Laju kereta kuda makin melambat ketika memasuki pedesaan itu, Wiryo yang mengendalikan kuda segera mengarahkan kereta kudanya itu menuju rumah Tumenggung Galih selaku kepala desa dari Desa Purwosari itu. Kereta kuda yang dikendalikan Wiryo pun berhenti saat berada tepat di depan rumah Tumenggung Galih, Wiryo pun turun lebih dulu dan menuju rumah itu guna memastikan ada tidaknya kepala Desa Purwosari itu di rumahnya. “Tok..tok..tok! Mas Tumenggung!” Panggil Wiryo sambil mengetuk pintu, tak lama sosok yang dimaksud pun membukakan pintu. “Eh, Wiryo! Tumben singgah, biasanya jam segini kamu masih berdagang di desa-desa sebelah?” Tanya Tumenggung Galih. “Ya Mas, saya hari ini sengaja tidak berdagang karena membawa tamu yang dapat membantu kita warga Desa Purwosari ini dari ancaman sosok landak raksasa yang telah menewaskan Warno dan Kirman.” Jawab Wiryo sembari menunjuk Arya dan Dewa Pengemis yang saat itu berdiri bersandar di kereta kudanya. “Oh, mereka orang nya. Mari, ajak merek
“Wah, Mas Wiryo pakai repot-repot bawa buah-buahan segala.” Ujar Lasmi saat Wiryo menyerahkan jinjingan yang ia bawa. “Tidak repot kok, Mbak. Itu juga sisa dagagan saya kemarin dan masih segar-segar, kebetulan juga hari ini Mas Arya dan Mas Dewa Pengemis hadir di sini untuk membantu kita dan para warga desa dalam mengatasi hal-hal aneh yang beberapa hari ini meresahkan.” Tutur Wiryo sembari duduk di sebelah Arya. Lasmi mengambil nampan yang berada di dapur, kemudian kembali sambil membawa buah-buahan itu di atas nampan dan meletakannya di meja. “Kira-kira langkah apa yang akan Mas Arya dan Dewa Pengemis lakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi di desa ini?” Tanya Tumenggung Galih, masuk kembali ke pembicaraan inti dari kunjungan Arya dan Dewa Pengemis ke Desa Purwosari itu. “Begini Mas Tumenggung, seperti yang telah kami lakukan di Desa Purworejo biarlah kami berdua saja yang masuk hutan mencari Siluman Landak itu. Sementara bagi warga desa yang ingin ikut, cukup menyaksika
Tarian-tarian aneh dan berbagai macam minuman serta makanan yang tersedia di sana benar-benar tidak lazim, mungkin bagi penghuni Kerajaan yang telah dipengaruhi kekuatan gaib menganggap minuman dan makanan-makanan itu suatu hal yang amat lezat padahal minuman itu berwarna kehitaman-hitaman serta makanannya banyak yang berasal dari ulat-ulat serta hewan kecil yang menjijikan lainnya. Sugeng yang memang masih dapat melihat dengan normal memilih tidak ikut bergabung dengan mereka, biarlah ia bertugas berjaga-jaga di luar istana meskipun malam itu bukan gilirannya. Rasa mual yang menyenak hulu hati membuat Sugeng beberapa kali muntah, jika ia teringat akan minuman dan makanan yang ada di dalam ruangan istana Kerajaan Gaib itu. Mungkin Ratu Dewi Purnasari tidak terlalu terpusat akan sikap Sugeng yang memang berbeda dari para prajurit di sana, hingga ia lupa memberikan pengaruh aneh serta tunduk akan perintahnya pada diri Sugeng. Selama ini Sugeng hanya makan buah-buahan yang tumbuh dari
“Huuuff..! Hampir saja kita terkena duri-duri celaka itu!” Seru Arya yang saat itu berada di belakang Dewa Pengemis. “He.. He.. He..! Kau tenang saja, tadah butut saya ini bisa kita jadikan tameng membendung serangan duri-durinya.” Dewa Pengemis terkekeh kegirangan, karena berhasil menangkis serangan duri-duri landak yang melesat ke arah mereka berdua. “Rupanya tadah bututmu itu berguna juga ya? Bisa membesar seperti itu dan dapat melindungi tubuh kita.” Ujar Arya tersenyum kagum. “Tentu saja soba, saya kan tadi mengeluarkan ajian Tameng Sakti Tadah Pengemis hingga tubuh kita termasuk kantong menyanmu bisa selamat dari tusukan duri-duri landak Keparat itu! He.. He.. He..!” Celetuk Dewa Pengemis. “He.. He.. He..! Benar sobatku, kalau tidak tadi kantong-kantong menyan kita sudah seperti pohon-pohon itu hangus dan mengepul asap.” Balas Arya dengan celetukan pula. “Ha.. Ha.. Ha..!” Mereka tertawa bersamaan. “Eh, jangan tertawa saja! Bagaimana cara kita mengatasi Landak keparat
Sosok itu sepertinya menuju pendopo di mana Arya, Dewa Pengemis dan Tumenggung Galih duduk. Tumenggung Galih yang melihat hal itu tiba-tiba berdiri menghampiri, ia merasa tidak mengenal sosok lelaki berpakaian putih itu dan bukan bagian dari warga desa yang ia pimpin. “Maaf Tumenggung Galih, jika saya datang mengganggu acara kalian.” Ucap lelaki tua berpakaian putih itu saat ia berdiri berhadap-hadapan dengan kepala Desa Purwosari itu. “Kakek ini siapa, ya? Sepertinya saya belum pernah bertemu dan mengenal Kakek sebelumnya?” Tanya Tumenggung Galih yang merasa heran lelaki tua itu tahu akan namanya. “Nama saya Resi Kundala.” Tumenggung Galih makin terkejut karena ia tak menyangka akan bertemu dengan sosok itu, karena dia hanya mendengar nama itu dari para leluhur mereka puluhan tahun yang lalu. “Suatu kehormatan bagi saya, Kakek Resi datang mengunjungi kami di sini. Mari, kita bicara di pendopo itu.” Ajak Tumenggung Galih dengan sikap hormatnya, Resi Kundala anggukan kepala sem
“Besok pagi kami akan menuju ke arah Utara dulu mencari sosok Siluman Kalajengking yang dikatakan Resi Kundala, jika berhasil kami akan menuju arah Barat kemudian yang terakhir arah Selatan hutan Blora.” Tumenggung Galih manggut-manggut. “Sebaiknya kalian berdua beristirahat dulu di dalam rumah, biar kami di sini dengan para warga desa hingga selesai acara ini.” Ujar Tumenggung Galih, Arya menggelengkan kepalanya. “Tidak Mas, kita sama-sama istirahat di pendopo ini saja hingga selesaikan acara syukuran ini.” Ulas Arya, mereka pun kembali menyaksikan pertunjukan dari warga desa sambil menikmati suguhan yang ada di pendopo itu. ******* Pagi itu di Desa Purwosari memang tidak secerah pagi kemarin, meskipun hujan atau pun gerimis belum turun namun di atas langit tampak gelap diselimuti awan hitam. “Sepertinya cuaca pagi ini kurang baik, apa tidak sebaiknya Mas Arya dan Mas Dewa Pengemis menunda tujuannya untuk ke Utara hutan Blora?” Ujar Tumenggung Galih sembari melirik ke atas m
“Nama Saya Arya dan ini sahabatku Dewa Pengemis, kami tadinya dari Desa Purwosari tujuan kami ke desa ini Paman.” Jawab Arya. “Ke desa ini? Kalian ingin menemui siapa di sini?” Tanya lelaki setengah baya itu. “Kami ingin bertemu dengan kepala desa ini, ada hal yang penting yang ingin kami sampaikan.” Dewa Pengemis yang menjawab. “Desa ini bernama Sendangharjo, dan saya Broto Seno adalah kepala desanya. Hal penting apa yang ingin Nak Arya dan Dewa Pengemis sampaikan? Apakah itu merupakan pesan dari kepala Desa Purwosari?” Tanya lelaki setengah baya yang bernama Broto Seno dan dia juga ternyata sebagai kepala desa di Desa Sendangharjo itu, Arya dan Dewa Pengemis terkejut kemudian saling pandang. “Tidak Paman Broto, hal yang akan kami sampaikan ini tidak ada kaitannya dengan kepala Desa Purwosari. Kami datang karena petunjuk dari Resi Kundala, bahwasanya di Desa Sendangharjo di kawasan hutan desa ini terdapat mahkluk berupa Siluman Kalajengking.” Jawab Arya membuat Broto Seno te
“Ya Paman, kami telah berhasil menumpas Siluman Kera di pinggiran Desa Purworejo dan Siluman Landak di Desa Purwosari. Tiga Siluman lainnya terdapat di tiga kawasan, sebelah Utara ini kemudian kawasan Barat dan Selatan.” Tutur Arya. “Wah, berat sekali tugas yang akan kalian lakukan itu. Saya hanya bisa berharap pada Gusti Alloh, agar kalian senantiasa dilindungi dan disampaikan tujuan kalian yang mulia itu.” Harapan Broto Seno. “Amin, kami merasa mempunyai kewajiban untuk melaksakan semua itu Paman.” Ucap Arya diiringi senyumnya. “Baiklah karena hari sudah semakin larut, sebaiknya kalian beristirahat. Besok pagi biar saya yang mengumpulkan warga desa, untuk mengawasi kalian dari jauh dalam menumpas Siluman Kalajengking di hutan di pinggiran desa ini.” Tutur Broto Seno sembari mengantar mereka menuju sebuah kamar kosong tempat beristirahat di rumah itu. ****** Kerajaan Gaib malam itu gempar akan berita tewasnya Siluman Kera dan Siluman Landak, Dewi Purnasari alias Dewi Ular ta
Lalu kedua telapak tangannya ia hadapan ke angkasa seperti hendak mencakar langit, tiba-tiba kedua pergelangan tangannya itu berubah menjadi putih ke perak-perakan. Sejurus dengan itu ia pun melesat bak elang ke arah tubuh Raksasa Durja Iblis, dua sinar putih menderu menghantam tubuh Raksasa Durja Iblis itu. “Buuuuuuuuuum..! Kraaaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Ledakan maha dahsyat pun terdengar seiring dengan hancurnya tubuh Raksasa Durja Iblis hingga menjadi debu bertaburan di tanah, itulah ajian andalan Sang Pendekar Rajawali Dari Andalas yang bernama ajian Rajawali Melebur Sukma. Pekik dan sorak kemenangan bergemuruh dari ribuan prajurit gabungan istana peri dan Kerajaan Permata Timur, istana megah Kerajaan Angkasa itu pun telah rata dengan tanah seiring terbenamnya tubuh Raksasa Durja Iblis saat dihantam ajian Telapak Suci Budha yang dilesatkan Arya tadinya sebelum tubuh Raksasa Durja Iblis itu hancur berkeping-keping dihantam ajian Rajawali Melebur Sukma. Tubuh Arya yang tad
Pasukan gabungan peri dan Kerajaan Permata Timur pun tak berselang lama setelah itu mampu pula menaklukan ribuan prajurit istana Kerajaan Angkasa, sebagian besar dari mereka tewas bersimbah darah, dan sebagian lagi dipaksa menyerah. Sementara duel sengit antara Arya dan Batara Durja masih berlangsung, sejauh ini Arya belum mampu mendekat apalagi menghantamkan pukulannya ke tubuh Batara Durja, karena raja segala licik dan tamak itu selalu menghantamkan senjata mustikanya berupa gada ke arah Arya, hingga membuat sang pendekar dipaksa menghindar bahkan beberapa kali mundur. Mendapatkan beberapa kali serangannya gagal dan mengetahui jika Guru dan sebagian besar prajuritnya tewas, Batara Durja pun murka. Dengan segera ia merubah wujudnya menjadi Raksasa Durja Iblis, yang tentu saja diiringi semakin besarnya senjata mustikanya berupa gada itu. “Wuuuuuuuuuuus..! Blaaaaaaaaaaaam..!” tanah yang terkena hantaman gada itu bak dilanda gempa dahsyat membuat semua yang ada di kawasan itu terpent
Setelah menyusun dan merembukan dengan matang rencana penyerangan ke istana Kerajaan Angkasa, ke empat peri yang memimpin 4 penjuru kawasan negeri diatas awan itu kembali ke istana mereka masing-masing, sementara Arya tetap tinggal di istana ratu hingga esok pagi seluruh pasukan berkumpul di sana. Peri Salju setibanya di istana salju di kawasan utara segera menyampaikan berita itu pada seluruh pasukannya, begitu pula dengan Peri Api dan Peri Laut di kawasan selatan dan barat. Sementara Peri Bulan sebelum menuju istananya dikawasan timur, ia singgah dulu di istana Kerajaan Permata Timur menemui Benggala dan Yuda Tirta selaku Raja serta Panglima Kerajaan. “Mari silahkan masuk yang mulia Peri Bulan! Baginda Benggala ada didalam istana!” tutur Yuda Tirta yang menyambut kedatangan Peri Bulan dihalaman istana Kerajaan Permata Timur itu. “Terima kasih, Yuda!” ucap Peri Bulan dengan senyum ramahnya, kemudian ia diiringi Yuda Tirta masuk kedalam istana menemui Benggala. “Sebuah kehormatan
“Loh, kok diam saja Arya? Ayo, naik kita berangkat sekarang!” seru Peri Salju. “Iya, tapi sebaiknya aku ganti pakaian dulu, sepertinya pakaian yang aku jemur itu sudah kering!” ujar Arya sambil memunggut pakaian yang ia jemur di samping mulut goa itu. “Oh, ya silahkan! Kami akan menunggumu!” setelah mengambil pakaian yang ia jemur Arya masuk kembali kedalam goa mengganti pakaiannya. Beberapa menit kemudian Arya pun tampak ke luar dari mulut Goa, Peri Salju kembali memintanya naik ke punggung kuda putih bersayap tunggangannya itu. Arya melesat ke atas kuda di belakang Peri Salju duduk, dengan tersenyum Peri Salju memerintahkan kuda putih bersayap itu untuk terbang kembali ke negeri diatas awan. ***** “Apa yang mulia yakin pemuda dari negeri 1.500 tahun yang akan datang itu tidak akan selamat dari luka yang ia alami saat bertarung kemarin?!” tanya Durgama, saat ia diminta berkumpul dengan para petinggi istana lainya diruang utama Kerajaan Angkasa. “Ha.. Ha.. Ha..! Aku benar-benar
“Hemmm... Jasa yang telah kau berikan pada negeri peri dan negeri di atas awan sudah sangat besar! Tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan yang aku lakukan ini kepadamu! Racun Iblis yang ada di tubuhmu belum sepenuhnya hilang, karena aku hanya berhasil mengeluarkan sebagiannya saja!” tutur Resi Dharma.“Jadi racun iblis masih ada di dalam tubuhku? Lalu bagaimana cara menghilangkan keseluruhannya, Resi?” Arya terlihat panik akan yang dituturkan Resi Dharma baru saja kepadanya.“Kamu tak perlu cemas! Kamu cukup berendam di depan air terjun sana beberapa menit! Air itu akan melenyapkan seluruh racun yang ada di tubuhmu! Tadi selain mengeluarkan sebagian racun di tubuhmu, aku juga telah berhasil membuka pori-pori di seluruh badanmu! Agar hawa gaib air terjun dapat merasuki dan melenyapkan racun di tubuhmu itu!” tutur Resi Dharma.“Oh, begitu! Baiklah sekarang juga aku akan berendam di air terjun depan goa ini!” Resi Dharma hanya anggukan kepalanya, Arya dengan tertatih-tatih bangkit
Setibanya di istana salju di ruangan tempat Arya dibaringkan, Peri Ratu segera memeriksa tubuh sang pendekar. Bagian dada kanan tampak lebam, dan ada goresan luka yang darahnya telah membeku.“Luka dalam yang dialami Arya sangat parah! Kalau saja dia bukan sosok berilmu tinggi, mungkin tulang dadanya telah remuk! Senjata mustika milik Batara Durja itu pun melukai bagian dadanya, dan akibatnya racun jahat dari senjata itu mengalir ke seluruh tubuhnya!” tutur Peri Ratu.“Apakah Arya masih hidup yang mulia? Tadi aku periksa denyut nadi dan detak jantungnya tak ada sama sekali!” Peri Salju masih terlihat sangat cemas.“Hemmm... Mungkin saat kamu memeriksanya tadi keadaanmu lagi kalut, hingga kamu tak merasakan masih adanya denyut nadi dan detak jantungnya! Hanya saja saat ini dia benar-benar tak bisa bergerak sama sekali dan tak sadarkan diri akibat racun iblis yang menjalar diseluruh tubuhnya! Ternyata Batara Durja tidak sendiri, dia bersekutu dengan raja iblis!” Peri Ratu menjelaskan se
“Tidak Arya, apapun yang terjadi nantinya aku akan tetap bersamamu di sini! Berhati-hatilah, sosok yang kamu hadapi ini sangat licik dan berbahaya!” ujar Peri Salju, Arya tersenyum lalu mengangguk. Batara Durja yang memang tak dapat lagi menahan ingin segera menghajar Arya yang selama ini selalu menggagalkan rencananya, mulai dari negeri peri hingga terakhir menewaskan salah seorang kepercayaannya di istana bernama Durpala, langsung menerjang ke depan ke arah sang pendekar. Hantaman kaki dan tangan secara bergantian membuat Arya terpaksa beberapa kali mengelak dan menangkis, meskipun serangan itu tanpa dialiri kekuatan ilmu tenaga dalam akan tetapi hawa pukulan Batara Durja sangat terasa dan membahayakan. Tubuh Batara Durja memang tinggi dan kekar, akan tetapi gerakan-gerakannya sangat gesit membuat Arya cukup kewalahan dan harus menghindar kian-kemari. “Deeeeeeees..! Deeeeeeeees..!” sebuah pukulan tangan kosong Arya mendarat keras mengenai dada kanan Batara Durja hingga membuatny
“Sudah dua kali mereka berusaha untuk menguasai Desa Gumanti ini! Dan beberapa hari yang lalu mereka berhasil membuat kami menyerah karena tak kuasa melawan!” tutur Jabari saat mereka telah duduk bersama diruangan terbuka itu. “Sepertinya Kerajaan Angkasa itu memang serakah dan tak pernah merasa jera, sebelum rajanya yang bernama Batara Durja itu ditaklukan!” tutur Arya. “Terima kasih sekali lagi kami ucapkan pada kalian semua yang telah membantu membebaskan Desa Gumanti dari mereka! Kami tak tahu harus bagaimana membalas jasa baik kalian ini!” ucap Jabari mewakili seluruh warganya. “Sama-sama, Jabari!” tutur Arya, Peri Salju dan Wisnu Dharma. “Lantas sekarang apa yang perlu kami bantu? Apakah kami seluruh warga musti ikut ke Kerajaan Angkasa itu?” tanya Jabari. “Tidak usah, biar Aku dan Peri Salju saja yang ke sana!” “Apakah itu tidak terlalu berbahaya Arya, sementara di istana Kerajaan itu ada ribuan prajurit yang tentunya akan menghadang kalian?! Bagaimana jika seluruh muridk
“Dia sosok yang sangat berbahaya! Ambisinya jelas ingin berkuasa atas negeri diatas awan ini! Dia tentu saja sangat membenci yang mulia dan para peri lainnya, yang secara nyata diberikan hak kekuasaan di negeri diatas awan!” tutur Wisnu Dharma. “Ilmu apa yang ia miliki hingga Guru sendiri tak sanggup menghadapinya hingga harus lari dan bersembunyi di goa negeri peri?” kali ini Arya yang bertanya. “Aku sendiri tidak tahu ilmu apa yang ia miliki, Arya! Yang jelas ilmunya itu sangat aneh dan sulit dihadapi! Aku melarikan diri hingga ke negeri peri disamping untuk menyelamatkan nyawaku, juga yang tak kalah pentingnya menyelamatkan kitab tapak budha!” tutur Wisnu Dharma. “Di mana letak Kerajaan Angkasa itu, Guru?” “Kerajaan itu berada diarah utara dari kuil ini! Jika kamu hendak kesana, kebetulan nanti selepas tengah hari kita akan berhadapan dengan para prajurit Kerajaan itu di Desa Gumanti! Kamu bisa menahan salah seorang dari mereka untuk menunjukan jalan ke istana Kerajaan Angkasa