“Jangan ambil anakku, lepaskan!”“Minggir kamu wanita tua!”Laki-laki yang memakai topeng tengkorak itu menyentakan tubuh wanita tua tadi sampai terjengkang dan menabrak pagar kayu yang sedang terbakar.“Ibu!”Si gadis berteriak, dia meronta hendak berlari ke arah ibunya yang terkulai tidak berdaya di dekat pagar. Kalau terus dibiarkan tentu ibunya akan celaka terkena kobaran api. Akan tetapi pegangan penjahat bertopeng tengkorak itu sangat kuat, walaupun ia sudah berusaha melepaskan sekuat tenaga namun tidak berhasil.“Dasar iblis, jahanam, lepaskan!”“Krep!”Tanpa berpikir panjang, si gadis mengigit pergelangan tangan si topeng tengkorak sampai berdarah. Sontak saja penjahat itu melepaskan tangannya sambil mengusap luka akibat gigitan gadis cantik itu.“Wanita jalang, kamu ingin mati, hah?”“Sring!”Dia mencabut pedang penjang yang diselipkan di pinggangnya, lalu menghampiri gadis tadi yang sedang berusaha menarik tubuh ibunya yang sedang pingsan di dekat kobaran api.“Sepertinya ka
“Siapa kalian sebenarnya? Mengapa menyamar sebagai kelompok topeng tengkorak?”Lin Lin berteriak sambil melompat ke segala arah untuk menghindari serangan lawan-lawannya. Akan tetapi sepuluh orang anggota topeng tengkorak palsu tidak menjawab pertanyaannya, bahkan sebaliknya terus menyerang Lin Lin dengan gerakan yang semakin ganas dan liar.“Cepat ringkus wanitia ini, dia sangat berbahaya!”Jika Lin Lin mau, tentu sudah sejak tadi dia melayangkan jurus Cakar Beracun yang melambungkan namanya. Akan tetapi di daerah ini identitasnya sebagai Dewi Maut tidak ingin diketahui oleh siapapun juga, terutama kedua orang tuanya yang sedang sakit.Lin Lin hanya menggunakan jurus silat yang ia pelajari dari Pendeta To di Kuil Rajawali, dan untuk menghindari serangan lawan-lawannya yang cukup tangguh ia memakai langkah ajaib dari ilmu Tarian Bidadari.“Siapa mereka sebenarnya?” guman Lin Lin dalam hati sambil berkelit, dalam satu kesempatan tangannya berhasil mendorong tiga lawannya sekaligus. Ten
“Kurang ajar!”Lin Lin berteriak, suaranya memecah keheningan malam di sekitar tempat itu. Tidak lama kemudian ia melompat sambil menerjang tembok kuil yang menjadi saksi bisu perbuatan bejat seorang laki-laki misterius yang telah merenggut kesuciannya.“Siapapun kamu harus mati di tanganku!”Amarah dan dendam kesumat kembali membakar perasaannya. Awalnya ia menyangka bahwa laki-laki bejat yang telah menodainya adalah Long Wan. Akan tetapi perlahan-lahan ia mulai ragu, apalagi setelah kejadian di puncak gunung Kun Lun.Waktu itu Long Wan mengatakan bahwa laki-laki bejat yang telah menodainya adalah Zhi Rhui, yaitu murid pertama Pendeta To yang berkhianat dan bersembunyi di balik topeng tengkorak. Yang paling mengherankan sekaligus membuatnya penasaran setengah mati, waktu itu Zhi Rhui sedikitpun tidak membantah tuduhan Long Wan, malahan sebaliknya, tampaknya laki-laki itu malah menantang Long Wan dengan tangan terbuka.Perasaan Lin Lin tidak menentu, aduka, sedih, marah dan kecewa ber
“Kalau begitu, Yin Long adalah paman guru dari Pendekar Gurun Gobi!”Laki-laki misterius yang disebut ketua oleh komplotan Topeng Tengkorak Palsu terlihat termenung, tangannya mengusap-usap dagunya yang runcing dan sudah banyak ditumbuhi janggut. Usianya memang sudah mendekati lima puluh tahun, namun perawakannya masih tegap, dan wajahnya sangat tampan berkarisma. Sekilas pandang, orang-orang akan menyangka usianya baru tiga puluh tahunan saja.Akan tetapi di balik wajahnya yang terlihat tenang, tersimpan sorot mata yang sangat tajam dan cenderung mengerikan. Di wilayah Barat dia sangat ditakuti oleh semua kalangan, bahkan pernah mengamuk di dalam istana dan menghajar putra mahkota gara-gara kekasihnya direbut oleh putra mahkota.Tidak ada satupun jagoan di sana yang mampu menghentikan amukannya, dia sangat sakti sebab murid terkasih penghuni pulau hantu. Laki-laki tersebut bernama Tong Hua, yang beberapa tahun lalu dijuluki si Jago Tanpa Tanding karena mmenangkan pertandingan secara
“Mari kita melanjutkan perjalanan!” ajak Long Wan.Li Mei menganggukan kepalanya, sebelum berdiri kembali ia memakai kain hijau tipis untuk menutupi kedua pipinya yang tampak buruk dan mengerikan. Tidak lama kemudian, keduanya berjalan beriringan menuju bukit bebatuan di sebelah selatan. Seingat Long Wan, di sanalah tempat tinggal Tabib Lo yang dahulu membantunya menyempurnakan semua jurus silat yang pernah ia pelajari dari Pendeta To. Sebelum berpisah, Tabib Lo pernah menyebutkan tempat tinggalnya bilamana suatu hari nanti Long Wan membutuhkan pertolongannya.Perjalanan keduanya tidak banyak menemukan kesulitan, sebab daerah ini subur dan dijadikan lahan pertanian oleh para penduduk, jadi tidak ada hutan rimbun yang harus dilewati sebab jalanan terbentang luas menuju pemukiman penduduk, dan rumah Tabib Lo berada di ujung dusun yang sangat terpencil.“Tempat ini sangat tenang, walaupun jauh dari pusat kota raja akan tetapi penduduk di sini hidup berkecukupan, sebab mereka mengandalkan
“Enci, bagaimana kabar kakak A Hay?”Long Wan mendapatkan firasat buruk, jika kakak angkatnya dari jauh sengaja mencari Tabib Lo berarti ada sesuatu yang tidak baik menimpa keluarganya. Akan tetapi Ling Ling, wanita cantik berusia empat puluh tahunan itu bukan menjawab melainkan segera mendekati Long Wan lalu menjewer telinga pemuda itu sampai kemerahan.“Adik macam apa kamu bertahun-tahun pergi tanpa ada kabar berita!” ucap Ling Ling, sikapnya seperti seorang ibu yang sedang memarahi anaknya yang nakal.Li Mei yang berdiri di samping Long Wan mengerutkan keningnya, ia merasa heran sebab selama ini kekasihnya itu tidak pernah menceritakan perihal kakak angkat. Dia juga merasa penasaran, bagaimana wanita cantik itu bisa mengangkat Long Wan sebagai adiknya.“Aduh kakak masih galak seperti dulu!” rengek Long Wan, di hadapan Ling Ling dia bukanlah seorang pendekar sakti yang ditakuti semua golongan, melainkan seorang adik yang sangat manja.“Awas, kalau tidak bisa memberikan alasan yang j
Sambil menunggu seluruh pasien diperiksa oleh Tabib Lo, Long Wan banyak menceritakan kisah hidupnya yang memilukan kepada Ling Ling, termasuk perjalanannya menemukan peta rahasia peninggalan Kerajaan Hua di dataran Gurun Gobi.Tentu saja Ling Ling terkejut saat mendengar bahwa adik angkatnya itu ternyata keturunan terakhir kerajaan Hu, hampir saja dia berlutut untuk memberikan penghormatan namun Long Wan mencegahnya.“Enci apa-apaan ? mana ada seorang kakak berlutut di hadapan adiknya!”“Tapi, kamu seorang ..”“Sttt, jangan diteruskan Enci, saya adalah Long Wan adikmu!. Semua cerita masa laluku ibarat angin senja yang berlalu begitu saja, semuanya sudah usai saat malam datang”“Oh ya, jangan pernah menceritakan hal ini kepada siapapun juga, termasuk kepada kakak A Hay dan putramu. Semua ini demi keselamatan kalian, sebab sampai sekarang musuh-musuhku terus memburuku demi rahasia pusaka Gurun Gobi!”Ling Ling menghela napas panjang, dahulu ketika ia mengangkat Long Wan sebagai adiknya,
“Paman, saya yakin anda bisa mengobati racun yang menggerogoti tubuh Li Mei!”Long Wan terus merengek seperti anak kecil, jika Tabib Lo tidak bisa mengobati kekasihnya maka pupus sudah semua harapannya. Dia mungkin akan mengamuk dan menuntut balas kepada Lin Lin, gara-gara sumoinya yang kalap dan dibutakan oleh dendam maka keadaan Li Mei jadi seperti ini.Melihat sorot mata Long Wan yang mencorong tajam seperti seekor naga, Tabib Lo hanya menghela napas panjang. Dia tahu apa yang ada dalam benak pemuda itu, mungkin ini sudah menjadi kehendak Tuhan semua murid Pendeta To harus saling bunuh!.“Paman!”“Baiklah aku akan berusaha sebaik mungkin, akan tetapi hasilnya hanya Tuhan yang menentukannya. Namun sebelum itu, aku ingin menceritakan sesuatu terhadapmu” Tabib Lo menatap tajam ke arah Long Wan.Mendengar ucapan Tabib Lo, Ling Ling mengajak Li Mei untuk menunggu di luar, sebagai wanita terpelajar ia tahu bahwa Tabib Lo hanya ingin berbicara empat mata dengan Long Wan.Setelah keduanya
“Lepaskan!”Lelaki itu terus mengerahkan tenaganya, akan tetapi semakin ia bergerak, cengkraman tangan Long Wan semakin keras dan mengakibatkan pergelangan tangannya terasa sakit seperti dijepit besi baja panas.“Hei, apa yang kamu lakukan terhadap anak buahku, hah?”Si tengkulak menghampir Long Wan, namun ia mengurungkan niatnya saat melihat kedua mata pemuda itu mencorong tajam seperti seekor harimau.“Anak muda, tolong jangan membuat masalah, nanti urusannya semakin berabe”Nelayan tadi menepuk bahu Long Wan, ia tidak ingin pemuda yang telah menolongnya itu membuat keributan di pasar. Akan tetapi terlambat, sebab anak buah si tengkulak mengetahui keributan itu dan langsung berdatangan lalu mengerubuti Long Wan sambil mengacungkan golok besar yang biasa dipakai untuk memotong ikan.“Tangkap si pembuat onar ini!”“Sring!”Golok di tangan anak buah tengkulak terlihat berkilauan tersorot sinar matahari. Melihat itu, sontak saja semua orang yang sedang berjualan lari berhamburan meningg
“Ada apa dengan pulau-pulau di sana, paman?”“Di sana ada sesuatu yang sangat mengerikan”“Ada binatang buas?” Pancing Long Wan.“Bukan, seumur hidup menjadi nelayan sudah banyak menemukan binatang laut yang sangat ganas. Namun lagi-lagi tidak sebanding dengan sesuatu yang tersembunyi di pulau itu?”“Ada hantu?”“Kamu tahu?”Nelayan tadi melirik ke arah Long Wan, ia baru menyadari bahwa pemuda itu tidak kesulitan membawa bakul berisi ikan yang baru ia tangkap. Padahal barang tersebut sangat berat, dia saja yang sudah terbiasa bekerja keras sangat kesulitan namun pemuda di sampingnya walaupun badannya tidak kekar tapi sanggup memikulnya, bahkan tidak berkeringat sama sekali.Akhirnya si nelayan tadi sadar, bahwa Long Wan bukanlah pemuda sembarangan. Tentunya ia orang sakti yang sedang menyelidiki tempat ini. Ia teringat berbagai pengalamannya yang sering bertemu dengan orang-orang aneh dan sakti.Banyak jagoan ataupun pendekar yang sangat lihai, namun fisiknya terlihat biasa-biasa saja
“Paman, bolehkah saya menyewa perahu ini?”Nelayan yang sejak tadi sibuk mengeluarkan ikan dari jala sejenak menghentikan pekerjaannya, lalu menoleh ke arah Long Wan.“Tuan muda hendak ke mana?”“Saya ingin berpelesir ke sekitar lautan, kata orang-orang laut di sini sangat indah”“Berpelesir?”“Betul sekali, paman”“Lautan di sini ombaknya sangat ganas, saja tidak berani berlayar terlalu jauh, lagian di sini tidak ada pantai yang bisa dikunjungi, kecuali,”“Kecuali apa, paman?”“Sudahlah, saya tidak bisa menyewakan perahu ini”Nelayan tadi melanjutkan pekerjaannya, namun Long Wan dapat menangkap raut muka nelayan itu yang terlihat sedikit pucat, tampaknya ia sangat ketakutan.“Apakah di sekitar pantai ini ada pantai?”“Aku tidak tahu, lebih baik kamu pulang saja sebab semua orang di tempat ini tidak akan ada yang mau menyewakan perahunya kepadamu”“Kenapa begitu?” Long Wan sangat kecewa mendengar perkataan nelayan tadi.“Pulang saja, saya sedang sibuk!”“Saya sanggup membayar berapapu
“Walaupun si tua bangka itu susah diajak kerja sama, namun kesetiannya terhadap kebenaran tidak diragukan lagi!”“Sebentar, menurut rumor yang beredar, Dewa Obat tidak pernah mau turun tangan dan ikut campur dalam berbagai pertempuran. Bahkan dia tidak pernah pandang bulu menolong siapapun juga, baik dari kalangan pendekar atau datuk hitam, jika membutuhkan pertolongan ia pasti akan mengobatinya!”“Itu memang benar, jika Dewa Obat diajak bertempur menyerang kerajaan tentu saja dia tidak akan mau. Lagian akan berabe nantinya jika Dewa Obat justru menolong para penjahat yang sedang kita bantai!”“Lalu?”Semua orang memandang ke arah Shan Zeng, mereka sangat penasaran ingin mendengar kelanjutan ide salah satu pendekar dari Kuil Kun Lun itu.“Kita mengundangnya ke tempat ini bukan untuk menjadikannya sebagai senjata tempur, melainkan berjaga-jaga jika di antara kita terkena luka dalam. Kalian harus ingat, orang-orang yang akan kita hadapi sangat sakti!”“Hal penting lainnya, dengan mengun
“Jadi untuk sementara waktu Long Wan tidak akan kembali ke sini?”“Betul sekali pangeran, sebab beliau masih ada urusan di wilayah Barat!”“Urusan apa, itu?”Pangeran Yang Han merasa kecewa sebab adik angkatnya yang berjuluk Pendekar Gurun Gobi tidak mau segera turun tangan membantunya, padahal saat ini dia sedang keteteran menghadapi para penjahat yang sudah bersekutu dengan pejabat istana.Yang paling menyedihkan sekaligus menguras emosinya, saat ini kaisar sedang sakit parah dan ia dilarang untuk menemuinya. Kaisar yang sedang skearat itu telah dihasut oleh istri mudanya dan menganggap ia memimpin pemberontak dan beruapaya merebut tahta kaisar.Untuk beberapa saat lamanya Su Liang menghela napas panjang, ia memutar otaknya untuk memilih kata-kata yang pas untuk diucapkan. Ia tahu saat ini pangeran merasa kecewa kepada Long Wan, jika ia salah ucap tentu akan berakibat fatal.“Saat ini Long Wan sedang mencari penawar untuk mengobati tunangannya akibat terkena Racun Dewi Maut!”“Dewi
“Hang, saya harap anda bersabar dan membiarkan nyonya Tin Hua menjelaskannya terlebih dahulu!”“Lengan Delapan, kamu tidak perlu membelanya. Eh saya lupa, bukannya kalian telah menjalin hubungan terlarang ya!” Hang mencibir ke arah si Lengan Delapan.“Jaga ucapanmu!”“Singa Gila, mulutmu sungguh busuk!”“Yang busuk itu sikap dan tingkah laku kalian berdua, gara-gara kalian berselingkuh, Kang Kui membelot dari kelompok Teratai Putih dan bergabung dengan para Penghuni Pulau Neraka!”“Kurang ajar!”Tin Hua dan si Lengan Delapan berdiri, keduanya tidak terima dipermalukan di hadapan smeua orang.“Singa Gila, saat ini juga mari kita mengadu nyawa!”“Ha ha, kalian pikir aku takut?” tantang Hang.Semua orang terlihat tegang, mereka tahu bahwa Hang, si Lengan Delapan dan Tin Hua bukanlah orang sembarangan. Ke tiganya merupakan jago silat istana yang tersohor akan kehebatannya.“Brak!”Panglima Tung Hai menggebrak meja.“Kalian sudah tidak menghargaiku lagi, hah?”“Maafkan saya panglima, akan
“Aku tahu, di antara kalian tentunya ada permasalahan pribadi yang harus diselesaikan. Akan tetapi hal ini lumrah terjadi di antara sesama pendekar silat!” ucap Panglima Tung Hai.Semua orang yang hadir di ruangan tersebut saling lirik, mereka juga tahu di antara jagoan istana sering terjadi percekcokan, bahkan berakhir dengan pertarungan hidup dan mati seperti yang terjadi Dengan si Lengan Delapan dan suaminya Tin Hua beberapa tahun silam.“Kaisara memerintahkan agar kita mengesampingkan urusan pribadi, sebab ada hal penting yang harus diselesaikan, yaitu menumpas gerakan pemberontak dari wilayah Utara. Karena itulah Yang Mulia mengutus pendekar Hang untuk menyelesaikan benteng di perbatasan ini!”“Maaf panglima, bukannya urusan pemberontakan sudah berakhir tiga tahun silam saat markas Panji Merah dihancurkan oleh si Singa Gila?” Tanya salah seorang yang hadir, dia bernama Kao Shi salah seorang jagoan istana yang ditugaskan menjaga perbatasan Timur.“Itu memang benar, akan tetapi ham
“Ini rahasia, hanya orang-orang tertentu saja yang berhak mengetahuinya!”“Kalau panglima merasa saya tidak berhak mengetahuinya, lalu untuk apa dibicarakan di sini?”“Bukan begitu, kamu termasuk orang-orang pilihan karena sudah terbukti setia terhadap kaisar semenjak beliau naik tahta sampai sekarang!”“Lalu?”“Besok lusa kita akan mengadakan pertemuan tertutup untuk membicarakan masalah ini, dan saya harap anda sudi menjadi tuan rumah di acara pertemuan nanti!”“Siapa saja orang-orang yang sudah anda undang?”“Semua jagoan istana, panglima pilihan dan beberapa pendekar, termasuk si Lengan Delapan!”“Kelompok Teratai Putih?”“Tentu saja, karena kelompok Teratai Putih merupakan benteng utama pertahanan kekaisaran Barat. Kesetiaan mereka sudah terbukti, apalagi kelompok tersebut dibentuk oleh mendiang ayahanda kaisar!”Mendengar ucapan Panglima Tung Hai, Hang memalingkan mukanya, dari sorot matanya terpancar rasa tidak suka terhadap Kelompok Teratai Putih yang ia anggap sudah usang tid
“Cepat!”“Tuan, tolong izinkan kami istirahat dulu”“Tidak bisa, siapa yang terus merengek dan minta istirahat harus dihukum!”“Tapi, tuan!”“Plak, plak!”Sebuah cemeti mendarat di laki-laki tua itu, akibatnya dia berteriak kesakitan dan tubuh ringkihnya tersungkur di atas tanah. Ia menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan, melihat hal itu orang yang menyiksanya semakin bersemangat mencabukinya.“Tua, ampun!”“Lihat laki-laki tua bangka ini!”“Siapapun yang meminta istirahat akan menanggung hukuman!”Semua orang yang menyaksikan kejadian mengerikan tadi hanya dapat mengelus dada kemudian melanjutkan pekerjaan mereka menumbuk bongkahan batu di bukit yang gersang itu. cahaya matahari yang panas membuat mereka semakin tersiksa, apalagi saat keringat membasahi luka akibat cambukan.Laki-laki yang disiksa tadi akhirnya berkelojotan karena tidak tahan terhadap penderitaan yang dialaminya. Sejak pagi tadi, dia hanya diberi makan sebiji ubi rebus dan seteguk air, tidak sebanding dengan peke