Jelang pagi, ke empatnya kini sudah sampai di gua ini, Malaki kini sudah bebas dari totokan. Bocah tampan ini langsung menatap Putri Remi dan Sembrana bergantian dengan wajah penuh selidik.“Siapakah kakak berdua…?”“Aku Putri Remi dan ini abang Sembrana!”“Hahhh…Putri Remi…kok…nama kakak mirip dengan kakakku yang kata bunda dan ayah dulu hilang di culik?”Sembrana yang sudah tahu kisahnya terlihat tenang-tenang saja, beda dengan remaja tampan yang tadi berlari bersamanya, dia kini justru menatap penuh perhatian, seperti yang Malaki lakukan.Putri Remi lalu mengajak semuanya duduk lesehan di dalam gua ini dan tanpa buang waktu, mulailah dia bercerita.Bukan main terperanjatnya bocah Malaki ini, dia langsung memeluk erat tubuh Putri Remi yang secara tak terduga ternyata kakak kandungnya sendiri, dan baru pertama kali di lihatnya ini sekaligus menolongnya.Malaki senang bukan main, karena Putri Remi yang kini sudah membuka jatidirinya ini, ternyata orang yang selama selalu di cari-cari
Namun belum sempat Sembrana membuka mulut, tiba-tiba terdengar suara dari luar gua, yang membuat ke empatnya serentak bangkit.“Heii pangeran dan kau bocah cilik serta dua penyelamat kalian, segera keluar dari gua ini, atau kami bakar kayu di depan gua, biar kalian mati lepas di dalam kena asap!”Terdengar teriakan seseorang di luar sambil tertawa mengejek Sembrana cs di dalam gua ini, yang entah bagaimana bisa mereka lacak dan tahu kalau ke 4 nya sedang bersembunyi di sini.“Tenang saja…ayo kita keluar, kita sambut mereka!”Kata Sembrana tenang, yang lalu memimpin ketiganya keluar dari gua ini, begitu melihat ke empatnya berdiri di depan gua tanpa ada wajah ketakutan, 25 orang berpakaian hitam-hitam yang dipimpin sang pentolannya Arya Kamandani menatap tajam wajah Sembrana.“Hmm…pemuda yang jadi pemimpinnya ini kok mirip Pangeran Remibara..?” batinnya sambil menatap tajam wajah pemuda ini, lalu menatap wajah cantik Putri Remi.“Aku dan adiku Putri Remi yang menyelamatkan Pangeran Dur
Tiba-tiba semua pengeroyok Sembrana terlempar dan terjatuh bak sehelai daun kering, semuanya tak mampu menghindar, bahkan Arya Kamandani sampai kepentuk pohon besar dan kepalanya benjol sebesar telor bebek di dahi.Ini menandakan hebatnya jurus yang dikeluarkan seseorang yang datang tiba-tiba ini, saat dia bangkit lagi dengan wajah marah, karena tadi hampir berhasil menaklukan Sembrana, Arya Kamandani kaget bukan kepalang saat menatap seorang kakek yang berpakaian ringkas dan agak mewah, tapi terlihat keren dan sangat berwibawa.Jenggot dan kumis tipisnya sudah dwi warna, wajahnya masih sangat tampan, walaupun di lihat dari usianya, kakek ini usinya lebih 70 tahunan.Badannya pun tegap dan kokoh.“Hmmm…tak malukah kalian mengeroyok anak-anak muda, yang juga cucu-cucuku…pergilah sebelum aku berubah pikiran dan membasmi kalian semua!”Suara itu sangat lembut, tapi terdengar sangat jelas di telinga Arya Kamandani dan 25 anak buahnya.“Kakek…cucunda Dursana menghaturkan sembah!” Pangeran
Kini Prabu Sembara mengajak ke empatnya turun gunung dan menuju ke Pesanggrahannya.“Di sana ada 4 nenek kalian, sekalian ku lihat jurus-jurus kalian masih belum sempurna, kakek mau latih kalian semua di sana!”Malaki langsung sumringah, bocah ini paling anatusias di bandingkan ke tiga saudara lainnya. Tak sabar lagi dia ingin sampai ke pesanggrahan kerajaan ini, terutama berjumpa dengan ke 4 nenek-neneknya.Diam-diam Sembrana pun juga senang bukan main, karena kakeknya yang juga Maharaja Hilir Sungai ini akan menyempurnakan jurus-jurusnya.Prabu Sembara mengajak ke empatnya seakan berlomba menuju ke Pesanggrahan, tentu saja sudah bisa di duga, Malaki paling sering tertinggal, Sembrana hanya menang sedikit dibandingkan Putri Remi dan Pangeran Dursana dalam hal ilmu berlari cepat.Tapi di mata Prabu Sembara, cucunya Sembrana inilah justru yang paling hebat, di bandingkan 3 orang ini.“Kayaknya ni anak punya sesuatu yang mujijat, tapi dia belum tahu cara menyalurkan dengan baik, menarik
Berkali-kali Putri Dafina menciumi pipi Putri Remi yang sudah beranjak remaja ini, lama-lama gadis cilik ini jengah juga.Tapi dia mendiamkan, karena 7 tahun bukan waktu singkat ibundanya ini merindukannya, hingga sempat putus asa dan pasrah.Pangeran Remibara lebih kalem, melihat putri sulungnya makin besar dan makin sakti, pangeran yang sempat di juluki Pendekar Tampan Berhati Kejam ini lega bukan main.Setelah mendengar kisah Putri Remi, kemarahan di dalam dada Putri Dafina langsung sirna, dan berbalik kasian dengan Nenek Maut yang menculik Putri Remi dulu, yang kini sudah tewas melawan Sembrana.Kali ini giliran Pangeran Remibara yang kaget bukan main, setelah Putri Remi dan Malaki bergantian mengisahkan siapa sosok Sembrana itu.“Hemmm…hasil kenakalan ayahanda kamu kini sudah dewasa ternyata!” sungut Putri Dafina cemburu, hingga Putri Remi, Pangeran Dursana dan Malaki melongong kaget, sedangkan kakek dan ke 4 nenek-neneknya senyum-senyum saja.Walaupun kini sudah berusia lebih 33
Saking kagetnya, Sembrana hanya mematung dan memandang wajah tampan pria ini, yang juga ayah kandungnya.Berbagai perasaan mengaduk hatinya, ada haru, bangga, ada senang, karena tak menyangka ayahnya seorang yang sangat hebat dan keturunan seorang maharaja lagi.Tapi hatinya tiba-tiba dingin, saat ingat wajah ibunyanya, Nyi Santi yang tewas di tangan seorang pentolan perampok yang berniat memperkosa.Pelan-pelan wajah tampan itu kini kembali biasa lagi, setelah tadi agak pucat dan mengeluarkan darah di bibir, dia menyunggingkan senyumnya.Pria bercaping yang ternyata Remibara adanya kini menatap wajah Sembrana, kenangan masalalu langsung tersaji di depannya.Remibara bak menatap seorang wanita cantik dan gemoy, yang dulu membuat dirinya mabuk dan enggan berpisah dan mereka sampai 3 bulanan bersama siang malam memadu kasih.Dan hasil dari percintaan panas saat usianya sama dengan Sembrana saat ini, berbuah…!Berbuah seorang pemuda tampan ini dan gagah perkasa dan sangat sakti dan hampi
Sembrana awalnya tak tahu kalau perjalanannya kini kembali menuntunnya ke sarang kelompok Ular Hitam ini.Hanya ia merasa aneh dan pastinya penasaran, melihat banyaknya orang-orang yang berpenampilan bak pendekar, sedang menuju ke sebuah titik yang ternyata markas Kelompok Ular Hitam ini.Sembrana tidak menjadi perhatian, karena cukup banyak yang datang dengan berbagai jenis pakaian, ada yang sangat mewah, ada yang bak pengemis dan ada juga yang biasa-biasa saja.Bahkan ada yang pakaianya bak gembel, tapi lucunya membawa beberapa anak buah, yang justru berpakain bagus, tapi melayani si gembel ini bak seorang pejabat tinggi.Sembrana lalu putar otak, bagaimana agar bisa masuk ke sarang kelompok yang dulu hampir mengalahkannya, andai kakeknya, Prabu Sembara tak datang secara tiba-tiba dan mengalahkan 25 orang tersebut, berikut Arya Kamandani nya.Sembrana lalu singgah di sebuah pasar yang berada di kaki bukit meratus ini, dan membeli sebuah topi bercaping lebar.Dia juga kini sudah meng
Menunggu waktu acara puncak, Sembrana memanfaatkan waktunya jalan-jalan sambil memantau situasi.Bukan hanya anggota Ular Hitam yang berjaga-jaga, penduduk sekitar lereng bukit Meratus ini juga banyak di perbantukan, tapi untuk melayani para tamu undangan yang terus berdatangan dari delapan penjuru mata angin.Sehingga kegiatan ini sangat meriah dan rame, bak ada karnaval besar saja, daerah ini masuk wilayah kekuasaan Kesultanan Surata.Sehingga walaupun Prabu Sembara sudah tahu adanya gerakan ini, tapi untuk menghormati kerajaan tetangga, Prabu Sembara hanya memerintahkan Panglima Jenderal Rosada agar seluruh prajurit bersiaga penuh di daerah perbatasan.Panglima Rosada yang juga suami Putri Gea sejak 10 tahun yang lalu memang sudah ditunjuk menggantikan ayahnya, Panglima Dalman yang mengundurkan diri karena faktor usia.Jenderal Rosada juga rajin lakukan patroli di daerah perbatasan, sehingga pertemuan ini sampai juga ke telinganya. Dan ia pun lalu mengirimkan telek sandi untuk mema