Fahma masuk lebih dulu, disusul Asoka dan Ki Langkir Pamanang. Dua pria ikat kepala merah nampaknya tidak suka melihat kehadiran Langkir Pamanang, seolah ada dendam kesumat yang tertanam di benak mereka.
Keduanya diinterogasi dan diminta mengaku di mana markas Laskar Tengkorak Merah berada, namun mereka tidak bergeming, tetap mempertahankan pendirian.
“Katakan atau kubunuh!” Asoka coba mengancam, tapi keduanya malah pingsan.
Ki Langkir Pamanang meminta Fahma dan Asoka mundur beberapa langkah, dia membuka Tameng Api karena sadar ada hal tidak enak terasa di dalam goa.
“Menangislah, Langkir! Kau tidak akan pernah bisa menemukanku! Markasku adalah tempat paling aman untuk membangun pasukan. Tunggu aku dua tahun lagi ... hahahaha!”
Kesadaran dua anggota laskar tiba-tiba hilang, suara mereka berubah seperti ada yang mengontrol pikiran mereka dari jauh. Usai mengucapkan pesan terakhir, tubuh keduanya semakin membesar dan membesar.
Asoka menyempatkan diri mampir ke istana Segoro Kidul sebelum melanjutkan perjalanan menuju Hutan Babel di kaki Gunung Welirang.Penyambutan istimewa dilakukan oleh para prajurit, mereka sangat bahagia melihat Asoka hadir kembali di tengah-tengah istana. Tiga buah kuda terbaik disiapkan, Asoka berhak memilih kuda mana yang ingin dia tunggangi.“Silakan, Tuan, Raja Syailendra dan Pangeran Kundalini pasti bahagia mengetahui Anda datang ke istana.” Semua prajurit berbaris di belakang Asoka, mengikuti tapak kuda pemuda itu.“Mereka berdua tidak tahu jika aku datang, kan?” Asoka bertanya pada beberapa prajurit, semua kompak menggelengkan kepala. “Syukurlah, aku bisa memberi mereka kejutan.”Di gerbang depan, dekat sungai buas, nampak Tomina dan enam pendekar elit sedang berlatih melawan siluman buaya penjaga gerbang istana.Mahapatih Abimanyu merasakan energi dahsyat dari kejauhan. Rapat dibubarkan seketika, dia seger
“Bukankah dia Putri Fahma dari Kerajaan Alingga?” Pangeran Kundalini berbisik kepada Asoka.“Ssstt...”“Ada apa?”Asoka mengehela nafas berat, dia menoleh ke arah Fahma, wajahnya sayup mungkin karena lelah setelah mereka berjalan menyusuri hutan hampir tiga jam lamanya.Terkadang Asoka menggendong gadis kecil itu, kadang juga menuruti kemauannya untuk duduk sejenak meremajakan kaki.“Ama istirahat dulu ya, Kakang bertemu raja dulu. Besok pagi kita lanjutkan perjalanan.” Asoka mendekati Fahma, mengelus rambutnya, lantas merayu gadis itu agar mau diajak istirahat di kamar istimewa istana.“Ta-tapi Ama takut, tempat ini asing bagi Ama, nanti semisal ada orang jahat yang ingin menculik Ama bagaimana?” Fahma merengek selayaknya bocah berusia 13 tahun.“Dulu Kakang tinggal di sini, semuanya adalah teman-teman Kakang ... atau Ama mau didampingi kakak cantik satu ini? Ama nanti
“Bicara tentang Fahma, bukannya dia bersama Ki Langkir Pamanang?” Pangeran Kundalini kembali memancing perbincangan setelah hening beberapa lama.“Guru Langkir memberiku tugas khusus. Aku harus membawa Fahma ke puncak Gunung Welirang dan mempertemukannya dengan seorang pendekar sakti yang bisa menetralkan kekuatan mata kiri Fahma.”“Kusuma Aji?”“Termasuk juga Ki Kusuma Aji, tapi bukan itu pendekar yang dimaksud Guru Langkir.” Asoka coba mengingat namanya, tapi hasilnya nihil.Mahapatih Abimanyu diminta jalan lebih dulu dan mengabari Raja Syailendra bahwa Asoka dalam perjalanan menuju ruang singgasana. Pria berbaju zirah ringan itu naik ke lantai empat menggunakan ilmu meringankan tubuh, naik melalui tembok-tembok tepi istana.“Aku penasaran, kenapa Fahma dipasrahkan padamu, pasti ada sesuatu yang ingin ditunjukkan Ki Langkir Pamanang.” Pangeran Kundalini masih menelisik maksud diutusnya A
Bayu, Banitura, dan Ki Damawangsa kembali ke perguruan. Asoka dan Fahma berencana menetap sehari di Segoro Kidul, tapi mereka tidak memberitahu Raja Syailendra ataupun Pangeran Kundalini.Jika Asoka menyampaikan hal tersebut, bisa-bisa Raja Syailendra menutup gerbang dan meminta agar Asoka menginap lebih lama lagi.Tujuh pendekar elit istana masih butuh bimbingan Asoka menyempurnakan Formasi Tujuh Melati Putih yang sampai sekarang masih belum layak uji.“Asoka, jika kau berkenan, sore nanti latihlah tujuh pendekar elit istana. Mereka sudah lama menunggumu, tidak ada yang lebih mumpuni menilai formasi mereka kecuali dirimu.” Raja Syailendra memohon pada Asoka.Sesuai jalan pikiran Asoka, dia pasti diminta membantu Ki Sadikin menyempurnakan formasi pendekar elit istana. “Tidak masalah, Paduka, tapi sebelumnya, aku ada satu permohonan.”“Katakan saja!”“Tolong istirahatkan mereka dan beri perintah agar
Sore setelah melatih pendekar elit istana, Asoka lebih dulu menyambangi gubuk Ki Damardjati di tengah Hutan Larangan.Prabu Wusanggeni sedang duduk bertapa menunggui gubuk, menjaga Pusaka Sabuk Zamrud yang tergeletak di atas tanah. Cahaya hijaunya menampar muka Asoka hingga pemuda itu terlempar jauh menabrak sebongkah batu besar.Huek!Asoka muntah darah segar.“Ki Damardjati belum mengizinkanmu masuk ke gubuk ini, tapi kau lancang membuka pintu. Itu hukuman untuk orang yang tidak mengetahui tata krama.” Prabu Wusanggeni berujar tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.Menyadari kesalahan yang dia perbuat, Asoka memilih duduk menunggu sembari mencari goa tempat tinggal Batara Wasjid.Sang raja hutan sedang duduk bersama beberapa siluman lain, mereka saling bertukar cerita mengenai pertempuran Kong melawan siluman naga air Wedara Toya.“Siapa yang menang?” Suara Asoka mengejutkan mereka.Dua ekor siluman har
Tiga belas tahun lalu, berdiri lima kerajaan besar di Jawa, dua di antaranya berada di Jawa Timur.Segoro Kidul dan Alingga hidup damai berdampingan dalam kurun lima dekade terakhir, tidak ada konflik yang terjadi, bahkan hubungan bilateral dua pihak kerajaan terjalin akur.Namun semenjak ada kelompok yang menahbiskan diri mereka sebagai Sekte Tengkorak Merah, dua kerajaan besar itu saling pandang curiga satu sama lain.Berbagai tuduhan dilempar hanya karena kasus pencurian kuda, penyalahgunaan lahan, hingga perusakan kebun yang ada di wilayah luar perbatasan. Mereka saling lempar kesalahan dan sama-sama tak mau mengaku.“Usia kita jauh lebih tua dari Segoro Kidul, kita tidak boleh membiarkan mereka semena-mena. Tanah Argopuro adalah tanah kita, mereka tidak boleh menjarah hasil kebun rakyat, apalagi mengambil ternak dan kuda-kuda terbaik yang akan kita beli.”Raja Mawardi -ayah kandung Fahma -mempersiapkan pasukan untuk berjaga di perb
Esok telah tiba, waktunya pamit pada para petinggi istana.Asoka dan Fahma harus cepat-cepat meneruskan perjalanan mereka karena dalam waktu dekat, pemuda berkuncir butuh waktu untuk mempersiapkan diri dalam Turnamen Neraka Bumi.Pertama-tama, keduanya berkunjung ke ruangan tabib, pamit sekaligus mengucap terima kasih atas ramuan matahari merah yang selama ini disuguhkan.“Hati-hati, perjalananmu pasti tidak berjalan mulus. Sekte Tengkorak Merah sudah menunggumu di tengah hutan. Itu hanya firasat, tapi aku yakin, mereka sudah menyiapkan tim khusus untuk memburu gadis yang ada di sampingmu.”Pesan terakhir sang tabib akan selalu diingat Asoka, pemuda itu diberi sebuah mustika berbentuk serupa sirip ikan. Dia diminta mengantar mustika itu ke sebuah padepokan yang letaknya ada di tengah Hutan Babel.“Fahma aku bawa lebih dulu berkeliling istana.” Ki Langkir Pamanang tiba-tiba datang menghampiri Asoka di istana Segoro Kidul.
Sebelum pergi dari Segoro Kidul, Asoka menyempatkan diri untuk berkunjung ke alun-alun perbatasan. Di sana, para warga sudah menunggu dan membentuk barisan panjang.Orang-orang yang tinggal di alun-alun merasa kehilangan. Asoka menenangkan mereka. Dia mengungkapkan semua keluh kesah yang selama ini dirasakan rakyat kecil dan miskin.“Raja Syailendra akan berubah. Hidup kalian akan terjamin setelah ini. Tapi maaf, aku harus pergi secepat ini karena ada tujuan lain yang menanti.” Asoka melepas syal merah yang sudah menemaninya mengembara selama tiga tahun, memberikan barang kesayangannya pada kepala desa tanpa garis.Asoka bagi mereka adalah sosok pahlawan.Di saat para petinggi istana tidak menghiraukan keadaan desa tanpa garis, Asoka bersama Pangeran Kundalini mengunjungi markas perampok yang ada di Selatan alun-alun. Mereka mendengar keluhan para perampok.Ternyata semua perampok itu nekat melakukan kejahatan demi bisa berdialog dengan