Sembara kini sudah sangat jauh meninggalkan Kerajaan Surata, dia berpikir tak perlu lagi ikut campur persoalan kerajaan tetangga ini.Padahal Raja Tago mencari-carinya, namun dari Putri Safea yang memberitahunya, Prabu Tago paham, kalau pangeran dan juga pendekar sakti ini benar-benar tak mau terlibat terlalu dalam urusan kerajaan ini.“Hmm…tak jauh beda dari Pangeran Hashimi, yang lebih suka mengembara, tak apalah mungkin itu sudah jalan hidupnya!” cetus Prabu Tago.Namun, nama Sembara sudah terlanjur di sebut sebagai orang yang ikut berjasa menumbangkan pemberontakan Pangeran Hasom.Sehingga nama Sembara makin harum, bahkan lebih banyak yang menyebutnya Pendekar Romantis atau kadang di singkat Pero saja, setelah 3 prajurit yang pernah mengintipnya di tenda saat bertengkar dengan Dawina, Ranina lalu Putri Dewi, telah menyebarkan kisah, kalau sang pendekar sakti itu punya tiga kekasih sekaligus, sehingga layak di juluki Pendekar Romantis. Tentu saja bumbu kisahnya makin hebat, karena
Kenapa Sembara tertarik dengan wanita cantik itu, tak lain tak bukan karena pakaiannya yang mirip dengan anak buah Putri Remi, yakni hitam berstrip merah. Walaupun terlihat waah, tapi bagi Sembara ini merupakan sebuah petunjuk.Sembara masih penasaran kemana Dawina dan Putri Remi pergi bersembunyi..!Sebelumnya dia sudah mendengar kalau padepokan Putri Remi sudah di grebek pasukan Kerajaan Surata usai kudeta yang gagal, tapi Putri Remi dan ratusan anak buahnya sudah kabur dari sana.Saat Sembara menoleh, terlihat di halaman pemuda tadi sudah di keroyok tiga pendekar golok iblis, dilihatnya pertandingan malah cukup ramai, karena dua teman si pemuda kini ikut terjun langsung, sehingga pertandingan jadi 1 lawan 1, banyak juga warga yang menyaksikan pertarungan ini.Namun setelah beberapa puluh jurus, ketiga pemuda itu bukan lawan si kumis dan dua temannya, ketiga kini terlihat keteteran, bahkan si pemuda yang menegur tadi sudah menderita luka cukup parah di lengannya kena tebasan golok s
Nyi Dina lah yang kini harus melenguh-lenguh saat Sembara yang sudah sangat berpengalaman dengan wanita ini memberikan kenikmatan terhadap wanita yang haus belaian tersebut.Inilah kelihaian Sembara, kalau mengorek keterangan dengan kekerasan, ia yakin tak bakal mau Nyi Dina terbuka. Tapi dengan memberikan kenikmatan, maka sangat mudah mencari keterangan dari wanita yang sangat menggairahkan ini.Saat bercinta itulah dengan tak sadar Nyi Dina bercerita kalau dia merupakan anak buah Putri Remi, dan dia hanya pura-pura menikah dengan Ki Sabo suaminya, padahal hanya sebagai kekasih gelap, tujuannya untuk menguras harta sang juragan itu.Ternyata ini atas perintah Putri Remi yang ingin mengumpulkan uang dengan cara halus untuk membangun padepokannya kembali, karena padepokannya yang lama sudah di grebek pasukan Kerajaan Surata, yang dipimpin langsung Panglima Muda Ki Diki.Sehingga otomatis Putri Remi butuh tempat baru yang aman dan butuh biaya tak sedikit. Dan Sembara tak kaget, kalau si
Sembara sampai di sebuah kampung yang tak terlalu rame, dan di depannya membentang aliran Sungai Barito yang lebar dan panjang.Sembara lalu menitipkan kudanya pada seorang warga dan diberinya imbalan, lalu dia menuju dermaga kecil di mana terdapat sebuah perahu yang di tambat.“Ki Sanak, mau kah kamu mengantar aku ke sebuah pulau kecil, namanya Pulau Monyet!” sapa Sembara pada pemilik perahu itu.Orang yang di sapa langsung kaget dan menatap Sembara dari ujung kaki hingga ke kepalanya, dan dia heran sendiri melihat ada seorang seperti bangsawan muda sampai ke sasar ke kampungnya yang terpencil ini.“Anak muda, ngapain kamu ke sana, kalau mau melancong mending cari tempat yang lebih bagus, di sana seram dan sepi!”Sembara langsung tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Kisanak, aku ada urusan di pulau itu, kalau Kisanak mau mengantar, aku akan kasih 5 koin emas, bagaimana?”Pria ini langsung kaget, 5 koin emas sama dengan penghasilannya setahunan lebih sebagai nelayan penangkap ikan,
Darimana Putri Remi tahu kalau Nyi Dina sudah Sembara goyang hingga satu malam, tak lain dan tak bukan dari Nyi Dina langsung.Nyi Dina marah bukan main saat tahu ‘kekasih’ gantengnya ini sudah hilang saat terbangun kesiangan.Nyi Dina langsung curiga dan dia secepatnya pergi dari Kota Gogai dan menuju ke sarang atau tempat persembunyian Putri Remi.Dia duluan sampai dari Sembara, karena Nyi Dina hapal jalan memutar yang lebih cepat, agar sampai ke pulau tersembunyi ini.Dia lalu memperingatkan Putri Remi tentang adanya seorang pemuda tampan dengan julukan Pendekar Romantis bertanya-tanya soal sarang mereka, dan Nyi Dina mengaku dia keceplosan bilang tempat ini.Putri Remi kaget sekaligus marah dengan kelancangan anak buahnya ini. Tapi karena nasi sudah jadi bubur, diapun langsung memerintahkan anak buahnya segera memanggil tokoh-tokoh sakti agar datang dan bersiap menunggu ke datangan Sembara.Kenapa ada Ranina di sini (tunggu yaa…nanti akan ada kisahnya tersendiri).Kini Sembara men
Serangan yang tak di duga-duga ini membuat Sembara terjungkal, dan tanpa Sembara sadari justru terjungkalnya dia dekat Ranina.Kaget juga Sembara, dadanya langsung terasa sesak. “Posisiku tak menguntungkan!” batin Sembara, sambil mencari akal.Lalu dengaan kecepatan yang sukar di lihat mata biasa, Sembara menyambar tubuh Ranina yang saat itu sedang memulihkan tenaganya setelah bentrok dengan dirinya tadi.Ranina tak sempat mengelak, dia langsung lunglai pingsan, terkena totokan dahsyat yang dilakukan Sembara secara kilat.Saat itulah kembali serangan dahsyat datang, tapi kali ini Sembara secara tiba-tiba mengeluarkan pedang bengkoknya, mengaumlah suara bak ribuan tawon, sambil mengayun pedang bengkoknya itu dia mengempit tubuh Ranina yang sudah tertotok saat Sembara sambar tadi.Kibasan pedang mujijat ini membuat dua penyerangnya itu terdorong hingga 5 meteran, tapi saat itulah Sembara langsung menghilang, karena dua penyerangnya kaget dan terdiam tak menyangka kibasan pedang bengkok
Baiknya jalan pikiran Ranina tetap jalan walaupun lupa siapa dirinya, dia ingat petunjuk yang Ki Pular berikan. Ranina pun cepat-cepat mengangkat tubuh Sembara ke atas kuda dan melarikan kudanya secepat kilat.Selama seharian dia tak pernah beristirahat, untung kuda milik Sembara ini kuda pilihan, sehingga bak tak pernah kecapekan membawa beban Sembara dan Ranina, kuda ini terus berlari di jalan setapak di tengah hutan.Kuda ini juga bak sangat paham kalau tuannya dalam kondisi darurat, Ranina makin gelisah melihat bagaimana pucatnya wajah Sembara.Ketika hari mendekati senja atau hampir malam, yang artinya sudah 6 harian mereka melakukan perjalanan, Ranina terus menggenjot kudanya, namun makin malam gelap dan halimun juga makin tebal.Walaupun sangat sakti, tapi Ranina terpaksa mengalah, tak mungkin kudanya jalan di tengah malam gelap gulita, saat itulah Ranina melihat ada seperti cahaya api unggun dari kejauhan di sebuah gua yang lebar.Ranina yang tak kenal takut ini langsung menga
“Sudahlah itu hanya ramalan-ramalan saja, tak usah di masukan ke dalam hati ya, hanya Tuhan yang tahu jalan hidup dan masa depan manusia, kamu istirahat saja dan lakukan semedhi, agar semua racun yang ada dalam tubuhmu keluar semua!” Ki Sasak kini tertawa kecil.Ranina pun mematuhi saran Ki Sasak, ia pun duduk bersila seperti yang Sembara lakukan, lalu tenggelam dalam semedhi, berkali-kali dia gagal konsenterasi penuh, karena ucapan Ki Sasak bak terngiang-ngiang dalam hati dan pikirannya.Ada rasa bahagia, sumringah dan bermacam-macam perasaan mengaduk hati dan batinnya.Tak terasa berkali-kali ia melirik ke arah Sembara, seakan kini takut kalau pria yang dia sayangi ini menghilang.“Kalian akan melahirkan raja berikutnya…!” kalimat ini bak tertanam dalam hati dan sanubarinya. Setelah mencoba berkali-kali, Ranina akhirnya bisa juga tenggelam dalam semedhinya.Ki Sasak walaupun bukan ahli silat tinggi tahu hal itu, tapi kakek tua yang benar-benar tak punya musuh baik golongan hitam apa