Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Naga / Unsur Utama Pendekar

Share

Unsur Utama Pendekar

Penulis: Moore
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Matahari terbit cerah pag itu, cahayanya menerpa beberapa murid Padepokan Ajisaka yang sedang melatih kelenturan kaki di dekat aula padepokan.

Raden Kusuma mengawasi muridnya sejenak, lalu dia pergi ke gubuk.

Asoka diberitahu Raden Kusuma bahwa mata Fahma harus segera ditutup karena akan sangat berbahaya jika dibiarkan. “Sekte Tengkorak Merah tahu keberadaan Fahma. Aku yakin, anggota sekte menyusun rencana khusus. Mereka sangat menginginkan mata itu.”

“Apapun demi kebaikan Fahma,” balas Asoka.

“Upacara tersebut dilaksanakan minggu depan. Fahma harus disucikan lebih dulu dengan air rendaman bunga sembilan rupa. Dia tidak boleh makan daging sebagai syarat utama agar penyucian itu berjalan lancar.”

“Lalu aku bagaimana? Cahaya hijau Fahma pernah merobek sisi kanan bahuku. Apa aku juga harus menjalani upacara penyucian?” Asoka menunjukkan bekas luka yang dia dapat karena mata kiri Fahma.

“Diri

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Naga   Masa Lalu Barok

    Hari-hari Asoka dilalui di padepokan. Sedikit banyak dia berlatih cara menyembuhkan luka kepada Barok dan murid-murid padepokan lain.Ketika mereka berlatih, Raden Kusuma memberi arahan khusus kepada Fahma tentang kegunaan mata kirinya dan bagaimana cara mengendalikannya. Tak hanya itu, Raden Kusuma juga menjelaskan efek samping kalau kekuatan mata itu digunakan secara berlebihan.Sampai empat hari lamanya, kekuatan penyembuhan milik Asoka sudah meningkat pesat. Belum lagi, api penyembuh Gatra juga berpengaruh terhadap pesatnya perkembangan latihan Asoka.Api biru Asoka yang awalnya hanya dianggap sebagai api amplifi dua, sekarang naik tingkat. Asoka bisa mengendalikan api biru amplifi empat yang dalam hal ini bisa digunakan untuk menyembuhkan luka robek daging atau keracunan biasa.“Kau hebat sekali, Soka, bisa menguasai teknik dasar Teratai Putih hanya dalam waktu empat hari.” Barok memuji Asoka, dia masih belum percaya ada pemuda se-berbaka

  • Pendekar Pedang Naga   Ilmu Kebatinan

    Matahari berangsur-angsur turun dan langit mulai gelap. Sebentar lagi hutan Babel dikuasai bangsa siluman.Konon bilamana pendekar tidak keluar dari perbatasan hutan saat matahari terbenam, mereka akan menghadapi ratusan siluman yang berburu darah hewan-hewan buas.Tidak ingin membuat khawatir orang-orang padepokan, keduanya bergegas pergi dan kembali ke padepokan.Di sana, Raden Kusuma tahu kalau Barok membuka sedikit identitasnya. Entah bagaimana pria itu tahu, atau mungkin dia bisa mendengar apa yang tidak orang lain dengar.Sang Guru minta keduanya masuk ke dalam rumah.“Fahma bagaimana, Paman?” tanya Asoka, dia khawatir akan keadaan adiknya.“Dia sudah akrab dengan beberapa murid lain. Tidak ada yang perlu dirisaukan. Lagian, mereka sudah tahu tentang mata kiri Fahma.”Ketiganya sudah berada di dalam rumah Raden Kusuma di sisi kanan padepokan. Aura yang berbeda terpancar dari dalam sana. Gatra sedikit mera

  • Pendekar Pedang Naga   Asoka Menghilang

    Hari ini ritual penutupan mata aneh Fahma dilakukan.Puluhan jenis herbal dan dua mustika digunakan untuk membantu proses. Sifatnya hanya sementara mengingat tujuan utama Asoka adalah menemui seorang tabib sakti yang tinggal di puncak gunung.Mustika Kawah Welirang sudah dipegang Raden Kusuma, sementara Mustika Teratai Putih masih ada di tangan Asoka.Pemuda itu belum kunjung kembali setelah beberapa jam keluar menuju hutan. Raden Kusuma cemas. Tanpa mustika yang dipinjam Asoka, dia tidak bisa melakukan ritual penutupan mata.“Sodikin, kemari ... tolong panggil Barok dan Gino, aku ada keperluan dengan mereka,” pinta Raden Kusuma.Murid-murid padepokan yang kala itu sedang melatih gerakan telapak kawah, segera berkumpul di tengah aula. Raden Kusuma minta agar mereka menjaga Fahma karena Barok dan Gino mendapat perintah untuk mencari AsokaEmpat jam pencarian dilakukan.Barok menyusuri area luas yang dicurigai jadi tempat la

  • Pendekar Pedang Naga   Portal Gaib

    “Barok, ikut aku. Sementara yang lain, bentuk perisai energi untuk melindungi padepokan ini, terutama di sekitar aula. Fahma adalah prioritas kalian. Banyak yang ingin memanfaatkan kekuatan mata Fahma untuk hal buruk. Jangan ragu mengorbankan nyawa demi gadis itu!”“Baik, Guru!” Semua menjawab kompak.Raden Kusuma dan Barok menyusuri bagian Barat hutan. Beberapa siluman sudah mengintai, tapi aura putih yang memancar dari tubuh Raden Kusuma membuat mereka tidak berani mendekat.Dahulu, pertapa tua itu sempat melakukan eksperimen dengan cara memakan merpati yang menghasilkan aura pancasona.Ki Seno Aji dan Pangeran Kamandanu tidak mau ambil resiko, mereka coba melarang Raden Kusuma, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Raden Kusuma terlanjur menghabiskan daging merpati yang dia bakar sendirian di tengah hutan.Tiga hari setelah kejadian itu, tubuh Raden Kusuma mulai mengembang. Perutnya makin lama makin membesar. Mulai timbul b

  • Pendekar Pedang Naga   Bocah Semprul

    Raden Kusuma menyuruh Barok terus bertahan di balik perisai energi. Mereka berdua akan bertahan bagaimanapun kondisinya.“Benarkan kuda-kudamu, siluman kera itu setara dengan dua orang pendekar langit tingkat akhir. Lengah sedikit mereka bisa hancurkan perisai energi putih yang kau buat. Ingat, hutan ini tidak memiliki siluman lemah. Mereka semua kuat!”Mengalahkan mereka sebenarnya hal mudah bagi Raden Kusuma, tapi dia menjaga adab sebagai tamu di hutan Babel. Para siluman itu sudah tinggal lebih lama dari pada dirinya yang baru beberapa dekade.“Ingat, Barok, kita tidak boleh melukai mereka kecuali keadaan sudah terlampau darurat. Biarlah mereka melukai kita. Selagi masih bisa bertahan, jangan pernah menyerang mereka. Kita baru boleh menyerang hanya saat kita ada di ambang kematian.”“Baik, Guru!” Barok membalasnya dengan anggukan.Siluman kera maju lebih awal. Dia berlari dan meloncat kencang. Dua tangannya di

  • Pendekar Pedang Naga   Masa Lalu Kelam

    “Dengan mata kirinya, Fahma bisa mendeteksi lokasi mustika, pusaka, hingga kitab-kitab kuno peninggalan raja-raja Jawa, termasuk beberapa kitab terpendam yang berisi panduan kanuragan serta jurus hebat lain.”Asoka mengernyitkan dahi, ucapan Raden Kusuma ada benarnya.Dia akhirnya tahu kenapa mata Fahma harus segera ditutup dengan ritual, tapi belum yakin sepenuhnya.“Secara tidak langsung, tujuan Tengkorak Merah bukan mengincar padepokan ini, tapi mencari keberadaan Fahma.”“Aku tidak yakin, tapi sepertinya begitu. Selain Fahma, mereka juga punya maksud lain. Dendam antara Raja Syailendra dan ketua Tengkorak Merah masih belum tuntas. Tapi mungkin, ada niat terselubung dari mereka untuk menculik Fahma semisal ada kesempatan.”Raden Kusuma menghela nafas, dia bimbang bagaimana cara melindungi Fahma saat upacara penutupan mata berlangsung.Ketua Sekte Tengkorak Merah pasti paham, upacara penutupan mata hanya bisa di

  • Pendekar Pedang Naga   Penasaran

    “Bukan tidak berfungsi, tapi efek samping yang dihasilkan lebih besar. Sebab itulah Raden Kusuma melarangku menggunakannya dan hanya membantu dengan aura putih penyembuhan. Toh mata kiri Fahma bukan termasuk jenis luka. Itu anugerah yang diberikan Dewata khusus pada Fahma.”Asoka mengangguk paham. Dia berjalan mengikuti langkah Barok. Mereka masuk lebih dalam ke hutan Babel. Tidak lama kemudian, Barok berhenti dan membungkuk.“Lihatlah, Soka, ini namanya binahong, cocok untuk menyembuhkan segala luka fisik, termasuk luka bakar akibat elemen api. Luka dalam juga bisa, tapi hanya sebatas meringankan nyeri. Kau bisa mencampurnya dengan air mendidih, lalu ditambahi sedikit garam.”“Binong apa?” Asoka lupa nama daun yang disebut Barok.“Binahong, daun yang bisa kau temui di daratan kering seperti ini. Dia tumbuh di seluruh penjuru Nusantara, termasuk Jawa yang merupakan penghasil utama binahong.”Rasa pena

  • Pendekar Pedang Naga   Pelarian

    “Tolong aku, Soka. Punggungku tidak bisa digerakkan. Rasanya sangat berat seperti ada yang menindihku!” Barok terus menggeliat kesakitan.Asoka masih berusaha bangkit dari tekanan energi aneh yang tiba-tiba datang.Ingin mengeluarkan energi alam atau kanuragan dalam tubuhnya, pemuda itu merasa aneh. Seluruh aliran darahnya terkunci, seolah energi asing ini mengincar nadi alir kekuatannya.Tak pelak, bantuan Gatra sangat dibutuhkan sekarang.Berencana memanggil nama Gatra keras-keras, kembali, Asoka disadarkan kalau mustika merah Pedang Naga Api tidak sedang berada di tangannya.“Berarti Guru tidak bisa membantuku, tidak bisa meminjamiku kekuatan Bunar Kumbara?” Asoka mulai khawatir, dia tidak tega melihat Barok merintih.“Bisa, tapi hanya sebagian kecil, tidak ada satu persen.” Gatra hanya bisa mendonorkan sedikit energinya saja.“Terima kasih, Guru, itu jauh lebih baik dari pada aku harus ber

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Naga   229. Gubuk Megah

    Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“

  • Pendekar Pedang Naga   228. Alas Lali Jiwo

    “Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi

  • Pendekar Pedang Naga   227. Berada di Alam Siluman

    Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd

  • Pendekar Pedang Naga   226. Siluman Aneh!

    Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m

  • Pendekar Pedang Naga   225. Jebakan

    Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da

  • Pendekar Pedang Naga   224. Akhir Dari Pertarungan

    Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon

  • Pendekar Pedang Naga   223. Asoka vs Raja Musang 3

    Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s

  • Pendekar Pedang Naga   222. Asoka vs Raja Musang 2

    Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me

  • Pendekar Pedang Naga   221. Asoka vs Raja Musang

    Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As

DMCA.com Protection Status