Berkali-kali Putri Dafina menciumi pipi Putri Remi yang sudah beranjak remaja ini, lama-lama gadis cilik ini jengah juga.Tapi dia mendiamkan, karena 7 tahun bukan waktu singkat ibundanya ini merindukannya, hingga sempat putus asa dan pasrah.Pangeran Remibara lebih kalem, melihat putri sulungnya makin besar dan makin sakti, pangeran yang sempat di juluki Pendekar Tampan Berhati Kejam ini lega bukan main.Setelah mendengar kisah Putri Remi, kemarahan di dalam dada Putri Dafina langsung sirna, dan berbalik kasian dengan Nenek Maut yang menculik Putri Remi dulu, yang kini sudah tewas melawan Sembrana.Kali ini giliran Pangeran Remibara yang kaget bukan main, setelah Putri Remi dan Malaki bergantian mengisahkan siapa sosok Sembrana itu.“Hemmm…hasil kenakalan ayahanda kamu kini sudah dewasa ternyata!” sungut Putri Dafina cemburu, hingga Putri Remi, Pangeran Dursana dan Malaki melongong kaget, sedangkan kakek dan ke 4 nenek-neneknya senyum-senyum saja.Walaupun kini sudah berusia lebih 33
Saking kagetnya, Sembrana hanya mematung dan memandang wajah tampan pria ini, yang juga ayah kandungnya.Berbagai perasaan mengaduk hatinya, ada haru, bangga, ada senang, karena tak menyangka ayahnya seorang yang sangat hebat dan keturunan seorang maharaja lagi.Tapi hatinya tiba-tiba dingin, saat ingat wajah ibunyanya, Nyi Santi yang tewas di tangan seorang pentolan perampok yang berniat memperkosa.Pelan-pelan wajah tampan itu kini kembali biasa lagi, setelah tadi agak pucat dan mengeluarkan darah di bibir, dia menyunggingkan senyumnya.Pria bercaping yang ternyata Remibara adanya kini menatap wajah Sembrana, kenangan masalalu langsung tersaji di depannya.Remibara bak menatap seorang wanita cantik dan gemoy, yang dulu membuat dirinya mabuk dan enggan berpisah dan mereka sampai 3 bulanan bersama siang malam memadu kasih.Dan hasil dari percintaan panas saat usianya sama dengan Sembrana saat ini, berbuah…!Berbuah seorang pemuda tampan ini dan gagah perkasa dan sangat sakti dan hampi
Sembrana awalnya tak tahu kalau perjalanannya kini kembali menuntunnya ke sarang kelompok Ular Hitam ini.Hanya ia merasa aneh dan pastinya penasaran, melihat banyaknya orang-orang yang berpenampilan bak pendekar, sedang menuju ke sebuah titik yang ternyata markas Kelompok Ular Hitam ini.Sembrana tidak menjadi perhatian, karena cukup banyak yang datang dengan berbagai jenis pakaian, ada yang sangat mewah, ada yang bak pengemis dan ada juga yang biasa-biasa saja.Bahkan ada yang pakaianya bak gembel, tapi lucunya membawa beberapa anak buah, yang justru berpakain bagus, tapi melayani si gembel ini bak seorang pejabat tinggi.Sembrana lalu putar otak, bagaimana agar bisa masuk ke sarang kelompok yang dulu hampir mengalahkannya, andai kakeknya, Prabu Sembara tak datang secara tiba-tiba dan mengalahkan 25 orang tersebut, berikut Arya Kamandani nya.Sembrana lalu singgah di sebuah pasar yang berada di kaki bukit meratus ini, dan membeli sebuah topi bercaping lebar.Dia juga kini sudah meng
Menunggu waktu acara puncak, Sembrana memanfaatkan waktunya jalan-jalan sambil memantau situasi.Bukan hanya anggota Ular Hitam yang berjaga-jaga, penduduk sekitar lereng bukit Meratus ini juga banyak di perbantukan, tapi untuk melayani para tamu undangan yang terus berdatangan dari delapan penjuru mata angin.Sehingga kegiatan ini sangat meriah dan rame, bak ada karnaval besar saja, daerah ini masuk wilayah kekuasaan Kesultanan Surata.Sehingga walaupun Prabu Sembara sudah tahu adanya gerakan ini, tapi untuk menghormati kerajaan tetangga, Prabu Sembara hanya memerintahkan Panglima Jenderal Rosada agar seluruh prajurit bersiaga penuh di daerah perbatasan.Panglima Rosada yang juga suami Putri Gea sejak 10 tahun yang lalu memang sudah ditunjuk menggantikan ayahnya, Panglima Dalman yang mengundurkan diri karena faktor usia.Jenderal Rosada juga rajin lakukan patroli di daerah perbatasan, sehingga pertemuan ini sampai juga ke telinganya. Dan ia pun lalu mengirimkan telek sandi untuk mema
Di depan kamarnya ada 2 penjaga yang juga pengawal ayahnya berjaga, Putri Milina mencueki keduanya dan langsung saja masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.Baru 5 menitan merebahkan diri, Putri Milina lapat-lapat mendengar ada suara berdebat antara pengawal ayahnya dengan seseorang yang ngaku pelayan.“Kalian harus mengizinkan saya masuk ke kamar tuan putri, sebab beliau tadi pesan minuman ini, sesaat sebelum masuk ke kamarnya!’ si pelayan wanita tinggi besar ini terlihat ngotot, suaranya lucu, antara suara wanita dan suara lelaki.“Tak bisa sembarangan masuk ke kamar tuan putri, walaupun kamu ini wanita, sono pergi atau ku tendang pantat besar kamu yang semok itu!” ejek sang penjaga.Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Putri Milina sudah berdiri di depan pintu itu, dan pandangannya menyapu ketiganya sekaligus dengan alis lentiknya yang berkerut. “Ada apa ribut-ribut, saya mau istirahat!” tegur Putri Milina pada dua penjaganya.“Ini tuan putri si pelayan ini ngotot mau antar minu
Sembrana pun buru-buru kembali kepenyamarannya semula, kali ini Putri Milina ikutan merias wajahnya, agar kembali seperti ‘wanita’ tulen.Lucunya, karena Putri Milina lengkap punya alat rias, wajah Sembrana malah makin cantik saja, hingga putri jelita sampai gemes dan mencubit pipi abang angkatnya ini.Begitu keluar dari kamar si kumis ijuk dan si jenggot menatap heran wajah Sembrana, kenapa malah makin cantik usai dari kamar bersama Putri Milina?Bahkan yang bikin keduanya makin gemes, Sembrana terlihat makin ‘ganjen saja’ dengan mengandeng tangan Putri Milina yang mengantarnya sampai ke luar kamar dan berjalan menuju ke kamar Pangeran Sultana.Uniknya, tanpa sadar Putri Milina yang masih kangen dengan Sembrana malah tak mau melepas tangan ‘wanita tinggi besar’ ini, dan mereka menuju ke kamar di mana ayahnya beristirahat.Untung saja Sembrana sudah kembali ke bentuk penyamarannya lagi, sehingga gandengan tangan ini tak begitu jadi pusat perhatian.Begitu masuk ke kamar ayahnya, Pange
Sembrana sempat terdiam, kini pikirannya mulai tak karuan, ingin bawa lari Putri Milina, tapi di sisi lain adik kandungnya, Putri Remi di tahan di markas itu.Sampai terdiam lama Sembrana memikirkan yang mana harus didahulukan untuk diselamatkan.“Kenapa Putri Remi sampai ke sini berkeliaran, apakah di suruh ayahandanya atau kakek prabu?” batin Sembrana bingung sendiri mencari jawabannya.Terbayanglah wajah adik kandungnya yang sangat jelita, walaupun usianya masih muda baru 13 mendekati 14 tahunan, yang Sembrana tahu diam-diam sempat menyukainya, namun berubah kecewa setelah tahu mereka bersaudara.Tapi Sembrana juga terlanjur sangat mencintai adik kandungnya ini, sehingga ia sangat khawatir.“Hmm…hubungan darah tak bisa di lepaskan, walaupun aku marah dengan ayahanda, Putri Remi tetaplah adikku, aku bertanggung jawab untuk menyelamatkan dia!” pikir Sembrana.Berpikir sampai di sini, Sembrana akhirnya memutuskan, akan membebaskan adiknya dulu, baru memikirkan cara mengeluarkan Putri
Sejak pagi halaman markas besar Ular Hitam sudah penuh dengan undangan dari berbagai penjuru yang datang.Berbagai gaya dan model diperlihatkan para tokoh-tokoh persilatan yang kebanyakan dari golongan hitam ini.Walaupun tak sedikit juga dari golongan putih, yang tentu saja penasaran dengan acara ini, apalagi mereka di undang untuk datang kemari.Di barisan depan duduk tokoh-tokoh dunia persilatan yang sangat kesohor namanya, karena kesaktian dan juga nama besar yang mereka peroleh selama ini.Arya dan Arjun Kamandani yang menjadi tuan rumah terlihat berbaju sangat indah, keduanya bak bangsawan besar saja, bahkan di dekat mereka terlihat empat wanita cantik yang ternyata selir-selir mereka.Di kiri kanan keduanya terdapat kakek Kofa, Ki Jarot dan kekasihnya Nyai Rumpi, serta pentolan perampok terkenal di Sungai Mahayan, Ki Bado.Tak ketinggalan Pangeran Sultana dan juga Pangeran Uyut, yang sejak tadi hampir meleleh liurnya melihat kecantikan Putri Milina, yang duduk di sebelah ayahny