Saat Sembara ingin mengejar Dawina, tiba-tiba langkahnya tertahan, karena mendengar suara minta tolong wanita tadu. Sembara pun berbalik ke tempat tadi dan tak jadi mengejar Dawina.Saat melihat si pejabat ini nafasnya ngos-ngosan, agaknya dia terkena pukulan Dawina, Sembara langsung duduk bersila di belakang pejabat itu dan menyalurkan hawa murni, dia tahu si pejabat ini terkena pukulan jurus asmara milik Dawina.Sembara yang sudah menguasai 100 persen ilmu ini langsung menyalurkan hawa dingin dan pelan-pelan wajah di pejabat ini kembali normal, lalu terdengar ia muntah darah yang berwarna hitam.Sembara melepaskan tangannya dan memberi sebutir obat, dan tanpa banyak bicara di minum sang pejabat dengan air yang diambil wanita berkebaya ini.Kini sang pejabat itu sudah bisa menarik nafas lega, terbebas dari pukulan maut itu yang disarangkan Dawina yang saat itu mengenakan cadar. Pejabat ini ternyata punya ilmu silat lumayan, tapi tentu kalah jauh dengan Dawina.“Terima kasih tuan pend
Sembara langsung menunduk dan tak bisa menjawab pertanyaan Ki Jampo, namun orang tua yang sudah kenyang pengalaman hidup ini tersenyum, lalu menepuk bahu Sembara.“Anak muda, aku paham…kamu sebenarnya bukan pemuda sembarangan, tapi sengaja menyembunyikan sesuatu…kamu ikut kawal aku ke Ibukota Serawak, aku butuh tenaga kamu, gerakan pengambl alihan kekuasaan ini agaknya sangat berbahaya, karena sudah melibatkan tokoh-tokoh dalam dunia hitam persilatan, aku mohon kamu jangan menolak…dan satu hal lagi, kamu ku akui sebagai kemenakanku, agar tak ada yang mencurigai kamu, setuju!”Sembara mengangkat wajah, akhirnya setelah bertatapan, Sembara tak punya pilihan lain dan langsung mengangguk, selain faktor Dawina, dia juga benar-benar penasaran, siapa orang yang telah membunuh Putri Zasa.Juga dia sudah bersimpati pada pejabat tinggi yang ramah ini. Perwira yang menjadi komandan pasukan pengawal dikenalkan pada Sembara, dia bernama Perwira Zodan.Sesuai dengan keinginan Menteri Ki Jampo, semu
Begitu Ki Jampo masuk ke ruangan, semua berdiri dan memberi hormat, Ki Jampo langsung mengangguk dengan wibawanya yang kuat. Matanya menyapu semua yang hadir, sehinga semuanya buru-buru memberi hormat pada pejabat kerajaan yang sangat di berwibawa ini.Ki Atu lalu meminta semuanya duduk kembali, Ki Jampo kembali menatap satu persatu yang hadir, ada beberapa yang dia kenal, tapi banyak yang tidak.Dan kini diapun mendengarkan ucapan dari Ki Atu yang merupakan salah satu dari sepasang pedang putih atau sering juga juluki sepasang pedang setan, karena kehebatan mereka memainkan pedangnya.Sehingga julukan sepasang pedang setan lebih sering di ucapkan orang-orang, daripada sepasang pedang putih.Setelah berbasa-basi sambil mengenalkan semua yang hadir, Ki Atu mulai masuk ke inti pertemuan mereka yang agaknya sudah lama direncanakan, buktinya Ki Atu dan Ki Suga yang langsung menjemput Ki Jampo, yang menandakan ini bukan pertemuan biasa.“Tuan-tuan dan putri semua, seperti yang kita ketahui
“Maaf Ki Jampo, kami menerima saran dan masukannya, tapi gerakan ini sudah sangat matang, kami tak mau mundur selangkah pun?” Ki Atu terlihat ngotot dan membantah semua nasehat menteri senior ini.Kemudian terdengarlah teriakan dan juga bantahan, yang intinya mereka setuju dengan keinginan Ki Atu dan menolak semua nasehat sang menteri yang seharusnya mereka hormati.Suasana mulai panas dan tak terkendali, Sembara pun ikutan tegang karena beberapa orang mulai berteriak agar menangkap menteri ini, karena dianggap tak sehaluan dengan tujuan mereka.Sembara langsung berdiri di depan Menteri Ki Jampo setelah minta izin terlebih dahulu.“Tenang semua, kalau memang gerakan kalian ini demi rakyat, kenapa harus menahan tuan menteri, ingat siapapun yang ingin menyentuh beliau, kalian akan berhadapan denganku,” Sembara yang pada dasarnya mulai jengkel hilang juga kesabarannya.Sembara sengaja mengerahkan tenaga dalamnya hingga beberapa orang orang kaget dan jantungnya mereka berdebar, terutama y
Sembara tahu serangan dari Putri Remi dan Ki Kiji, tapi dia juga kaget bukan main saat melihat ada dua orang melayang tak kalah cepatnya dari pembokongnya itu. Kedua bayangan ini langsung memapakai dua serangan yang ditujukan pada Sembara.Putri Remi harus bersalto hingga 5 kali saat orang yang memapaki serangannya memukul lebih keras, sedangkan Ki Kiji sempat berputar lalu jatuh bedebuk di tanah, dan dia langsung kena mental matanya berkunang-kunang seketika.Berbarengan dengan itu, Sembara berteriak keras dan Ki Atu dan Ki Suga terjungkal ke tanah, kini di dekat Sembara berdiri dua orang wanita yang tadi memapaki bokongan itu.Satu orang terlihat setengah tua, dan yang di samping kanan berusia muda serta sangat cantik, Sembara sempat kaget bukan main, karena gadis muda yang berada di samping kanannya sangat mirip…Putri Zasa.Namun semuanya terlihat menghormat dan menjura, saat melihat seorang wanita cantik dan terlihat agung bersuara.“Stop…hentikan perkelahian ini!” suaranya lembut
“Saudara-saudara sekalian, aku akan mengenalkan siapa yang mendampingiku, yang pertama dia adalah Putri Dewi, anak sulung dari kakakku, Putri Amali dan mendiang Jenderal Lipa, dan yang kedua Nyi Ronde, seorang dayang setiaku!”Setelah mengenalkan dua orang itu, keduanya kini berdiri dan mengangguk ke semua orang, Putri Safea juga mengenalkan pengawal-pengawalnya, yang ternyata mantan pengawal keluarga kerajaan saat Prabu Amal berkuasa dan tetap setia dengan anak-anak sang prabu ini.Semuanya memuji, baru seorang dayang dan kemenakannya saja sudah sedemikian lihai, bagaimana dengan kelihaian sang putri ini sendiri.Semua tahu, sejak kecil Putri Safea berbeda dengan kakaknya Putri Amali, sang putri cantik ini sangat menggandrungi ilmu kanuragan, sehingga tak heran kalau Putri Safea ini sangat sakti.Putri Safea juga mengatakan kakaknya yang juga ibunda dari Putri Dewi tak bisa datang karena kondisi kesehatannya.“Sebagaimana dikatakan anak buahku tadi, saat ini sedang terjadi ketegangan
Sembara tertawa kecil, tanpa dia sadari gayanya begitu justru makin membuat Putri Dewi curiga, tapi gadis bangsawan tinggi ini tidak memperlihatkannya.Justru dengan gaya anggunnya yang menampakan dirinya seorang bangsawan tinggi putri ini tersenyum, tapi senyumnya seakan menertawakan kebohongan Sembara.“Aku akui, asalku memang dari Hilir Sungai, tapi aku bukan kalangan bangsawan…hanya kebetulan Bibi Nyai Dini, istri dari Ki Jampo memiliki suami bangsawan putri!” Sembara tetap menyembunyikan jatidirinya, karena ia tak ingin menimbulkan kecurigaan.Walaupun dia juga sudah terlatih sebagaimana layaknya seorang bangsawan, namun Sembara tetap sedapat mungkin menyembunyikan hal itu. Karena sadar ini bukan Hulir Sungai, tapi wilayah Kerajaan Surata.Padahal Putri Dewi sangat cerdas dan tak bisa di bohongi dengan gaya Sembara yang selalu bak rakyat jelata ini. Gaya sebagai seorang bangsawan tinggi ibaratnya turunan dan melekat pada diri Sembara, pastinya tak bisa di hilangkan begitu saja.P
Namun Dawina sepertinya tak mengenali Sembara, karena Pendekar Romantis ini sedang dalam pakaian penyamaran, hanya dia merasa aneh melihat ‘saudagar’ ini dari tadi selalu menatapnya.Tiba-tiba tanpa ada yang tau, melayanglah sebuah sendok ke arah Sembara, kecepatan sendok ini tak main-main, karena di lempar Dawina dengan tenaga dalam yang sangat kuat, bahkan Putri Dewi sendiri tak melihatnya, saking cepatnya gerakan yang dilakukan tangan Dawina ini.Namun, dengan tenang Sembara menyambut sendok itu, bak main sulap saja, sendok tersebut seakan lenyap dalam jubah baju penyamarannya.Sembara kini pura-pura tak melihat Dawina lagi, ia seakan-akan tak tahu tadi baru saja di serang, kini ia terlihat malah aseek ngobrol dengan Putri Dewi.Sembara sengaja tak ingin melihat kekagetan wajah Dawina, yang tak menyangka orang yang dia serang justru lebih hebat lagi. Yakni menerima dengan kecepatan yang sangat luar biasa, seakan mengibas seekor lalat saja dan sendok itu lenyap dalam jubah bajunya.