Asoka coba mencairkan suasana dengan membuat kegaduhan agar para warga tidak curiga kalau dia adalah buronan yang selama ini dicari kerajaan Balidipa.
Datuk Lembu Sora hanya tersenyum, dia sudah tahu sifat asli Asoka dari sejak Asoka dilahirkan di dunia. Semua tertulis dalam kitab Sabdo Waseso dan Ramalan Jayabaya tentang anak dalam ramalan.
Pemegang mustika acapkali diajak diskusi dengan Bunar Kumbara, namun di sebuah kesempatan, Meng Khi diizinkan ikut dengan harapan, sang ketua serikat mau berdamai dengan cara tidak membeda-bedakan aliran hitam dan putih.
Meng Khi tetap bersikukuh, dia sudah menyatakan sumpah, tetap setia pada Serikat Zhang Ze.
Empu Ganda Wirakerti sempat berujar pada Bunar Kumbara, “Titah Dewa sepertimu tidak dihiraukan oleh mereka, apalagi ajakan kami yang hanya manusia biasa.”
“Ramalan yang tertulis dalam kitab Sabdo Waseso tidak dapat diubah. Dewata sudah menakdirkan ini … Nusantara melawan Serikat Z
Kedatangan pasukan istana biasanya untuk melakukan geledah atau menangkap seorang penjahat yang dianggap berbahaya. Tangannya gemetar, sampai-sampai gelas yang dipegangnya jatuh.Pengawal itu memakai pakaian bertarung lengkap dengan tombak panjang yang terikat di punggung. Baju zirahnya berhasil mencuri rasa ketertarikan Asoka.Karimakhirnya berdiri dan meminta maaf kepada pemilik kedai. Ini semua ulahnya karena sengaja mengirimkan pesan menggunakan merpati sesaat sebelum mereka berangkat fajar tadi.Pemilik kedai bisa bernapas lega.Bagaimanapun juga, kedatangan pasukan yang tiba-tiba sudah tentu menarik perhatian publik. Apalagi pasukan kerajaan mengendarai kuda dengan pedang dan baju zirah tingkat dua yang biasa digunakan untuk melawan para pemberontak kelas sedang.“Mari Kakang, kita segera berangkat ke istnaa, Paduka Rajatidak sabar bertemu denganmu.” Suara yang lembut selalu menjadi ciri khasKarim, apalagi dipadu
Tabrakan energi tidak terelakkan, Asoka sempat melawan menggunakan dua persen energi alam yang sudah dia simpan di perut, namun tak lama, dia tiba-tiba gontai, kuda-kuda bertahannya rapuh. Tidak sempurna.Asoka mengingat pesan Prabu Wusanggeni bahwasanya tamu harus menjaga tata krama di rumah orang, lebih-lebih, pemuda berkuncir sedang berada di pulau yang jauh dari tempatnya tinggal.Tidak ada yang bisa dimintai tolong di sini.Sebenarnya Asoka bisa mengalahkan panglima Ringin Anom hanya menggunakan haki raja atau aura iblis yang ada dalam tubuhnya, tapi andaikan dia melakukan itu, bisa-bisa seluruh istana mengecam perbuatannya, dan dia tidak lagi dianggap sebagai tamu kehormatan, melainkan jadi tawanan kelas atas.“Aku harus mengalah sebelum mereka menganggapku sebagai penyusup.” Batin Asoka bergemuruh, namun dia tidak bisa melakukan apa-apa selain membiarkan energi Mangkualam menerjang seluruh tubuh belakangnya.Bruk!Lelaki i
Sementara Asoka sedang berbincang di Ringin Anom, para petinggi Serikat Pendekar Nusantara terus mengawasi pergerakan Serikat Zhang Ze dan Perguruan Elang Hitam. Mereka sempat mengadakan rapat darurat di Kastil Menara Energi untuk membahas hal ini, namun rapat tidak berjalan lancar karena Ki Seno Aji dan Datuk Lembu Sora sedang berhalangan hadir sehingga rapat yang awalnya lancar, berubah menjadi debat kusir. Yung Chen dan Pangeran Kamandanu membubarkan rapat, mereka meminta Pangeran Kundalini menyiapkan ruangan khusus di istana Ringin Anom karena dua jam lagi beberapa utusan Ikatan Pendekar Nusantara berangkat ke sana. "Ada surat permintaan dari Empu Ganda Wirakerti dan Ki Kusuma Aji, kita adakan diskusi tertutup di Segoro Kidul, tempat teraman yang tidak tersentuh aliran hitam." Surat itu dibacakan Prabu Wusanggeni, dan beberapa petinggi menyatakan setuju. "Satu jam lagi aku sampai di sana." Yung Chen pamit undur diri karena dia harus mengantar dua
Beberapa prajurit mengawal Raja Galih di ruangan tersebut. Mereka khawatir Asoka berniat melakukan hal buruk, melukai, atau bahkan membunuh raja.“Biarkan kami di sini mengawal Anda.” Panglima pleton enam maju dua langkah.Agaknya terlalu berbahaya membiarkan raja berduaan dengan lelaki asing yang bahkan tidak pernah dikenal sebelumnya. Seharusnya ada satu dua pengawal yang menemani, tapi raja Galih menolakdengan alasan, pertemuan ini jauh lebih rahasia dari rapat bersama para petinggi.“Ta-tapi, Paduka…”“Ini perintah, kalian bebas mau melaksanakannya atau tidak. Bagi yang menuruti perintahku, segera kalian pergi dari sini dan cukup berjaga di luar ruangan.” Raja Galih menaikkan suaranya sedikit seolah dia sedang memarahi para prajurit.“Baik, Paduka, kami akan berjaga di luar.”“Satu lagi, jangan biarkan orang lain masuk ke ruangan ini sampai aku keluar. Tidak seorang pun d
Mitos nama Basundara sudah tersebar di seluruh Nusantara.Nama itu sudah menjadi nama terlarang karena setiap bayi yang tidak kuat menyandang nama itu akan mati mengenaskan.Tertulis dalam ramalan kitab Sabdo Waseso, pernah suatu hari, ada ratusan bayi mati hanya dalam hitungan jam.Kejadian itu berawal dari seorang peramal tua yang menyebarkan suatu berita pada masyarakat bahwa beberapa hari ke depan, akan ada bayi yang nantinya dipilih sebagai penerus titah Dewa Api Bunar Kumbara untuk menunda era kehancuran bumi.Orang-orang menanggapinya dengan serius, karena pada dasarnya, sang peramal tua memiliki nama besar dan disegani para pendekar di seluruh dunia.“Anak sulung kita harus menyandang nama belakang Basundara, semoga dia terpilih jadi penerus titah Dewa Api dan menyelamatkan dunia dari kehancuran.”“Kita hanya keluarga miskin, tidak mungkin Dewata memberi anugerah itu secara cuma-cuma.”“Semoga anu
Siang pun tiba.Petinggi kerajaan diminta berkumpul karena paduka raja ingin mengadakan penyambutan khusus sore nanti. Mereka mempersiapkan hidangan terbaik, dimasak langsung oleh koki sepuh istana yang memang bertugas khusus memasak di acara penghormatan tamu istimewa.Asokamendapat penjamuan khusus dari Raja Galih, sebuah karpet merah khusus berbalutkan sutra terbaik Dwipa, digelar dari ruang tengah istana sampai ruang penjamuan.Para prajurit diminta berbaris rapi, bahkan bisa dibilang, barisan tersebut jauh lebih rapi dari penyambutan ketika Raja Galih atau Pangeran Wayan masuk ke ruang singgasana.Seisi istana masih penasaran kenapa Asokabisa mendapat keistimewaan seperti ini, kejadian yang belum pernah ada sepanjang sejarah berdirinya kerajaan Ringin Anom.Bisa dimaklumi karena hanya sang raja yang tahu kalau Asokamemiliki marga Basundara.PanglimaMangkualamberdiri di ambang pintu singgasana. Iri hati dan
Tiga bulandari sekarang, akan ada turnamen besar yang diadakan di tengah pulau Dwipa. Turnamen itu menjadi acara lima tahunan paling bergengsi karena hadiahnya berupa pusaka sakti atau mustika yang selama ini diincar para pendekar.Bertepatan tahun ini hadiahnya adalah mustika, tapi tidak diberitahu mustika apakah yang akan dijadikan hadiah.Datuk Lembu Sora sengaja menyuruh Asoka pergi ke Dwipa.Selain berlatih, sang pertapa ingin bocah itu mendapat kepercayaan orang-orang Ringin Anom agar diutus menjadi peserta turnamen. Ini dirancang Datuk Lembu Sora untuk menguji seberapa besar daya tahan tubuh Asoka.Turnamen Tapak Iblis sedikit berbeda dengan Turnamen Neraka Bumi, jika turnamen yang diadakan Perguruan Api Abadi itu fokus pada ilmu serangan dan bertahan, Turnamen Tapak Iblis justru lebih mengedepankan pertahanan dan kecerdasan pikir.Banyak rintangan-rintangan khusus, perjalanan, perburuan gulungan, hingga pencarian pusaka terpendam di s
“Aku dengar ada anak rantau bernama Asoka, apa itu benar, Paduka?” tanya Saptajayahalus.Meskipun mereka bersahabat, tapi Saptajayaselalu menghargai jabatan Galih sebagai raja.“Dia sedang tidur di kamar lantai paling atas.”Dikawal belasan pasukan elit istana, Raja Galih dan mahapatih masuk bersamaan menuju ruang singgasana.“Sudah kuduga kau memberikannya fasilitas dan pelayanan terbaik. Aku sangat yakin dia pemuda baik hati, tapi sedikit ceroboh.”Saptajaya terkekeh pelan.Tidak ada yang tahu kalau sang mahapatih sebelumnya bertemu dengan Datuk Lembu Sora di ujung Dwipa, berbatasan dengan masyarakat Sasak yang mencari penguripan dengan cara berburu dan memancing ikan.Mereka sempat membahas pemuda bernama Asoka, lumayan lama, sampai akhirnya Datuk Lembu Sora pamit pergi karena ada panggilan dari Ki Seno Aji yang menyuruh semua pemilik mustika berkumpul di sebuah goa misterius daerah Borneo.