Byakta mulai menoleh kebelakang, melihat Abisatya sedang berjalan menghampirinya.Kakek Byakta mulai membuka mulutnya, menjawab pertanyaan Abisatya tadi."Bantu menyalakan bara api saja nak... Kakek juga akan selesai sebentar lagi," jawab kakek Byakta.Abisatya mendengarkan jawaban Kakek Byakta, seger
Setelah sedikit berbicara pada Garaga, akhirnya tongkat kayu milik Abisatya sudah selesai di lancipkan oleh kakek Byakta.Kakek Byakta mulai memanggil Abisatya, segera memberikan tongkat kayu miliknya itu."Nak.. ini tongkat mu sudah kakek lancipkan ujungnya, ayo kita segera berangkat sekarang," ucap kakek Byakta.Abisatya yang mendengar sauara kakek itu segera menoleh ke arah kakek Byakta dan mengambil tongkat miliknya itu."Baik kek... Ayo kita berangkat sekarang," jawab Abisatya dengan sangat semangat.Langkah kaki mulai berjalan menuju hutan, mencari hewan buruan untuk di makan, sembari berniat untuk menghilangkan beban pikiran.Tiba di tengah hutan, tiba tiba Kakek Byakta tidak berjalan pada jalan yang biasa ia lewati saat berburu, kakek Byakta meilih ke jalur lain berniat untuk mencari lokasi buruan baru di sana.Tentunya hal itu me
"Berhenti bicara sekarang! Sekali lagi kamu berani menghalang halangi kita untuk membunuh mereka, kamu yang akan kita bunuh di sini, camkan itu!" Ucap provokator tadi.Mendengar ancaman dari provokator Kir itu, Dewantara hanya bisa diam dan berharap Garaga segera datang kemari untuk menolong kakek Byakta dan juga Abisatya.Langkah demi langkah, sudah semakin dekat dengan kakek Byakta juga Abisatya.Provokator itu tinggal selangkah lagi sudah bisa membunuh kakek Byakta dan juga Abisatya.Pedang mulai di angkat, bersiap untuk segera menebas kepala kakek Byakta dan juga Abisatya.Tapi tiba tiba terdengar suara langkah kaki, tapi suaranya terdengar sangat keras."Bruhk... Bruhk... Bruhk...," Suara langkah kaki Garaga.Semua orang mendengarnya, sangat penasaran, mulai menebak nebak.Garaga telah muncul, memancarkan wajah y