“Akhirnya Kakang sadar, seharian penuh aku menunggui Kakang Soka ... aku sungguh bahagia. Kakang tidak tahu aku menangis seorang diri, semua murid padepokan melihatku, tapi aku tidak peduli.” Terdengar suara teriakan yang membuat Asoka membuka mata.
Murid-murid padepokan Ajisaka sudah berkumpul melingkar di tengah aula padepokan.
Barok, Raden Kusuma, dan Fahma duduk tepat di samping Asoka, mata gadis itu berkaca-kaca. Dia sangat senang kakaknya bisa siuman.
“A-apa yang terjadi? Kenapa punggungku begitu sakit? Argh...” Asoka mendesis pelan.
Dia tidak bisa duduk normal. Berulang kali dia bertanya pada Barok dan Raden Kusuma tentang apa yang terjadi, tapi mereka tidak tahu apa-apa.
Efek racun itu tidak hanya melukai bagian dalam tubuh Asoka, melainkan juga berimbas pada ingatannya.
“Jangan banyak bergerak dulu, Soka!” Raden Kusuma menjulurkan tangan lalu menahan tubuh Asoka agar pemuda itu tidak memaksakan di
Raden Kusuma menceritakan bahwa dulu sebelum terjadinya perang besar antara Nusantara melawan Serikat Zhang Ze, ada seorang peternak merpati yang disegani di seluruh dunia karena kepiawaiannya meracik pakan dan memadukan antara satu jenis dengan jenis lain.Waktu itu Nusantara sedang membutuhkan merpati tangguh khusus mengirim pesan untuk telik sandi yang sedang menjalankan tugas di negeri seberang.Bertepatan juga sang peternak merpati sedang singgah di Nusantara untuk sekedar temu sapa dengan rekan perdangannya, juga mengunjungi beberapa hutan siluman yang mana di dalamnya terdapat tanaman langka seperti serbuk anggrek ungu dan matahari merah.Memang kesannya jahat, tapi Nusantara tidak punya jalan lain untuk mencuri resep pakan dan persilangan merpati si peternak.Kastil Menara Cakra dipenuhi beberapa petinggi Ikatan Pendekar Nusantara, termasuk Ki Seno, Pangeran Kamandanu, dan Yung Chen yang kala itu masih berusia dua puluh tahunan.Mereka semu
Prabu Wusanggeni melihat dua orang lelaki membawa sabit lari dari kejauhan. Dia segera membuka portal ilusi dan menyelamatkan teman-temannya yang loncat dari lantai lima.“Syukurlah kita selamat. Hampir saja kita ketahuan pihak penginapan, bisa tercemar nama perguruan.” Seorang pemuda mengusap peluh yang sudah memenuhi jidatnya.“Tidak hanya perguruan kita yang tercemar, berita ini akan menjelek-jelekkan nama Ikatan Pendekar Nusantara. Kondisi darurat tidak bisa membenarkan kejahatan semacam ini. Harusnya kita menolak, tapi aku tidak bisa.”“Kau benar, kejatahatan ... selamanya tidak bisa dibenarkan.”Prabu Wusanggeni menenangkan tiga temannya yang berdebat. Dia segera memimpin delapan orang itu pergi ke tempat persembunyian yang ada di peta.Mereka menyandera si peternak sampai dia mau menunjukkan resep pakan dan persilangan itu.Plak!Plak!Dua tamparan berhasil membangunkan peternak merpat
“Jadi merpati itu bukan merpati sembarangan, Guru?” Barok coba memastikan hal yang masih menghantui pikirannya.“Lebih tepatnya merpati langka ... walaupun kau berhasil mendapatkan resep pakan dan persilangan dari si peternak, presentasi gagalnya masih sangat tinggi. Ki Seno termasuk orang yang beruntung karena berhasil menetaskan dua telur merpati itu tanpa kecacatan apapun.”Asoka datang tepat saat mereka semua selesai membahas cerita merpati percik api, dia mengeluh punggungnya sakit. Efek racun itu belum sepenuhnya hilang dan Asoka harus istirahat satu malam lagi sebelum berangkat menuju puncak gunung.Dua hari lamanya Asoka hanya berbaring di atas ranjang. Sesekali dia melihat proses latihan murid-murid padepokan, memberi nasehat pada mereka, hingga turun tangan langsung memberi arahan jika ada gerakan yang menurutnya kurang akurat.Fahma yang sudah benar-benar pulih, menyuapi kakaknya dengan sangat telaten. Dia juga yang mera
Mengetahui ada cahaya putih yang terpancar dari saku celana Asoka, murid-murid meneriaki Raden Kusuma dari kejauhan.“Dia berbahaya, Guru!”“Cahaya putih itu bisa membunuhmu jika kau tidak berhati-hati!”“Guru, kami mohon jangan nekat mendekati cahaya itu ... kami masih butuh bimbinganmu. Kami masih jauh dari kata hebat.”Raden Kusuma hanya tersenyum dari kejauhan. Dia tahu, cahaya putih itu tidak berbahaya.Tangannya menggapai saku belakang celana Asoka, lantas menggenggam batu kecil itu hingga cahaya putihnya redup.Berjalan menuju aula padepokan, Raden Kusuma mendekatkan mustika itu ke tangan Barok yang sedang melakukan jurus penyembuhan.“Gunakan jurus Tapak Teratai Putih untuk menyembuhkan gadis itu. Fahma di ambang batas kematian. Urusan Asoka, kau tidak perlu memikirkannya. Dia hanya pingsan karena racun yang dia dapat saat bertarung melawan siluman macan putih.”“Gur
Hampir satu jam Raden Kusuma bercerita tentang hal-hal unik yang berkaitan dengan Ki Langkir Pamanang dan Ki Seno Aji, terutama tentang mustika merah yang ditanam dalam diri Asoka.“Kau pasti penasaran kenapa aku bisa tahu kalau kau punya mustika merah?” Tanya Raden Kusuma sambil tertawa pelan.“Mmm, tidak. Kenapa aku harus penasaran?” tanya Asoka polos.Cpak!“Bodoh, jawab saja iya! Kau ... selalu saja membuat orang kesal!” Gatra tiba-tiba keluar dan memukul kepala Asoka.Raden Kusuma yang memiliki mata batin, seketika tertawa keras melihat Gatra emosi sebab perilaku Asoka. Murid-murid lain yang tidak memiliki mata batin, melongo penasaran. Apa yang menyebabkan pemuda itu merintih? Kenapa juga Raden Kusuma tertawa?Pendiri padepokan memilih diam dan tidak memberitahu murid-murid lain tentang roh mustika yang bersarang di dalam tubuh Asoka.Desas-desus masih terdengar nyaring di sekitar lingkar dudu
Matahari terbit cerah pag itu, cahayanya menerpa beberapa murid Padepokan Ajisaka yang sedang melatih kelenturan kaki di dekat aula padepokan.Raden Kusuma mengawasi muridnya sejenak, lalu dia pergi ke gubuk.Asoka diberitahu Raden Kusuma bahwa mata Fahma harus segera ditutup karena akan sangat berbahaya jika dibiarkan. “Sekte Tengkorak Merah tahu keberadaan Fahma. Aku yakin, anggota sekte menyusun rencana khusus. Mereka sangat menginginkan mata itu.”“Apapun demi kebaikan Fahma,” balas Asoka.“Upacara tersebut dilaksanakan minggu depan. Fahma harus disucikan lebih dulu dengan air rendaman bunga sembilan rupa. Dia tidak boleh makan daging sebagai syarat utama agar penyucian itu berjalan lancar.”“Lalu aku bagaimana? Cahaya hijau Fahma pernah merobek sisi kanan bahuku. Apa aku juga harus menjalani upacara penyucian?” Asoka menunjukkan bekas luka yang dia dapat karena mata kiri Fahma.“Diri
Hari-hari Asoka dilalui di padepokan. Sedikit banyak dia berlatih cara menyembuhkan luka kepada Barok dan murid-murid padepokan lain.Ketika mereka berlatih, Raden Kusuma memberi arahan khusus kepada Fahma tentang kegunaan mata kirinya dan bagaimana cara mengendalikannya. Tak hanya itu, Raden Kusuma juga menjelaskan efek samping kalau kekuatan mata itu digunakan secara berlebihan.Sampai empat hari lamanya, kekuatan penyembuhan milik Asoka sudah meningkat pesat. Belum lagi, api penyembuh Gatra juga berpengaruh terhadap pesatnya perkembangan latihan Asoka.Api biru Asoka yang awalnya hanya dianggap sebagai api amplifi dua, sekarang naik tingkat. Asoka bisa mengendalikan api biru amplifi empat yang dalam hal ini bisa digunakan untuk menyembuhkan luka robek daging atau keracunan biasa.“Kau hebat sekali, Soka, bisa menguasai teknik dasar Teratai Putih hanya dalam waktu empat hari.” Barok memuji Asoka, dia masih belum percaya ada pemuda se-berbaka
Matahari berangsur-angsur turun dan langit mulai gelap. Sebentar lagi hutan Babel dikuasai bangsa siluman.Konon bilamana pendekar tidak keluar dari perbatasan hutan saat matahari terbenam, mereka akan menghadapi ratusan siluman yang berburu darah hewan-hewan buas.Tidak ingin membuat khawatir orang-orang padepokan, keduanya bergegas pergi dan kembali ke padepokan.Di sana, Raden Kusuma tahu kalau Barok membuka sedikit identitasnya. Entah bagaimana pria itu tahu, atau mungkin dia bisa mendengar apa yang tidak orang lain dengar.Sang Guru minta keduanya masuk ke dalam rumah.“Fahma bagaimana, Paman?” tanya Asoka, dia khawatir akan keadaan adiknya.“Dia sudah akrab dengan beberapa murid lain. Tidak ada yang perlu dirisaukan. Lagian, mereka sudah tahu tentang mata kiri Fahma.”Ketiganya sudah berada di dalam rumah Raden Kusuma di sisi kanan padepokan. Aura yang berbeda terpancar dari dalam sana. Gatra sedikit mera