Sembara sampai di sebuah kampung yang tak terlalu rame, dan di depannya membentang aliran Sungai Barito yang lebar dan panjang.Sembara lalu menitipkan kudanya pada seorang warga dan diberinya imbalan, lalu dia menuju dermaga kecil di mana terdapat sebuah perahu yang di tambat.“Ki Sanak, mau kah kamu mengantar aku ke sebuah pulau kecil, namanya Pulau Monyet!” sapa Sembara pada pemilik perahu itu.Orang yang di sapa langsung kaget dan menatap Sembara dari ujung kaki hingga ke kepalanya, dan dia heran sendiri melihat ada seorang seperti bangsawan muda sampai ke sasar ke kampungnya yang terpencil ini.“Anak muda, ngapain kamu ke sana, kalau mau melancong mending cari tempat yang lebih bagus, di sana seram dan sepi!”Sembara langsung tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Kisanak, aku ada urusan di pulau itu, kalau Kisanak mau mengantar, aku akan kasih 5 koin emas, bagaimana?”Pria ini langsung kaget, 5 koin emas sama dengan penghasilannya setahunan lebih sebagai nelayan penangkap ikan,
Darimana Putri Remi tahu kalau Nyi Dina sudah Sembara goyang hingga satu malam, tak lain dan tak bukan dari Nyi Dina langsung.Nyi Dina marah bukan main saat tahu ‘kekasih’ gantengnya ini sudah hilang saat terbangun kesiangan.Nyi Dina langsung curiga dan dia secepatnya pergi dari Kota Gogai dan menuju ke sarang atau tempat persembunyian Putri Remi.Dia duluan sampai dari Sembara, karena Nyi Dina hapal jalan memutar yang lebih cepat, agar sampai ke pulau tersembunyi ini.Dia lalu memperingatkan Putri Remi tentang adanya seorang pemuda tampan dengan julukan Pendekar Romantis bertanya-tanya soal sarang mereka, dan Nyi Dina mengaku dia keceplosan bilang tempat ini.Putri Remi kaget sekaligus marah dengan kelancangan anak buahnya ini. Tapi karena nasi sudah jadi bubur, diapun langsung memerintahkan anak buahnya segera memanggil tokoh-tokoh sakti agar datang dan bersiap menunggu ke datangan Sembara.Kenapa ada Ranina di sini (tunggu yaa…nanti akan ada kisahnya tersendiri).Kini Sembara men
Serangan yang tak di duga-duga ini membuat Sembara terjungkal, dan tanpa Sembara sadari justru terjungkalnya dia dekat Ranina.Kaget juga Sembara, dadanya langsung terasa sesak. “Posisiku tak menguntungkan!” batin Sembara, sambil mencari akal.Lalu dengaan kecepatan yang sukar di lihat mata biasa, Sembara menyambar tubuh Ranina yang saat itu sedang memulihkan tenaganya setelah bentrok dengan dirinya tadi.Ranina tak sempat mengelak, dia langsung lunglai pingsan, terkena totokan dahsyat yang dilakukan Sembara secara kilat.Saat itulah kembali serangan dahsyat datang, tapi kali ini Sembara secara tiba-tiba mengeluarkan pedang bengkoknya, mengaumlah suara bak ribuan tawon, sambil mengayun pedang bengkoknya itu dia mengempit tubuh Ranina yang sudah tertotok saat Sembara sambar tadi.Kibasan pedang mujijat ini membuat dua penyerangnya itu terdorong hingga 5 meteran, tapi saat itulah Sembara langsung menghilang, karena dua penyerangnya kaget dan terdiam tak menyangka kibasan pedang bengkok
Baiknya jalan pikiran Ranina tetap jalan walaupun lupa siapa dirinya, dia ingat petunjuk yang Ki Pular berikan. Ranina pun cepat-cepat mengangkat tubuh Sembara ke atas kuda dan melarikan kudanya secepat kilat.Selama seharian dia tak pernah beristirahat, untung kuda milik Sembara ini kuda pilihan, sehingga bak tak pernah kecapekan membawa beban Sembara dan Ranina, kuda ini terus berlari di jalan setapak di tengah hutan.Kuda ini juga bak sangat paham kalau tuannya dalam kondisi darurat, Ranina makin gelisah melihat bagaimana pucatnya wajah Sembara.Ketika hari mendekati senja atau hampir malam, yang artinya sudah 6 harian mereka melakukan perjalanan, Ranina terus menggenjot kudanya, namun makin malam gelap dan halimun juga makin tebal.Walaupun sangat sakti, tapi Ranina terpaksa mengalah, tak mungkin kudanya jalan di tengah malam gelap gulita, saat itulah Ranina melihat ada seperti cahaya api unggun dari kejauhan di sebuah gua yang lebar.Ranina yang tak kenal takut ini langsung menga
“Sudahlah itu hanya ramalan-ramalan saja, tak usah di masukan ke dalam hati ya, hanya Tuhan yang tahu jalan hidup dan masa depan manusia, kamu istirahat saja dan lakukan semedhi, agar semua racun yang ada dalam tubuhmu keluar semua!” Ki Sasak kini tertawa kecil.Ranina pun mematuhi saran Ki Sasak, ia pun duduk bersila seperti yang Sembara lakukan, lalu tenggelam dalam semedhi, berkali-kali dia gagal konsenterasi penuh, karena ucapan Ki Sasak bak terngiang-ngiang dalam hati dan pikirannya.Ada rasa bahagia, sumringah dan bermacam-macam perasaan mengaduk hati dan batinnya.Tak terasa berkali-kali ia melirik ke arah Sembara, seakan kini takut kalau pria yang dia sayangi ini menghilang.“Kalian akan melahirkan raja berikutnya…!” kalimat ini bak tertanam dalam hati dan sanubarinya. Setelah mencoba berkali-kali, Ranina akhirnya bisa juga tenggelam dalam semedhinya.Ki Sasak walaupun bukan ahli silat tinggi tahu hal itu, tapi kakek tua yang benar-benar tak punya musuh baik golongan hitam apa
Sembara yang penasaran kenapa Ranina bisa kembali bergabung dengan komplotan Putri Remi akhirnya mulai bercerita sepanjang jalan. Sesuai pesan Ki Sasak, keduanya diminta agar menghindari bertemu dengan siapapun, apalagi orang jahat, karena Sembara saat ini hanya memiliki kesaktian luar. Tapi tenaga dalamnya tak bisa digunakan, akibat terkena jurus pengejar roh yang dilakukan dua orang yang tak Sembara kenal namanya. Untungnya kini kesadaran Ranina sudah pulih sepenuhnya, sehingga Ki Sasak agak lega, setidaknya Sembara kini ada pelindungnya. Ki Sasak tahu, kesaktian Ranina sangat tinggi, walaupun dibandingkan Sembara saat masih sehat, tentu masih kalah jauh. Namun mengingat Sembara masih sakit dan lemah, kesaktian Sembara tentu tak ada artinya saat ini. Inilah kisah Ranina, yang didengarkan Sembara sepanjang jalan..! Dimulai setelah dia kabur dari Istananya di ibukota Bajama, Ranina ternyata mencari neneknya Putri Selasih yang berada di sebuah kampung terpencil, di sebuah desa di
Setelah tinggal hampir 1 bulan, Ranina akhirnya meninggalkan neneknya dan kembali merantau, pesan neneknya jelas, yakni dia harus membalaskan sakit hati sang nenek itu, akibat pengusiran yang dilakukan Prabu Dipa beberapa puluh tahun silam.Galaulah pikiran Ranina, dalam hati dia tak setuju dengan pendapat neneknya tersebut, hingga dia tak sadar perantauannya membawa dia ke daerah perbatasan antara Kerajaan Surata dan Kerajaan Hilir Sungai.Dia heran melihatnya banyak pengungsi yang berbondong-bondong pergi dari kampungnya, dan menyeberang ke kerajaan Hilir Sungai.Saat dia mencuri dengar, ternyata sedang ada huru hara, yakni terkait pemberontakan yang dilakukan Putra Mahkota Pangeran Hasom terhadap kerajaan ayahnya sendiri, Prabu Tago.Entah kenapa Ranina malah tertarik dan kini dia sudah masuk ke wilayah kerajaan Surata, selama itu pula dia sering melihat banyaknya pengungsi yang di ganggu para prajurit.Sehingga Ranina turun tangan dan menghajar prajurit-prajurit tersebut, tentu sa
Putri Remi kemudian menggotong tubuh Ranina yang pingsan dan membawanya ke markas mereka, Pangeran Hasom yang tahu Ranina kini jadi tawanan langsung senang bukan main.Diapun tak sungkan berjanji akan memberi Putri Remi hadiah-hadiah besar kelak, kalau pemberontakan mereka berhasil.Andai tak diingatkan soal rencana pemberontakan oleh Putri Remi, saat Ranina pingsan itu sudah gatal tangan Pangeran Hasom untuk menggagahi Ranina, yang terlihat tak berdaya.Namun peringatan Putri Remi membuat Pangeran Hasom pun terpaksa menahan nafsunya.Agar Ranina tak kabur atau pun berbuat yang aneh-aneh, Putri Remi lalu merecoki minuman penghilang ingatan pada Ranina. Racun penghilang ingatan ini akan efektif selama dua minggu.Namun putri licik ini paham, setelah 10 harian Ranina kembali di recoki lagi, andaikata itu terus dilakukan hingga berbulan-bulan, dapat dipastikan Ranina bakal lupa ingatan selamanya, saking ganasnya racun penghilang ingatan tersebut.Itulah sebabnya Ranina tak tahu siapa dir
Yang bercadar satunya yang ternyata Putri Milina juga melepas penutup wajahnya, hingga Malaki bengong melihat kecantikan si putri ini. Putri Milina mendekati Malaki dan memeluk bocah tampan ini. “Kamu siapa..?” Malaki menatap bengong melihat si putri jelita ini. “Malaki…ayo beri hormat pada calon kakak ipar kamu…Putri Milina!” Putri Dafina mendekat dan Putri Milina langsung bersujud di hadapan wanita yang masih cantik jelita ini. Putri Dafina buru-buru mengangkat calon mantunya ini dan memeluk erat, sambil mengecup pipi glowing Putri Milina, sehingga si putri jelita ini terharu, tak menyangka orang tua kekasihnya sehangat dan se ramah ini. Setelah memeluk Putri Remi, Sembrana juga bersujud di hadapan ayahnya Pangeran Remibara dan langsung di tarik ayahnya agar berdiri. Lalu keduanya di ajak masuk ke dalam Istana Pasir Berlumpur, Putri Remi sangat senang bertemu kembali dengan Putri Milina. Kedua gadis jelita yang berbeda usia hingga 4 tahunan ini bak sahabat lama, selalu bersenda
“Dia ayah kandungku…kenapa aku harus kualat dengan dirimu? Siapakah kamu sebenarnya?” Sembrana bertanya heran, hingga amarahnya jadi turun seketika.“Aku Jalina dan dia adikku Jalini, asal kamu tahu, kami berdua bekas istri ayahmu, tangan kami buntung karena dulu membela ayah kamu itu!”Sembrana sampai terdiam saking kagetnya, masa ayahnya punya istri kedua wanita ini, walaupun kini sudah tua, memang masih terlihat bekas-bekas kecantikannya, tapi penampilan keduanya agak menor.“Hmm…begitu yaa…baiklah, aku ampuni jiwa kalian hari ini, sekarang juga pergilah dari sini, karena tempat ini milik sahabatku 3 Pendekar Tikus Kuburan yang kalian rampas dulu!” sungut Sembrana.Sembrana lalu berpaling ke arah Ki Paju yang celakanya masih hidup, karena dia memiliki ilmu kanuragan yang hebat.Sangat mengerikan melihat tokoh jahat ini dalam kondisi yang mengenaskan, tubuhnya terlihat masih berkelonjotan, dari mulutnya terdengar suara seperti babi di sembelih, matanya melotot menahan penderitaannya
“Hmm…kamu pasti sudah lupa, saking terbiasanya berbuat kejahatan, lupakah kamu di Kampung Marawis dulu, kamu hampir saja memperkosa seorang wanita yang ku sayangi, lalu dengan kejam menyeret tubuh seorang bocah, hingga hampir mati…?”Ki Paju terdiam sesaat, mata julingnya terus menatap wajah pemuda ini, bahkan 3 Pendekar Tikus Kuburan juga terdiam.Termasuk Putri Milina yang kini muncul dari persembunyiannya, hingga anak buah Ki Paju melotot melihatnya.Mereka bak melihat seorang bidadari keluar dari empang, mereka tak memperdulikan Ki Paju yang masih melongo, serta 3 pendekar tikus kuburan yang menatap Ki Paju, mereka lebih aseek menatap wajah si jelita ini.“Huhh sudah ratusan bahkan mungkin ribuan wanita yang ku perkosa, lalu ku bunuh, aku tak kenal siapa kamu, juga wanita dan bocah yang kamu omongkan!” sentak Ki Paju.Blarrrr…sebuah pukulan dingin langsung Sembrana lontarkan, akibatnya tubuh Ki Paju terjengkang dan menimpa teras bangunan ini.Teras ini hancur berantakan, tubuh Ki
Sembrana terpaksa menghentikan aksinya, walaupun Putri Milina terlihat mulai terpancing dan pasrah.Sebagai pendekar sakti, pemuda ini mendengar suara kresek-kresek walaupun masih jauh, tapi agaknya sedang menuju ke tempat mereka.“Bangun sayang, kayaknya kita kedatangan tamu!” bisik Sembrana, hingga Putri Milinna kaget dan buru-buru bangkit sambil merapikan pakaiannya.“Pangeran Sembranaaa…!” teriak seseorang dengan logat agak-agak ngondek.Ternyata yang datang adalah Ki Jerink dan dua rekannya, si Jenggot serta si Gendut, alias 3 pendekar tikus kuburan.Sembrana dan Putri Milina kini sudah berdiri menyambut ke tiganya.“Hadeuhh capek dehh, kalian berdua cepat banget lari-nya!” Ki Jerink terlihat ngosan-ngosan.Hingga Putri Milina senyum sendiri melihat pria yang agak melambai tapi pintar merias ini, lucu sekali di matanya.“Ki Jering, Ki Gendut dan Ki Jenggot ada apa kalian menyusul kami?” Sembrana menatap ketiganya bergantian.“Maaf sebelummya Pangeran Sembrana, Tuan Putri Milina,
Wanita kalau di tembak terang-terangan akan malu, begitu juga dengan Putri Milina, si jelita ini malah meninggalkan Sembrana.Bukan merajuk atau marah, justru merasa jengah dan bingung harus berbuat apa, padahal dulu saat bersama selama 3 tahunan dalm sebuah gua, mereka bak lintah selalu lengket dan tak mau jauh-jauhan.Melihat hal ini pemuda inipun cepat-cepat menyusul dan menggandeng tangannya adik angkatnya yang kini sudah di lamarnya, tapi belum ada jawaban ya atau tidak dari Putri Milina.Tapi Putri Milina langsung mengibaskan tangannya, karena kini mereka jadi pusat perhatian para prajurit, bahkan ada yang nakal mensuiti keduanya, sehingga wajah Putri Milina makin merah dadu.Begitu sampai di depan Pangeran Remibara, yang masih bersama Putri Remi dan Pangeran Dursana, Sembrana langsung bersujud di depan ayah kandungnya ini.Sebagai pendekar berpengalaman Remibara paham, ada sesuatu yang ‘spesial’ diantara dua orang muda ini, dalam hati tentu saja dia mendukung hubungan keduanya.
“Percuma kalian lari, kali ini aku tak bakal melepaskan kalian lagi!” Sembrana menebarkan ancaman sehingga kedua orang ini makin keder saja.Saat mereka mengeroyok pemuda ini saja dengan 6 orang sakti lainnya mereka keok, apalagi kini hanya berduaan.Ki Bado dan Ki Jarot saling pandang, lalu dengan cepat keduanya menerjang maju, keduanya mencabut pedangnya mengarahkan ke dada Sembrana.Sembrana menangkis dengan jurus bangkui menerkam elang, dan tiba-tiba hawa langsung berubah sangat dingin yang menyambar dari samping.Hal ini membuat Ki Badp dan Ki Jarot menggigil dan terhuyung. Sembrana melangkah maju dan menyambar keduanya.Ki Bado dan Ki Jarot memutar pedangnya, tapi keduanya kaget, hawa pukulan tangan Sembrana malah berubah kali ini, yakni serangannya menjadi sangat panas.Sembrana juga menangkis sehingga kedua pedang itu meleset, tiba-tiba Sembrana memekik keras, tubuhnya bergerak sangat cepat dan ia mendorongkan kedua tanga
Sembrana kaget bukan main, tapi pemuda ini justru kagum dengan ayahnya yang tenang-tenang saja.“Pengecut…kalau sampai adiku dan sepupuku kalian penggal lehernya, maka sampai ke lubang neraka pun aku akan mencari kalian dan memotong-motong tubuh kalian, lalu tubuh kalian berdua ku berikan pada anjing liar di hutan!”Keras dan tegas ucapan Sembrana, hingga bikin kaget semua orang, bagaimana seorang keturunan Pendekar Tampan Berhati Kejam ini agaknya tak kalah ganas dengan ayahnya sendiri.Apalagi setelah kini mereka menyaksikan sendiri, bagaimana hebatnya kepandaian pemuda ini, yang tak berselisih jauh dengan Pangeran Remibara.“Sembrana…kamu tenang dulu, hmm…apa keinginan kamu Ki Jarot dan Ki Bado, sebutkan lah. Tak perlu kamu secara pengecut jadikan anakku dan kemenakanku sebagai tameng!” sela Remibara dengan suara pelan, tapi dengan intonasi kuat, karena pendekar ini menggunakan tenaga dalam.Melihat k
Setelah menghela nafas, Pangeran Remibara tersenyum melihat aksi sihir Ki Ucai, kalau orang lain memandang Ki Ucai bak monster yang menakutkan.Tapi bagi Remibara, kakek ini hanya samar-samar bentuk tubuhnya berubah dari semula, bukan seperti monster yang menakutkan.Sembrana pun sama, dia melihat Ki Ucai tetap seperti semula, bertubuh kurus dan berbaju pertapa, bukan seperti monster seperti yang ribut di suarakan ribuan orang yang terpengaruh ilmu sihir ini.Pengaruh batu mestika ular raksasa yang dia makan dulu, ternyata membuat batin dan kekuatan tenaga dalam Sembrana sangat kokoh, sehingga dia tak terpengaruh.Walaupun ada getaran-getaran kuat saat menatap wajah Ki Ucai, tapi Sembrana dengan sekali helaan nafas mampu membuang pengaruh itu.Termasuk Putri Milina, juga tak terpengaruh, dia sama dengan Sembrana, sudah memakan batu mestika itu, sehingga dia senyum-senyum saja melihat Ki Ucai.Tapi memandang kagum ke Pangeran Remibara yang terlihat tenang sekali dengan senyum tak lepas
Tiba-tiba melayanglah 8 orang sekaligus ke atas panggung, yakni Pangeran Ki Jarah, diikuti Arya dan Arjun Kamandani, Pangeran Sultana, Pangeran Uyut, Ki Bado, Nyai Rumpi dan Ki Jarot. Dan mereka kini mengurung Pangeran Remibara di tengah-tengah panggung yang tak terlalu besar ini, semua orang langsung melongo. Sembrana yang melihat ini langsung gelisah, sehebat-hebatnya ayahnya, apakah sanggup melawan 8 orang sakti ini sekaligus? “Hmm…kamu telah menantang kami sekaligus, heii para undangan yang terhormat semuanya, kalian adalah saksi hari ini, di depan kita Pangeran Remibara menantang kami semua sebagai orang yang pun hajat dan mengganggu acara kita." "Jadi kalau dia kalah, jangan dibilang kami main keroyokan, karena si pangeran ini terlalu sombong, dan dialah yang duluan bikin perkara!” Ki Jarah ternyata sangat cerdik, dia mulai memainkan siasatnya liciknya, dia paham, kalau mereka maju satu persatu, maka nasib mereka tak bakal beda jauh dengan Kakek Kofa, yang barusan di perma