“Siapa sebetulnya musuh guru kalian…masa kalian tak tahu?” Pendekar Pekok menatap Dusman, dengan wajah keheranan.
“Guru hanya berpesan, kalau Abang sudah sampai di padepokan kami, guru sendiri yang akan bercerita!” jawab Dusman cepat.
“Hmmm...Ki Jarong…ada rahasia apa sih berteka teki begitu!” Pendekar Pekok lalu terdiam dan termenung, di tatapnya keduanya orang muda ini bergantian.
“Sebaiknya kita segera saja ke padepokan kalian, aku khawatir nyawa Ki Jarong dalam bahaya kalau sampai musuhnya itu datang lagi!” Pendekar Pekok lalu berdiri dan dia memanggil Tokek dan membayar semua minuman dan makanan.
Awalnya Tokek menolak karena sangat kagum dan berterima kasih atas hajaran yang diberikan pada tiga begundal tadi. Tapi Pendekar ini tetap menyodorkan sepuluh keping uang perak dan berlalu diikuti Dusman dan Nalini.
“Anggap uang ini pengganti tiga orang yang suka minum gratis di warung kamu!”
“Makasih tuan pendekar…jangan sungkan-sungkan mampir lagi ke warung saya bersama dua sahabat ini dan ga usah bayar-bayar lagi!” sahut Tokek sambil membungkuk dalam-dalam berkali-kali.
Tokek kini benar-benar plong, kekhawatirannya warung bakal amburadul sirna, berganti dengan wajah sumringah, pemberian pendekar ini sama dengan keuntungannya dua bulanan, saking besarnya uang pemberian tersebut.
Pendekar Pekok kemudian mengangkat tas kecil yang berisi baju-baju penggantinya, diikuti Dusman dan Nalini yang juga membawa buntelan tas berisi pakaian-pakaian pengganti mereka.
Sampai di jalan yang lumayan rame, Pendekar Pekok berhenti dan menatap Dusman dan Nalini. “Kalian bisa ga naik kuda?” tanyanya pada keduanya, Dusman dan Nalini mengangguk cepat.
Pendekar Pekok kemudian berjalan menuju pasar hewan yang tak jauh dari warung tadi tanpa bertanya lagi, hingga Dusman dan Nalini saling pandang lalu mengikuti langkah pendekar yang mereka kagumi ini.
Dusman dan juga Nalini bengong melihat Pendekar Pekok memilih 3 ekor kuda yang terlihat kuat dan tentu saja harganya sangat mahal, berikut pelana nya di pasar hewan itu, penjual kuda itu memang khusus menjual kuda-kuda pilihan dan hanya orang-orang kaya yang mampu membelinya.
“Kalian pilih sendiri yang mana kuda yang kalian suka, semua sudah ku bayar tadi!” Pendekar Pekok cuek, kini ia sudah menaiki seekor kuda jantan besar berwarna hitam, awalnya kuda itu agak liar, namun dengan sedikit penekanan dan juga belaian di kepalanya, kuda itu langsung tenang dan terlihat jinak saat badannya dinaiki Pendekar Pekok.
Saat melihat Dusman dan Nalini agak kesulitan menjinakan kuda-kuda mereka, Pendekar Pekok langsung menyentil dengan dua batu kecil, secara ajaib kuda tunggangan mereka terdiam dan jinak.
“Dusman…Nalini, kalian di depan, aku mengikuti di belakang, kita langsung saja ke padepokan kalian!” ucap Pendekar Pekok.
Dusman yang senang kini memiliki kuda yang hanya jadi impiannya langsung mengangguk dan dia yang sebelumnya sering menaiki kuda milik gurunya, Dusman menyentak kekang dan kuda itu pun berlari cepat diikuti Nalini dan Pendekar Pekok yang terus tersenyum mengikuti keduanya.
Harga ketiga kuda itu di bayar Pendekar Pekok senilai 15 keping uang emas, sehingga penjual kuda sangat bahagia, karena hari ini dia memperoleh rejeki besar, tiga kudanya laku dan di bayar tanpa di tawar.
Setelah ketiganya menghilang dari wilayah itu, nama Pendekar Pekok malah jadi perbincangan hangat, karena mampu mengalahkan 3 pendekar yang sangat ditakuti. Ternyata ada yang kenal dengannya, sehingga tak lama kemudian menyebarlah nama Pendekar Pekok di daerah itu.
“Pendekar ini mulai turun gunung, bakalan banyak penjahat bersembunyi!” kata salah satu warga dan di dengarkan orang-orang di sana. Dia yang merasa pernah kenal pendekar ini mulai bercerita ini dan itu, sudah tentu ceritanya di bumbui macam-macam.
Sehingga warga yang berkerumun makin penasaran dengan cerita yang sudah didesain sedemikian rupa ini agar makin menarik dan kadang tak masuk akal.
Sampai-sampai ia katakan, sang pendekar itu mempunyai ilmu menghilang dan bisa berubah wujud jadi rupa yang menyeramkan, demikianlah cerita ini terus menyebar ke mana-mana, tanpa Pendekar Pekok tahu.
Ketiga begundal yang sudah di hajarnya juga belakangan tahu siapa orang yang telah membuat mereka keok, mereka akhirnya malah bersyukur nyawa nya masih diampuni. Namun mereka masih penasaran, siapa sebetulnya pendekar tersebut!
Saat melaporkan ke kepala kadipaten, mereka malah kena damprat sang Kepala Kadipatennya. Padahal mereka bermaksud minta bantuan pasukan keamanan, agar menghajar orang yang telah membuat mereka malu tak ketulungan tersebut, tapi malah dapat sambutan sebaliknya, yakni kemarahan sang kepala kadipaten.
“Goblokkk kalian bertiga, berani mati bikin keributan di warung itu dan yang kalian hadapi juga Pendekar Pekok, untung kepala kalian masih utuh…tolol dipelihara!” hardik Ki Korna, sang kepala kadipaten ini. Melongo lah ketiganya, saat di sebut nama sang pendekar itu, walaupun mereka jarang merantau, tapi nama itu bak melegenda di daerah ini.
Sang Kepala Kadipaten yang punya pergaulan luas ini tahu siapa sang pendekar itu, yang tak segan-segan melakukan kekerasan dan juga mengambil harta para pejabat kalau di lihatnya sang pejabat itu kaya raya dengan cara tak wajar, Ki Korna ini memang termasuk pejabat kaya yang tak wajar tadi, sehingga dia ngeri sendiri dan bersyukur sang pendekar tak mendatanginya.
Kemarahan Ki Korna yang meluap-luap akibat kelancangan ketiga orang yang mengaku sebagai anak buahnya ini, kenyataan inilah yang membuat dia sangat ketakutan dan akhirnya memarahi habis-habisan ketiga begundal peliharaannya tersebut.
*****
Kadipaten Pangsa merupakan salah satu daerah Kerajaan Hilir Sungai, sebuah kerajaan yang memiliki luas wilayah yang sangat besar di daerah pesisir Pegunungan Meratus hingga ke arah Sungai Barito. Raja Hilir Sungai saat ini adalah Prabu Dipa, Prabu Dipa memiliki satu permaisuri dan 5 selir yang muda-muda dan cantik.
Dari permaisurinya, lahir 2 anaknya yakni Pangeran Muke yang baru berumur 4 tahun dan Putri Tilasi yang kini berumur 2,5 tahun. Prabu Dipa mewarisi kerajaan Hilir Sungai dari raja sebelumnya yang juga ayahnya, yakni Raja Kerta, yang wafat 5 tahun lalu. Raja Dipa yang masih berusia 26 tahun mendekati 27 tahun ini sangat tampan dan berwibawa, dia juga bukan Raja biasa, karena sejak muda suka sekali berlatih ilmu-ilmu kanuragan.
Raja Kerta sendiri memiliki 5 anak-anak dan 10 orang anak dari selir-selirnya, inilah salah satu pemicu mendiang Raja Kerta meminta anak sulungnya, yakni Dipa agar berlatih kanuragan, dia khawatir kalau Dipa suatu saat naik pangkat jadi raja, saudara-saudaranya akan merongrong kekuasaan anak kesayangannya ini. Untungnya saat berstatus Putra Mahkota, Raja Dipa sudah memiliki ilmu-ilmu kanuragan yang tinggi, sehingga semua saudara-saudaranya tak ada yang berani dan sangat segan dengannya.
Namun, Raja Dipa juga menyadari ada satu pamannya yang sejak dulu menjadi duri dalam dagingnya, yakni Pangeran Biju. Pengeran ini sempat di isukan dulu melakukan pemberontakan, namun bukti yang di dapat tidak ada, sehingga Pangeran Biju masih aman-aman saja sampai kini.
Selain Pengeran Biju yang kini menjabat salah seorang Menteri, adalagi adiknya, Pangeran Kurna yang lahir dari seorang selir.
Usia Prabu Dipa dan Pangeran Kurna sama, karena saat permaisuri hamil, Putri Selasih, ibu kandung Pangeran Kurna yang merupakan selir kesayangan Prabu Kerta juga hamil, dan lahirnyapun hanya selisih 3 hari, yakni Pangeran Kurna lahir terlebih dahulu, barulah Putri Kirna, sang Permaisuri melahirkan Prabu Dipa. Saat melahirkan Pangeran Kurna, Putri Selasih sangat berharap sang permaisuri jangan melahirkan putra, karena dia berharap anaknya lah kelak yang menggantikan kedudukan Prabu Kerta. Namun harapan itu sirna, karena Permaisuri Kirna juga melahirkan seorang putra. Sejak saat itulah hubungan antara Permaisuri dengan selir Prabu Kerta ini diam-diam mulai panas dan terbawa sampai kini Prabu Dipa berkuasa menggantikan Prabu Kerta yang wafat 5 tahun lalu.
*****
BERSAMBUNG
Prabu Kerta yang lama mendambakan putra dan kini memiliki 2 pangeran sekaligus tentu saja tahu, ada persaingan panas antara sang permaisuri dengan selirnya. Itulah kenapa diam-diam sejak kecil Pangeran Dipa dia latih dengan cara mendatangkan ahli-ahli kanuragan hebat ke Istana, agar Pangeran Dipa kelak menjadi seorang yang kuat dan tangguh.Selir Selasih yang mengetahui ini tentu saja marah dalam hati, tapi dia tak berani terang-terangan menunjukan kemarahannya di depan suaminya yang juga Raja Hilir Sungai ini.Diam-diam dia juga mendatangkan pelatih kanuragan untuk Pangeran Kurna. Namun, Pangeran Kurna tak begitu berbakat dan sehebat Pangeran Dipa. Dia sangat lambat mengalami kemajuan dalam hal ilmu kanuragan.Putri Selasih bahkan sampai marah-marah mengetahui betapa tak berbakatnya putranya ini berlatih ilmu kanuragan. Namun dia akhirnya bisa tersenyum, Pangeran Kurna ternyata mempunyai bakat lain yang tak kalah mengagumkan. Pangeran Kurna punya
Raja Kerta sendiri yang mendengar hal ini tidak mempersoalkan, baginya itu lebih baik, daripada nanti dua anak kembarnya sama-sama dewasa dan berakibat fatal bagi kerajaaanya kelak.Sejak saat itu, hilanglah kisah soal Bik Selai dan bayi yang hilang misterius, tapi bagi Permaisuri Kirna, sampai detik ini dia tetap beranggapan salah satu bayi kembarnya itu masih hidup.Diam-diam dia menemui Panglima Perang Ki Parong yang merupakan kerabat dekat sekaligus orang yang sangat di percayanya, dia minta sang panglima menyelidiki kemana lenyapnya salah satu bayi kembarnya itu.Panglima pun bergerak dengan mengutus dua pengawalnya yang sangat dia percayai, yakni Ki Surai dan Ki Bidu. Tapi bertahun-tahun mencari, bayi itu tetap tak diketahui di mana berada alias hilang misterius.Ki Surai dan Ki Bidu sampai harus berkelana ke kerajaan tetangga, saking penasarannya kenapa satu bayi itu bisa lenyap begitu saja.Namun usaha itu tetap sia-sia, Panglima Ki P
“Terima kasih Malaki, andai kamu terlambat datang, mungkin umurku tak lebih dari 2 minggu lagi!” Ki Jarong menatap wajah Pendekar Pekok sambil menghirup kopi panas, yang juga otomatis menggugah selera makannya yang selama 2 bulanan terganggu.“Ki Jarong siapa musuh kamu itu?” tanya Pendekar Pekok, sambil memakan ubi yang di rebus dan baru saja di hidangkan Nalini, baunya tak kalah harumnya dari kopi tadi.“Namanya Ki Samut, dia merupakan musuh sejak kami sama-sama muda, dia marah karena dulu kalah bersaing denganku merebut seorang hati seorang wanita!” Ki Jarong menghela nafas.Ki Jarong menambahkan, kemarahan Samut saat muda karena dulu kalah di ajang perlombaan jodoh di sebuah kampung.“Saat itu kepala kampung yang sangat terkenal mengadakan lomba mencari jodoh bagi putrinya, aku yang masih muda tentu saja tertarik. Setelah melalui berbagai pertarungan yang semuanya ku menangkan, sampailah aku di pertandingan pu
Samut yang kini tinggal sendirian tak punya kesempatan melarikan diri, dia pun melakukan perlawanan sebisanya. Di saat kritis dan tinggal selangkah lagi nyawa Samut akan melayang, Jarong tiba-tiba terjengkang ke belakang, sebuah pukulan jarak jauh membuat dia tak mampu bertahan.Jarong pun ber salto menghindari serangans susulan, ia tak mau kalah, Jarong membalas serangan yang datang tiba-tiba ini, ia mengerahkan seluruh tenaga dalamnya menyerang orang yang baru datang itu.Tapi kembali serangannya bak membentur tembok keras, sampai-sampai tubuh Jarong terlempar hingga terguling-guling ke tanah, tapi Jarong yang sudah sangat marah kembali bangkit dan bersiap melancarkan serangan susulan kembali.Saat berbalik dan kembali berdiri, Jarong kaget karena tubuh Samut sudah lenyap dan dari kejauhan dia melihat musuh besarnya ini di gendong seseorang yang tak di kenalnya lalu menghilang cepat dalam hutan.Jarong menahan diri untuk mengejarnya, dia sadar orang yan
Dusman yang menyambut serangan Pendekar Pekok dari atas langsung terguling, dia seakan menerima ribuan pukulan yang susul menyusul menerpa wajah dan tubuhnya. Untungnya Pendekar Pekok membatasi tenaganya, sehingga Dusman tak cedera parah, hanya terkaget-kaget saja, tapi itu saja sudah membuktikan bagaimana hebatnya pendekar muda ini. “Kamu lebih fokus lagi Dusman, jangan sungkan, gunakan tendangan!” kata Pendekar Pekok memberi petunjuk. Dusman yang mulai ngos-ngosan mengikuti saran ini, dia pun fokus pada serangan, kali ini Pendekar Pekok kembali mulai membalas. Begitu Dusman melompat dan menendang dengan gaya memutar, kakinya langsung kena tendang secara kilat oleh Pendekar Pekok, Dusman yang baru mengangkat kaki langsung terjatuh ke tanah. Semua murid yang menyaksikan ini kaget bukan main, sebab jatuhnya Dusman tak terlihat di tendang oleh pendekar sakti ini. “Udah cukup Dusman, kamu segera berdiri!” Dusman langsung bangkit dan menunduk horm
Sambil melayang di udara, pendekar ini langsung mendorong dan dengan kecepatan yang sulit diikuti mata dia menuju ke guru Ki Samut, Ki Samut sendiri sudah menjauh menyelamatkan diri, dia baru sadar musuhnya yang terlihat bak seorang bangsawan terpelajar ini sangat sakti, sekaligus kejam karena langsung membalas dan menyerang dengan pukulan maut. Guru Ki Samut terdorong ke belakang, kakinya mencetak garis di tanah, saking kerasnya dorongan pukulan sambil melayang di udara yang dilancarkan Pendekar Pekok. Padahal pukulan menari di atas awan baru 30% dikeluarkan pendekar ini, belum ia keluarkan hingga 100%. Pendekar Pekok cukup cerdik, ia ingin mengukur dulu sampai di mana kekuatan guru Ki Samut yang tak banyak bicara ini. Kini satu tangan Pendekar Pekok dan guru Ki Samut bertemu, atraksi tenaga dalam pun tersaji, tak cukup hanya satu tangan, guru Ki Samut menambah dua tangan, sedangkan Pendekar Pekok hanya menggunakan tangan kirinya. Dia juga terlihat santai-sa
Setelah mendapat petunjuk ini dan itu dari Ki Jarong, hari itu juga Pendekar Pekok pamit dan bermaksud akan menuju ke kaki pegunungan meratus bagian barat, yang jaraknya lebih satu bulan perjalanan. “Semoga kita bertemu di sana Malaki, selamat jalan dan terima kasih atas bantuan kamu menumpas musuh besarku. Aku puas, semoga kini arwah istriku dan mertuaku berikut anak buahnya tenang di alam sana, dendam mereka sudah kutuntaskan melalui kamu!” Ki Jarong dan Pendekar Pekok berpelukan, pendekar ini juga bersalaman dengan seluruh murid Ki Jarong, termasuk Dusman dan Nalini. Setelah bersalaman, pendekar ini sekali lagi menoleh dan melambaikan tangan, lalu diapun naik kuda dan menghela kudanya ini, dan kuda hitam ini seakan terbang saking cepatnya meninggalkan padepokan itu. Nalini yang diam-diam jatuh cinta dengan pendekar sakti ini, tiga hari kemudian minta izin untuk ke kaki pegunungan meratus. Tentu saja keinginan Nalini di tentang keras Ki Jarong. “Nal
Sejak saat itu, Malaki benar-benar bak budak di sarang para perampok ini, dia disuruh memasak, mencuci dan juga merawat kuda-kuda di persembunyian para perampok tersebut. Kalau dia salah bekerja, tendangan dan pukulan akan ia terima dari anak buah Jambrong.Akibatnya Malaki makin dendam dengan para perampok ini, tapi dia tak berdaya, sedangkan 5 wanita malang dari desa yang sama mereka dijadikan budak nafsu oleh para perampok.Selain 5 orang wanita itu, terdapat juga 10 wanita lainnya, yang sebelumnya juga dijadikan hal yang sama, tapi lama-lama mereka malah di paksa jadi istri-istri oleh para perampok sadis tersebut, bahkan ada yang telah memiliki anak.Tak ada yang berani kabur, sebab tempat itu berada di sisi jurang dan di sekelilingnya hutan lebat penuh dengan binatang buas atau ular-ular beracun, juga terdapat lembah berlumpur, yang bila masuk ke dalamnya, lumpur itu akan menyedot apapun yang jatuh dan tak bisa keluar lagi.Jambrong sendiri memiliki
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma