”Begitulah keadannya nak Yo Kang, putri kami bukanlah Yalina yang kamu kenal dahulu!”Ya Thui menghela napas panjang, setelah menceritakan semua keadaan putrinya hatinya terasa lega tidak dipenuhi rasa was-was seperti tadi. dia sudah bertekad, apapun jawaban keluarga Yo Kang akan diterima dengan lapang dada.Yo Kang menutupi wajahnya, sebagai pria normal tentu saja dirinya sangat kecewa karena kegadisan Yalina yang selama ini ia idam-idamkan sudah direnggut orang lain, dan parahnya yang melakukan perbuatan terkutuk itu adalah sekumpulan manusia setengah iblis yang selama ini meneror kampung ini.“Kami mohon maaf karena tidak bisa menjaga Yalina dengan baik, padahal sudah ditunangkan. Sekarang, semua keputusannya diserahkan kepada ayah bunda nak Yo Kang!”Yo Kang masih tidak bergeming, ia terus menutupi wajahnya yang tampan dengan kedua telapak tangannya. Kedua orang tuanya saling pandang, mereka memahami kekecewaan putranya.“Tuan Thui, anda keliru jika mengatakan bahwa keputusan ada
“Sebagai seorang laki-laki, tentu saja saya merasa kecewa, sedih sekaligus marah karena kesucianmu sudah direnggut oleh orang lain!” ucap Yo Kang sejujurnya.Semua orang terdiam, suasana di ruangan itu menjadi hening dan terasa menegangkan, terutama kedua orang tua Yalina dan Yo Kang. Mereka takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan berakibat buruk pada kerekatan hubungan keluarga mereka, apalagi sampai menyebabkan permusuhan.Yang mengherankan Yalina terlihat biasa-biasa saja, sedikitpun dia tidak terpengaruh terhadap pengakuan Yo Kang barusan. Tentu saja hal itu membuat semua orang bertanya-tanya mengapa gadis itu bersikap demikian, apakah cintanya terhadap Yo Kang sudah menghilang ataukah ada alasan lain?.“Terimakasih atas kejujurannya, Yo Kang!” Yalina menganggukan wajahnya kemudian tersenyum manis.Yo Kang menghela napas panjang kemudian mengusap-sap wajahnya yang terasa dingin. Tidak lama kemudian ia berkata lirih ditujukan kepada Yalina.“Namun semua rasa kecewa, sedih s
“Kebakaran, kebakaran!”Keheningan malam dipecahkan oleh suara teriakan, tidak lama kemudian terdengar suara kentungan bambu dipukul sangat keras. Sedetik kemudian semua warga berhamburan ke luar, mereka terkejut menyaksikan kobaran api yang menyala-nyala di atap rumah tuan tanah, orang yang paling kaya di kota ini.Lin Lin, atau Kwa Lin segera membuka matanya kemudian melompat dari atas pembaringan. Awalnya dia mengira malam ini adalah tidur yang paling nyenyak setelah bertahun-tahun merantau, siang tadi dengan disambut penuh keharuan ia kembali ke rumahnya di kota Xian Zhi.Tentu saja kedatangan Lin Lin disambut gembira oleh ayahnya yang sudah semakin menua dan rapuh, sedangkan ibunya terbaring lemah tidak berdaya akibat terkena tekanan batin yang sangat hebat gara-gara kehilangan putri semata wayangnya.Benar kata tabib Lo, jika Lin Lin terlambat pulang dia akan menyesal untuk selama-lamanya. Begitu putrinya pulang, kedua orang tua Lin Lin sangat bergembira dan ibunya memiliki sema
“Jangan ambil anakku, lepaskan!”“Minggir kamu wanita tua!”Laki-laki yang memakai topeng tengkorak itu menyentakan tubuh wanita tua tadi sampai terjengkang dan menabrak pagar kayu yang sedang terbakar.“Ibu!”Si gadis berteriak, dia meronta hendak berlari ke arah ibunya yang terkulai tidak berdaya di dekat pagar. Kalau terus dibiarkan tentu ibunya akan celaka terkena kobaran api. Akan tetapi pegangan penjahat bertopeng tengkorak itu sangat kuat, walaupun ia sudah berusaha melepaskan sekuat tenaga namun tidak berhasil.“Dasar iblis, jahanam, lepaskan!”“Krep!”Tanpa berpikir panjang, si gadis mengigit pergelangan tangan si topeng tengkorak sampai berdarah. Sontak saja penjahat itu melepaskan tangannya sambil mengusap luka akibat gigitan gadis cantik itu.“Wanita jalang, kamu ingin mati, hah?”“Sring!”Dia mencabut pedang penjang yang diselipkan di pinggangnya, lalu menghampiri gadis tadi yang sedang berusaha menarik tubuh ibunya yang sedang pingsan di dekat kobaran api.“Sepertinya ka
“Siapa kalian sebenarnya? Mengapa menyamar sebagai kelompok topeng tengkorak?”Lin Lin berteriak sambil melompat ke segala arah untuk menghindari serangan lawan-lawannya. Akan tetapi sepuluh orang anggota topeng tengkorak palsu tidak menjawab pertanyaannya, bahkan sebaliknya terus menyerang Lin Lin dengan gerakan yang semakin ganas dan liar.“Cepat ringkus wanitia ini, dia sangat berbahaya!”Jika Lin Lin mau, tentu sudah sejak tadi dia melayangkan jurus Cakar Beracun yang melambungkan namanya. Akan tetapi di daerah ini identitasnya sebagai Dewi Maut tidak ingin diketahui oleh siapapun juga, terutama kedua orang tuanya yang sedang sakit.Lin Lin hanya menggunakan jurus silat yang ia pelajari dari Pendeta To di Kuil Rajawali, dan untuk menghindari serangan lawan-lawannya yang cukup tangguh ia memakai langkah ajaib dari ilmu Tarian Bidadari.“Siapa mereka sebenarnya?” guman Lin Lin dalam hati sambil berkelit, dalam satu kesempatan tangannya berhasil mendorong tiga lawannya sekaligus. Ten
“Kurang ajar!”Lin Lin berteriak, suaranya memecah keheningan malam di sekitar tempat itu. Tidak lama kemudian ia melompat sambil menerjang tembok kuil yang menjadi saksi bisu perbuatan bejat seorang laki-laki misterius yang telah merenggut kesuciannya.“Siapapun kamu harus mati di tanganku!”Amarah dan dendam kesumat kembali membakar perasaannya. Awalnya ia menyangka bahwa laki-laki bejat yang telah menodainya adalah Long Wan. Akan tetapi perlahan-lahan ia mulai ragu, apalagi setelah kejadian di puncak gunung Kun Lun.Waktu itu Long Wan mengatakan bahwa laki-laki bejat yang telah menodainya adalah Zhi Rhui, yaitu murid pertama Pendeta To yang berkhianat dan bersembunyi di balik topeng tengkorak. Yang paling mengherankan sekaligus membuatnya penasaran setengah mati, waktu itu Zhi Rhui sedikitpun tidak membantah tuduhan Long Wan, malahan sebaliknya, tampaknya laki-laki itu malah menantang Long Wan dengan tangan terbuka.Perasaan Lin Lin tidak menentu, aduka, sedih, marah dan kecewa ber
“Yang harus kalian perhatikan, jadilah pendekar yang senantiasa menjunjung tinggi kebenaran, memberantas keangkara murkaan dan senantiasa menolong kaum lemah yang membutuhkan pertolongan!” kata Pendeta To. “Baik, suhu!” semua murid Kuil Rajawali menganggukan kepala.Seperti biasa, saat memberikan wejangan Pendeta To duduk dengan gagah di atas batu besar yang diletakan di tengah-tengah kuil, sedangkan ke sepuluh muridnya duduk di atas lantai dan sigap mencatat apa yang disampaikan oleh guru mereka.Pendeta To mengamati murid-muridnya dengan perasaan sayang, kemudian matanya tertuju kepada dua murid utama yang sudah lama belajar di kuil tersebut. “Long Wan, dan kamu Kwe Lin” ucap Pendeta To. Dua murid yang disebutkan namanya tadi menganggukan kepala.Long Wan adalah murid pertama di kuil ini. Usianya sekitar delapan belas tahun, wajahnya tidak terlalu tampan akan tetapi bersih, hidungnya mancung, rahangnya kokoh, dan yang paling menawan ia memiliki sorot mata yang sangat tajam laksana t
“Maaf tuan-tuan, apa buktinya bahwa saya bersekongkol dengan pemberontak?” tanya Pendeta To “Tidak usah berpura-pura, selama ini kamu menyembunyikan peta harta karun kerajaan Hua. Kami tahu, sisa-sisa pasukan Kerajaan Hua sedang menyusun kekuatan untuk menggulingkan kekaisaran Kerajaan Beng!” bentak Mo Ong, matanya yang bundar menatap tajam ke arah Pendeta To.“Tapi apa hubungannya dengan pinto?” Pendeta To tetap terlihat tenang, padahal batin orang tua bijaksana itu sedang tidak karuan. Ia mengkhawatirkan keselamatan murid-muridnya. Jika ia dituduh pemberontak, maka semua muridnya terancam bahaya.“Kalau kamu memang tidak bersekongkol dengan pemberontak, cepat serahkan peta harta karun itu!” kata Mo Ong lagi. “Rupanya gara-gara fitnah dan kabar burung, kini para pendekar bersedia bergabung dengan para datuk hitam!” ucapan Pendeta To terdnegar lembut namun menusuk perasaan orang-orang di sekitar tempat itu.Para pendekar identik dengan pahlawan yang senantiasa membela kebenaran, sebali