Home / Pendekar / Pendekar Pedang Suci / Bab 63_ Pengemis Buntung 

Share

Bab 63_ Pengemis Buntung 

Author: Khoirul N.
last update Last Updated: 2022-07-15 08:57:58

Bandit perempuan menoleh pada rekannya yang bertanya. Tatapannya tajam seperti siap untuk menelan temannya hidup-hidup. Lalu dengan kesal dia memukul bahu pria itu kuat-kuat. Bugh!

"Argh! Tuan Putri, kenapa anda memukulku?"

"Semua ini gara-gara kalian. Sudah berapa kali aku mengatakan, jangan pernah memanggilku Tuan Putri saat kita sedang bekerja atau ketika ada orang lain. Mengapa kalian mengabaikan perintahku!"

"Ma-maafkan kami, Tuan Putri. Tapi ... selama ini, kami memanggil Tuan Putri hanya jika tidak ada orang lain. Kalaupun saat bekerja kami mengatakannya, bisa dipastikan hanya kita saja yang mendengarnya. Jadi-"

Bandit perempuan mencebik memotong ucapan rekannya. "Aku tidak peduli, mulai detik ini cukup panggil aku dengan sebutan 'Nona' atau panggil namaku saja!"

"Tapi Tuan Putri, itu melanggar aturan istana," jawab seorang bandit lelaki didukung dengan anggukan seorang lainnya.

"Kenapa kalian tidak sadar juga?! Kita tidak berada di dalam istana!" bentak bandit perempuan membua
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 64_ Hutan Anjing

    Xiu Zhangjian berdiri menatap ke depan. Di hadapannya terhampar hutan yang luas dan lebat. Pohon-pohon rindang tinggi menjulang membuat sinar bulan kesulitan untuk menerobos masuk. Akibatnya, penglihatan menjadi semakin terbatas. 'Baguslah, langit benar-benar memberkatiku.' Mengingat peringatan dari bandit perempuan, Xiu Zhangjian memutuskan untuk pergi ke markas Aliansi Gongliao dengan melompat ke atas pohon, lantas melompat lagi dari satu dahan ke dahan lain. Dalam saat-saat demikian, wajah Feng Yin tergambar jelas di benaknya. 'Bersabarlah Tetua Feng, aku akan menyelamatkan anda,' tekad Xiu Zhangjian dalam hati perih. Tidak dipungkiri, sebenarnya terbesit ketakutan di hati pemuda itu. Dia takut terjadi sesuatu pada Feng Yin. Bukan tidak mungkin jika sang tetua disiksa atau bahkan dibunuh dengan cara dikubur hidup-hidup. Meski selama ini Feng Yin selalu percaya diri ketika mengatakan bahwa dia tidak akan mati karena Kaisar Huang menginginkannya tetap hidup, bisa saja suatu keada

    Last Updated : 2022-07-17
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 65_ Kedatangan yang Dinanti

    Li Min menelan ludah ketika penjaga masuk ke dalam selnya. "Tunggu!" teriaknya menghentikan sang penjaga yang telah mengangkat tangan terkepal, bersiap untuk memukul gundukan yang dikira Xiu Zhangjian."Kenapa? Kau tidak terima aku membantu membangunkan adikmu?""Bukan seperti itu, Tuan." Li Min mencebik dalam hati karena tidak memiliki cara lain untuk sesaat mengatasi masalah ini, kecuali dengan meletakkan harga dirinya. Oleh sebab itu sekarang dia bersimpuh di depan sang penjaga. "Aku mohon, jangan kotori tangan Tuan. Biarkan aku sendiri yang memberi pelajaran padanya. Aku sangat malu untuk ini. Aku berjanji, sesudah ini, dia akan bangun bahkan sebelum lonceng berbunyi."Sang penjaga tersenyum miring. Rupa-rupanya, omong kosong Li Min berhasil memicu munculnya kebanggaan dalam hatinya. Biar bagaimanapun, orang yang kini memegangi kakinya, memohon belas kasihan adalah seorang ketua sekte. Tunduknya sang ketua sama artinya dengan tunduknya seluruh anggota.'Tidak kusangka, wibawaku se

    Last Updated : 2022-07-19
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 66_ Bencana Cinta?

    Suasana di penjara Quzhou pagi ini terasa sangat berbeda tanpa adanya pidato pengantar dari Chen Long seperti biasanya. Tampaknya para tahanan sudah terlanjur terbiasa dibentak, diancam, dan dimaki oleh kepala penjaga itu, hingga ketiadaannya membuat orang-orang merasa ada yang kurang dari pagi mereka. Meskipun demikian, mereka tidak berani bergunjing di depan penjaga dan memilih untuk menelan tanda tanya yang bahkan lebih besar dari ukuran kepala mereka. Jadi, terbayang sudah 'penderitaan' para tahanan tanpa Chen Long. Namun, orang bodoh pun tahu, dalam 'penderitaan' itu ada syukur yang diam-diam mereka ucapkan atas berkat langit. "Bukankah penjara menjadi lebih damai, Kakak?" "Tidak penting." Xiu Zhangjian memanyunkan bibirnya dengan penuh kecewa karena Li Min sama sekali tidak berminat untuk bergosip. Padahal, dia sengaja ingin mengalihkan pembicaraan karena tidak mau memberikan kabar mengecewakan tentang sang tetua, yang sampai sekarang tidak dia ketahui kabar apa pun tentangn

    Last Updated : 2022-07-22
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 67_ Tetua Feng Kembali?

    "Kenapa? Kenapa dengan Tetua Feng?" "Apa anda tahu sesuatu tentang tetua kami?" "Xiangyu, katakan sesuatu, jangan diam saja. Kami sangat mencemaskannya." Baik Xiu Zhangjian maupun Li Min sama-sama menyergap Xiangyu yang baru menyebut nama sang tetua. Akibatnya sang penjaga terlihat kebingungan. Dua budak yang menyadari itu, kemudian berusaha untuk tidak mengatakan apa-apa lagi, memberi kesempatan pada Xiangyu untuk bicara. "Tetua Feng, aku melihatnya bersama asisten menteri peradilan di ruang kepala penjaga." "Apa? Apa kau yakin?" tanya Xiu Zhangjian hampir-hampir tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Dia tidak akan lupa tadi malam berusaha memasuki hutan anjing untuk menyelamatkan sang tetua yang MUNGKIN ada di dalam markas Aliansi Gongliao. Lalu, apa berita yang baru saja dia dengar dari Xiangyu? Tetua Feng kembali? "Aku bersumpah melihat Tetua Feng dengan mata kepalaku sendiri!" jawab Xiangyu mantap tanpa keraguan. Xiu Zhangjian dan Li Min saling menatap satu sama la

    Last Updated : 2022-07-24
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 68_ Kebohongan Feng Yin 

    Xiu Zhangjian dan Li Min yang membeku sesaat melihat keadaan Feng Yin yang berbeda, kini berlari bersama menghampiri sang tetua. Keduanya berhenti di depan Feng Yin dengan mata membendung air. Mereka memperhatikan sang tetua, melihatnya lekat-lekat dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Ada banyak bekas luka sayat yang mengering, juga sisa-sisa memar yang masih tampak hijau kebiru-biruan. Selain itu, tulang-tulang sang tetua juga tampak lebih menonjol, menunjukkan dia mengalami penurunan berat badan yang cukup signifikan. Hal tersebut membuat keriput di wajahnya menjadi lebih terlihat.Sungguh, melihat Feng Yin saat ini mencerminkan seorang lelaki tua yang menyedihkan dan sangat tidak terawat. Terlebih, jika mata mereka menengok ke bawah. Sejak kapan sang tetua memerlukan tongkat untuk berdiri?Hati Xiu Zhangjian dan Li Min seperti diambil paksa dari dalam tubuh untuk disayat dan ditumbuk hingga hancur menatap kenyataan di depan mata. "Tetua ..." lirih Li Min sebelum memeluk Feng Y

    Last Updated : 2022-07-26
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 69_ Tongkat Multifungsi 

    Suara desir angin terdengar bersiul di telinga. Beberapa detik berlalu tanpa sepatah kata pun. Baik Xiu Zhangjian maupun Li Min tidak ada yang berani berbicara. Keduanya hanya menggertakkan gigi supaya tidak ada isakan yang keluar. Detik ini di dalam benak Feng Yin terlintas bagaimana orang-orang itu memperlakukan dirinya. Dia memejamkan mata beberapa saat untuk menguatkan diri. Memang, Feng Yin sengaja tidak menceritakan sedikit pun siksaan yang dialami, juga tidak mengatakan alasan dirinya kehilangan kaki. 'Jangankan kaki, nyawaku pasti akan kuberikan demi tujuan kita,' batinnya sambil menelan ludah bersama kepahitan yang dia rahasiakan. Sementara itu mendengar jawaban Feng Yin, Xiu Zhangjian kembali memeluk lelaki itu. Sedangkan Li Min memalingkan wajah, menutupi air matanya yang tidak bisa berhenti keluar. Sebuah napas kabur dari mulut Feng Yin. Lantas dia tersenyum sangat lebar. "Sepertinya kalian semakin cengeng. Apa kalian sering bertengkar saat aku menghirup udara segar b

    Last Updated : 2022-07-26
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 70_ Perasaan Palu

    "Ada apa dengan adikmu?""Entahlah Tetua. Sepertinya, dia berusaha lari dari Nona Chen. Tadi gadis itu memberikan secarik kertas padanya, mengatakan akan datang malam ini selepas para budak kembali ke dalam sel. Dan dia, sangat ketakutan." Li Min berusaha untuk tidak tertawa, membuat wajahnya yang keras menjadi berbeda."Wah, sepertinya selama aku pergi, ada banyak hal yang terjadi. Apa hubungan mereka berkembang pesat?"Li Min menggeleng. "Tidak terlalu. Dia sangat teguh, Tetua. Kadang-kadang terlihat berbeda, tetapi dia seperti berusaha menjaga.""Baguslah." Feng Yin tersebut penuh arti.Dua lelaki itu pun memutuskan untuk masuk ke pintu utama penjara tanpa menunggu Xiu Zhangjian yang masih sibuk bernegoisasi dengan seorang penjaga. "Cepat masuk ke selmu! Lihatlah, kakak dan tetuamu sudah masuk. Jangan khawatir, kau masih bisa bekerja membuat senjata lagi besok.""Tidak, Tuan. Aku bisa mati jika berhenti membuat senjata. Lihatlah Tuan, palu ini bahkan menempel di tanganku, tidak bi

    Last Updated : 2022-07-27
  • Pendekar Pedang Suci   Bab 71_ Rela Menjadi Pecundang 

    Setelah memikirkan baik buruknya, tanpa membuang waktu lagi, dia berlari memasuki pintu utama penjara usai melihat sekitar. Dia merasa lebih aman setelah memasuki koridor penjara. Dalam langkah yang tergesa, sesekali pemuda itu memejamkan mata sekian detik. Entah apa yang ada di dalam benaknya, hingga jantungnya berdetak sangat kencang. Xiu Zhangjian mengangkat tangan kanannya. Dia menatap telapak tangannya yang lapang. 'Gila ...!' lirihnya tanpa suara dengan mata membesar melihat tangan kekar itu sampai bergetar dan basah oleh keringat dingin. Maka, dia pun mempercepat langkahnya.Beberapa saat kemudian Xiu Zhangjian telah masuk ke dalam sel tujuh penjara bawah tanah. Wajahnya yang pucat seperti kertas membuat Li Min dan Feng Yin saling menatap."Apa kau sudah bertemu Nona Chen?"Mendengar sang kakak menyebut nama perempuan itu, ada yang berdenyut dalam hati Xiu Zhangjian. Cepat-cepat dia berbaring meringkuk memberikan punggungnya pada Li Min."Jian'er! Berani sekali kau memunggungi

    Last Updated : 2022-07-27

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 231_ Pertaruhan Manis

    Begitu keluar dari ruang rahasia, Xiu Zhangjian disambut oleh Feng Xinyue yang terlihat menunggunya. Yuan Shi dan Wang Tian Lin segera pamit dan pergi dari tempat itu. Xiu Zhangjian mendekati Feng Xinyue dengan wajah dipenuhi senyuman. Entah mengapa, kakinya terasa berat menyebabkan dia tidak bisa bergerak dengan cepat. Sementara Feng Xinyue, wajahnya sudah merona saat melihat senyuman di wajah suaminya. Feng Xinyue tidak tahu apakah ini sungguh terjadi atau matanya yang salah, Xiu Zhangjian terlihat lebih tampan dari biasanya. Mengangkat wajah Feng Xinyue dengan ujung jarinya, Xiu Zhangjian mendekatkan wajahnya ke wajah wanita yang sekarang sudah menjadi istrinya. Cup! Keduanya hanya bisa memejamkan mata karena merasa hal ini terasa lain. Apakah setelah menikah semuanya menjadi lebih nikmat? Xiu Zhangjian membuka matanya dan melepas ciumannya. Tubuh Xiu Zhangjian membungkuk sementara kedua tangannya meraih kaki dan punggung wanitanya. !! Pasangan yang baru saja meresmikan pe

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 230_ Bulan Darah?

    Malam tahun baru dilewati dengan meriah. Setelah sesi makan pangsit dilalui, banyak orang yang menunggu malam pergantian tahun dengan bermain kembang api, bermain catur dan lainnya. Ketika tengah malam hampir tiba, satu rombongan pria berkuda memasuki wilayah Aliansi Naga Suci yang membuat beberapa anggota Aliansi yang berjaga menjadi waspada. Namun, begitu melihat plakat kekaisaran yang rombongan tersebut bawa, mereka langsung dipersilakan masuk. Dalam tradisi kekaisaran Quzhou, Kaisar akan mengirimkan kudapan kepada para pejabatnya yang tahun itu bekerja dengan giat dan menyelesaikan tugas penting. Dalam hal ini, makanan yang dikirimkan bukanlah hal yang paling utama, tetapi gengsi saat menerimanya yang begitu tinggi. Orang-orang yang menerima hadiah tahun baru dari kaisar adalah orang yang begitu berjasa dan bekerja keras sepanjang tahun. Tidak heran, pada pemerintahan sebelumnya, ada banyak pejabat yabg suka menjilat Huang Fu demi hadiah tahun baru ini.Xiu Zhangjian setelah m

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 229_ Lentera 

    Setelah berjalan beberapa saat, Xiu Zhangjian akhirnya mendapat sebuah penginapan. Seorang pelayan menyambut kedatangan mereka dengan ramah. "Selamat malam, Tuan dan Nyonya, ada yang bisa saya bantu?" "Aku memesan satu kamar biasa dan satu kamar terbaik." Pelayan tersebut mengangguk dan memberikan dua plakat kecil. "Penjaga akan mengantar kalian." Feng Xinyue mengangguk dan meraih dua plakat tersebut. "Terima kasih." Xiu Zhangjian tersenyum tipis ketika menyadari kekasihnya sedang merasa cemburu. "Xinyue, jangan berpikiran sempit." "Aku tidak berpikiran sempit, aku hanya mengantisipasi gadis itu patah hati." Xiu Zhangjian mengangguk dengan senyuman. "Baiklah ... tetapi kau harus ingat satu hal, jangankan pelayan, seorang kaisar saja tidak berhasil merebut hatiku." "Huh ... sombong." Seorang penjaga mengantar Xiu Zhangjian dan Feng Xinyue ke kamar terbaik sebelum mengantar kusir kereta ke kamar yang Feng Xinyue pesankan untuknya. "Satu minggu lagi perayaan tahun baru, kira-

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 228_ Kunci Teh Enak

    Jantung Kaisar Xiang berdebar kencang. Ini adalah belati Naga dan Phoenix yang pernah menjadi miliknya selama belasan tahun. Dia masih begitu ingat jika belati ini dia berikan kepada Xiu Zhangjian dan Li Min beberapa waktu lalu ketika mereka akan mengambil Pedang Naga Suci di istana Tian Shang. Yuan Shi yang melihat keterkejutan di wajah Kaisar Xiang langsung bisa menebak isi dari pikiran sang kaisar. "Yang Mulia ... Belati Naga dan Phoenix merupakan warisan keluarga kekaisaran. Jika Yang Mulia menginginkannya, saya dengan senang hati akan menyerahkannya pada Yang Mulia." Alih-alih mengangguk, Kaisar Xiang menggeleng dengan senyuman. "Beberapa waktu lalu aku sudah memberikan belati ini pada seseorang. Tetapi, sepertinya orang itu sudah menyukai barang yang lain." "Terima kasih karena kemurahan hati yang mulia." "Sudahlah ... di mana Nona Chen?" tanya Kaisar Xiang seraya mengedarkan pandangannya untuk mencari pengantin wanita yang belum terlihat batang hidungnya. "Chen Yufei menya

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 227_ Salju Hangat

    Butiran-butiran putih turun dari langit, begitu lembut, terasa dinging dan mencair seketika saat menyentuh tangan. Ini adalah hari di mana puncak musim dingin sedang berlangsung. Namun, dinginnya udara hari ini seolah tak terasa di kediaman keluarga Chen yang sedang bahagia.Kediaman mewah keluarga Chen dihiasi kain-kain berwarna merah, banyak orang berlalu-lalang dengan mantel bulu yang melingkar di leher mereka. Asap putih mengepul dari mulut setiap orang, menandakan jika udara benar-benar dingin.Sebuah kereta kuda berwarna coklat yang terlihat polos tetapi elegan berhenti di depan gerbang kediaman keluarga Chen. Tirai kereta dibuka, muncul seorang pemuda yang mengenakan jubah hitam, membawa sebuah kotak kayu dengan ukiran cantik yang mengelilinginya. Tangan lain pemuda itu menggenggam tangan seorang gadis cantik dengan begitu erat, seolah takut kehilangan gadis itu. "Xinyue, berhati-hatilah, jalanan sedikit licin.""Aku tidak perlu khawatir selama ada Kakak Jian di sampingku."S

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 226_ Menerima Pinangan 

    "Aku bersedia, Yang Mulia."Wajah Kaisar Xiang merah merona. "Kalau begitu, berhenti memanggilku Yang Mulia.""Lalu?" "Panggil aku Shuang'er."Wang Tian Lin mengangguk pelan. "Baiklah Shuang'er. Lalu kapan pernikahan kita akan digelar?""Mungkin setalah kondisi Quzhou menjadi jauh lebih baik dan rakyat bisa hidup dengan tenang. Apa kau mau menunggu?" tanya Kaisar Xiang.Wang Tian Lin mengangguk sekali, "Tentu saja. Selain itu, aku juga harus memperkuat fondasi paviliun langit dan menanam akar di banyak tempat demi menunjang kemudahanmu di masa depan."Di dalam ruang rahasia, Qu Lingfeng dan Yang Guo tidak tahan untuk tidak tertawa sehingga Wang Tian Lin bisa mendengarnya walau suara tersebut terdengar begitu pelan."Ada yang menguping pembicaraan kita."Dia adalah Wang Tian Lin, penguasa Paviliun langit yang begitu misterius. Sejak kecil, dia sudah menelan begitu banyak informasi dan memecahkan ratusan sandi rahasia milik beberapa kekaisaran, membuatnya menjadi jauh lebih oeka dari k

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 225_ Teh atau Arak

    Di bawah kepemimpinan Kaisar Xiang, Quzhou mulai berkembang dan para rakyatnya tidak menderita seperti dulu. Tentu saja hal ini bukan karenana Kaisar Xiang seorang, tetapi karena kerja keras para pejabatnya yang menginginkan Quzhou menjadi wilayah makmur seperti dulu.Dalam kerja keras ini, Wang Tian Lin juga mengambil peran cukup besar. Karena hal itu juga, Kaisar Xiang mau menggelontorkan sedikit hartanya untuk membantu meringankan beban para bangsawan dan pedagang yang membeli gandum-gandum serta beras rakyatnya dengan harga tinggi dan menjualnya dengan harga yang sangat rendah.Hari itu, Kaisar Xiang mengundang Wang Tian Lin untuk mengunjungi tempatnya. Wang Tian Lin walaupun dia sibuk, tetapi dia tidak ada niatan untuk menolak sedikit pun. Dengan diantar oleh kasim pembawa pesan, Wang Tian Lin bisa masuk dengan mudah ke kediaman pribadi kaisar.Udara yang sangat dingin karena sebentar lagi puncak musim dingin datang membuat Wang Tian Lin sesekali menarik jubahnya untuk melindung

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 224_ Menengok Boushan 

    Sebuah kereta kuda membelah jalanan hutan dari Sekte Harimau Putih menuju ke timur, tempat dulunya Sekte Naga Suci berdiri. Xiu Zhangjian berangkat bersama Feng Yin dan Feng Xinyue serta satu orang anggota Aliansi Naga Suci sebagai kusir. Tirai kereta dibuka, tampak hutan yang dipenuhi pohon-pohon besar yang tinggi menjulang seolah mereka ingin menembus sang cakrawala biru. Setelah setengah hari menaiki kereta, akhirnya mereka sampai di Boushan. Xiu Zhangjian turun dari kereta, pemuda itu berdiri memunggungi kereta dengan mata terpejam dan kedua tangan yang terbuka. Menghirup napas dalam, Xiu Zhangjian mengembuskannya perlahan. 'Setelah sekian lama ... akhirnya aku kembali.'Feng Xinyue membantu ayahnya menuruni kereta sementara Xiu Zhangjian berjalan mendekati gundukan tanah yang dikelilingi batu-batu berukuran sebesar kepala manusia yang sudah ditumbuhi rumput liar hingga setinggi pinggang manusia dewasa.Tangan Xiu Zhangjian tidak tahan untuk tidak mencabut rumput yang tumbuh d

  • Pendekar Pedang Suci   Bab 223_ Kuil Naga Suci 

    Satu per satu anggota Aliansi Naga Suci yang sudah pulih mulai kembali ke markas Sekte Harimau Putih. Di antara mereka, ada banyak yang kehilangan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau mata. Meskipun begitu, mereka tidak kehilangan semangat hidup dan harga diri mereka sebagai pendekar. Melihat Xiu Zhangjian sedang sibuk mengurusi pembangunan kuil, mereka tidak tinggal dan segera membantu sang ketua."Kalian sudah benar-benar sembuh?" tanya Xiu Zhangjian saat melihat beberapa orang mendatangi dengan membawa banyak peralatan."Jangan khawatirkan kami, Ketua. Walau kami tidak bisa bergerak secepat sebelumnya, tetapi semangat kami masih membara.""Benar, Ketua. Kami sudah sangat ingin menggerakan badan. Tolong jangan halangi kami."Xiu Zhangjian tersenyum tipis, "Baiklah jika seperti itu. Namun, jangan memaksakan diri. Jika kalian sudah tidak kuat, maka istirahatlah.""Baik, Ketua."Beberapa orang mulai mengambil posisi dan mengerjakan apa yang bise mereka kerjakan. Ada yang memecah b

DMCA.com Protection Status