Di atas langit sana bulan sepasi sudah terlihat jelas, walaupun bentuknya belum sempurna tapi cukup memberikan pencahayaan ke sekitar sungai Yangtze. Long Wan dan pemilik rakit terus mendayung sekuat tenaga, mereka ingin segera sampai ke perkotaan. Sebab akhir-akhir ini area sungai Yangtze diteror oleh komplotan bandit yang selalu melakukan kekerasan saat melancarkan aksinya.“Bagaimana upaya pemerintah untuk menangani para bandit tersebut, paman?” tanya Long Wan sambil mendayung, ia sengaja menggunakan tenaga luar agak pemilik rakit ini tidak terkejut.“Wilayah sungai Yangtze merupakan perbatasan antara tiga kerajaan besar, sepertinya perhatian mereka terhadap wilayah ini sangat kurang. Apalagi akhir-akhir ini ke daerah Timur ini banyak berdatangan para jagoan, entah apa maksud mereka yang sebenarnya. Mudah-mudahan saja tidak melakukan keonaran, atau pemberontakan. Saya sudah benar-benar muak dengan peperangan, sebab yang menjadi korban hanyalah kita-kita ini selaku rakyat jelata, ka
“Duk!”Long Wan menangkis pergelangan tangan lawan. Perampok yang menyerangnya tadi mengaduh kesakitan, dan golok di tangannya lepas dan jatuh ke atas tanah. Melihat hal itu, kawan-kawannya yang lain segera mencabut senjata masing-masing dan langsung mengepung Long Wan.“Hiat!”Mereka berteriak dan menyerang Long Wan dari segala arah, bahkan tukang rakit tadi tidak luput dari sergapan mereka. “Bahaya!” Long Wan segera bersalto dan memutar tubuhnya di udara, namun tidak disangka sebuah jaring dilemparkan ke arah tubuhnya, namun beruntung ia bisa meloloskan diri, telat sedetik saja maka dia akan celaka.Rupanya para perampok tadi sudah sangat berpengalaman menghadapi lawan yang sangat tangguh, kini Long Wan lebih berhati-hati tidak menganggap enteng musuhnya. Dengan menggunakan jurus Tarian Bidadari, tubuhnya berkelebat ke segala arah kemudian melompat ke arah pemilik rakit yang hampir celaka diserang beberapa orang bandit.“Desh!”Long Wan berhasil merobohkan tiga orang yang tadi akan
Di tengah hutan angker terdapat sebuah rumah yang sangat besar terbuat dari kayu pilihan. Rumah tersebut dikelilingin pos-pos kecil yang dihuni oleh para penjaga. “Sebenarnya anda ini siapa, nona?”“Ah jangan panggil nona, namaku Fang Hua!” jawab gadis itu sambil menengok ke arah Long Wan.“Fang Hua, artinya bunga yang harum!” celoteh Long Wan, tanpa sadar ia membuat pipi Fang Hua bersemu merah, buru-buru gadis itu memalingkan wajahnya lalu melanjutkan langkahnya menuju rumah besar tadi.Dua penjaga yang berada di depan pintu langsung membukakan jalan untuk Fang Hua dan Long Wan, sebelumnya mereka membungkukan badan untuk memberikan penghormatan.“Silahkan tuan ”Long Wan menganggukan kepalanya dan segera masuk ke dalam rumah besar tadi. “Oh ya tidak adil rasanya karena nona sudah memperkanalkan diri, saya bernama Long Wan”“Long Wan artinya raja dari semua naga, sungguh gagah sekali nama anda, tuan” Fang Hua membalas celotehan Long Wan tadi.“Rasanya orang tuaku berlebihan memberika
“Apa benar orang yang dijuluki sebagai Pendekar Gurun Gobi sangat lihai? Atau semua itu hanya omong kosong belaka?”Tampaknya Fang Gong mulai mabuk, omongannya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Begitupun para anggota walet merah yang lainnya, mereka mulai tertawa-tawa tidak karuan, bahkan di antara mereka ada yag berani mengganggu pelayan wanita.Melihat itu Fang Tung terlihat gembira, dia bertepuk tangan beberapa kali dan munculah para dayang yang berwajah cantik, mereka langsung menari.“Fang Hua, tiup serulingmu biar tarian mereka lebih indah!” titah Fang Gong, namun adiknya mendengus lalu pergi meninggalkan ruangan makan.“Pendekar Gurun Gobi, mari kita menjajal ilmu barang satu atau dua jurus!” tantang salah seorang anggota walet merah, dia memiliki tubuh yang tegap, baju bagian atasnya terbuka sehingga dadanya yang bidang dan penuh bulu terlihat jelas.“Tidak ada pertarungan malam ini, sebab Long Wan perlu istirahat!” Fang Tung berdiri melerai anak buahnya yang hendak menantan
“Sebelum saya bercerita, katakan dulu mengapa kamu bisa tahu bahwa saya adalah putra mahkota kerajaan Beng?”Yang Han sangat penasaran, karena selama ia mengembara, hanya segelintir orang saja yang tahu akan identitas dirinya. Dan kini tiba-tiba Long Wan bisa mengetahui bahwa ia adalah seorang putra mahkota, Yang Han sangat was-was kalau Long Wan adalah mata-mata gurunya, yaitu Yao Guai atau yang dikenal dengan julukan si Tongkat Setan.“Saya pernah mendengar bahwa putra mahkota kerajaan Beng tidak betah tinggal di dalam istana. Dia sering mengembara dan mempelajari berbagai tekhnik silat ke berbagai aliran di wilayah selatan. Hal itu membuat kaisar merasa khawatir, atas saran kasim istana beliau mendatangkan seorang jago silat bernama Yao Guai, yang dijuluki si Tongkat Setan!”“Long Wan, siapa kamu sebenarnya mengapa bisa mengetahui cerita tersebut padahal hanya segelintir orang saja yang mengetahuinya?”“Sudah kukatan, bahwa aku bukan siapa-siapa, hanyalah murid Kuil rajawali!” Long
“Tapi, tanpa adanya obat penawar maka kalian tidak akan bisa bertarung!” keluh Fang Hua.“Kamu jangan khawatir, kami berdua bisa mencari jalan keluarnya!” Yang Han berusaha menenangkan Fang Hua.“Pokoknya salah satu dari kalian harus memenangkan pertarungan nanti malam, kalau tidak, lebih baik aku mati daripada harus menikah dengan gerombolan mereka!” ancam Fang Hua sambil membalikan badannya lalu pergi meninggalkan ruang penjara.“Sebaiknya makan dulu, agar tenaga kita segera pulih!” ajak Yang Han. Namun Long Wan terus termenung sambil meraba-raba pergelangan tangannya yang terasa lemas tidak bertenaga. Efek dari racun pelemas tulang memang tidak langsung mecelakakan tubuh, tapi menyumbat aliran tenaga dalam dan membuat korbannya tidak bisa bertarung.Yang Han mengerti apa yang sedang dikhawwatirkan oleh kawan barunya itu, dia lalu mengeluarkan bungkusan kecil.“Tenanglah, aku memiliki penawar racun pelemas tulang!” bisik Yang Han.“Eh, mengapa penawarnya ada padamu, Yang Han?” Long
Malam yang dinantikan akhirnya tiba, Long Wan dan Yang Han digiring menuju halaman. Rupanya tempat ini sudah ‘disulap’ menjadi area pertarungan. Di tengah-tengah halaman, terlihat sebuah panggung kayu berukuran sangat luas, cukup untuk dijadikan tempat perkelahian. Di setiap sudutnya, dipasang obor besar. Walaupun malam hari, suasana di tempat ini terang benderang, apalagi bulan sudah mendekati purnama. Fang Hua duduk di kursi teras rumah, ia memakai baju pengantin. Wajahnya yang cantik semakin mempesona manakala tersorot cahaya obor. Sejak tadi, ia menjadi pusat perhatian para peserta yang akan mengikuti saembara. “Ya Tuhan, cantik sekali nona Fang Hua. Benar-benar beruntung lelaki yang bisa menjadi suaminya!” Semua yang hadir berdecak kagum menyaksikan keindahan Fang Hua yang canti jelita. Akan tetapi, Fang Hua yang sejak tadi menjadi pusat perhatian wajahnya terlihat murung. Beberapa kali ia melirik ke arah Long Wan dan Yang Han dengan tatapan penuh rasa khawatir. Di samping Fa
“Kurang ajar, kamu berani menghinaku!” si Muka Setan menyeringai, wajahnya naik pitam menahan amarah sebab tadi merasa diejek oleh Long Wan.“Sabar tuan, mana berani saya menghina anda!” Long Wan terlihat ketakutan, tentu saja tingkahnya membuat semua yang hadir kembali tertawa. Mereka merasa geli, karena sikap pemuda itu tidak menunjukan sebagai orang bisa ilmu silat bahkan cenderung bodoh.“Sudah, jangan bertingkah konyol. Membuat malu saja!” hardik Yang Han.“Santai saja pangeran, yang terpenting aku berusaha mendapatkan Fang Hua!”Mendengar ucapan Long Wan, Yang Han melotot.“Maksudnya, saya mendapatkan Fang Hua untuk anda!” Long Wan kembali tertawa.Melihat tingkah mereka berdua, si Muka Setan semakin marah karena merasa diremehkan.“Kalian berdua mau bertarung atau menjadi badut, hah?” bentaknya sambil menunjuk muka Long Wan yang sejak tadi bertingkah konyol.“Santai dulu tuan, saya perlu memperkenalkan diri terlebih dahulu agar semuanya tidak salah faham!”“Anak muda, jika kamu