Beberapa minggu berlalu sejak Asoka dirawat di ruangan khusus Ki Damawangsa. Setiap hari setelah terapi, pemuda kuncir minta diajari ilmu berpedang. Sesekali Ki Seno Aji menjenguknya lalu mengajaknya pergi ke Lembah Seratus Pedang guna berlatih ilmu berpedang dan memanah.
"Akhirnya kau mencapai tingkat Tulang Macan Muda!"
Ki Seno memuji perkembangan Asoka karena dalam satu setengah bulan pemuda itu berlatih keras tanpa henti. Kenaikan tingkat tulang Asoka tentu tak lepas dari bantuan Ginseng serta Jinten Hitam khusus yang disediakan para sesepuh lembah.
Padahal sangat sulit menemui pemuda 15 tahun memiliki Tulang Macan Muda, bahkan di sekte-sekte dan perguruan besar sekalipun.
Berulang kali Asoka melakukan gerakan di udara untuk sekedar menguji kekuatan barunya. Tubuhnya terasa jauh lebih ringan, bahkan dia bisa lompat setinggi empat meter tanpa bantuan ilmu meringankan tubuh. Kekuatan fisik ditambah berkah dari Dewata membuat Asoka yakin dirinya tida
Sejak percobaan pembunuhan di depan Asrama Api Merah berhasil digagalkan oleh Asoka, pemuda itu mendadak jadi pusat perhatian. Lelanang Mana yang tahu seberapa mengerikannya Asoka, tidak mau berkomentar banyak. Sementara rekan-rekannya sesama lencana emas merencanakan sesuatu untuk menguji kekuatan Asoka.Empu Nara dan Ki Mangun Tapari bisa bernafas lega setelah mendengar berita Asoka berhasil melewati ujian yang diberikan murid lencana emas, tapi mereka berdua tidak sadar ada rencana lebih berbahaya yang sedang disusun rekan-rekan Lelanang Mana.Berembuk di Asrama Api Kuning, keenam murid lencana emas berbincang satu sama lain, memikirkan kematian apa yang berlangsung singkat, namun rasa sakitnya terasa hingga ke ujung tulang.Lelanang Mana yang tidak menggubris ucapan rekan-rekannya, memilih pergi karena dia tidak tertarik dengan rencana pembunuhan ini.Beberapa menit berselang, disepakati bahwa mereka akan membunuh Asoka dengan pisau yang dibubuhi saat
Ketika mencari ramuan ginseng yang beberapa minggu lalu diresepkan Guru Fang sebelum dia meninggalkan Lembah Seratus Pedang, dia menghela nafas panjang karena akhirnya ginseng langka itu berhasil ditemukan. Ini bertepatan juga dengan misi yang diemban Asoka; mencari batang daun kelor untuk menetralkan kekuatan iblis dalam tubuhnya.Hampir setengah jam Asoka tidak bergeming dalam posisinya.Menghela nafas panjang hingga keluar asap putih dari mulutnya, Asoka tidak menyangka kalau ginseng langka itu bisa memiliki banyak manfaat, terutama untuk menghangatkan tubuh dan memperkuat tulang.Asoka ingin merebus ginseng sisanya, namun dia merasakan ada nafsu membunuh yang mengarah padanya. Memang auranya tidak terlalu kuat karena pemiliknya berusaha menyembunyikan nafsu membunuh itu, tetapi Asoka bisa menyadarinya.Dua lelaki menghadang langkahnya keluar dari lorong beringin di tengah Hutan Raksasa Putih, keduanya menggunakan pakaian khas Perguruan Api Abadi.
Berkat Tulang Macan Muda dan latihan fisik yang dibebankan Guru Fang pada Asoka, juga konsumsi herbal ginseng secara rutin, kekuatan pedang Asoka bisa menyamai pendekar yang sudah lolos ujian sabuk merah ilmu berpedang.Satu hal yang paling dikenang Asoka kala belajar ilmu berpedang dari Guru Fang, bahwa tubuh manusia yang terlatih dapat mengeluarkan kekuatan mematikan meskipun dia tidak menggunakan energi sekalipun.Karena itulah kakek kandung Ki Seno membuatkan Sumur Pedang Kembar untuk menghormati keahlian pedang sang pendekar yang berhasil mengalahkan seisi sekte tanpa bantuan siapapun.Kini tinggal dua penyusup yang berdiri di hadapan Asoka, namun pemuda itu masih belum tahu jurus rahasia apa yang akan digunakan."Ye Qiu!" kata penyusup lencana emas. "Biar aku yang menahan serangan bocah ini, kau segera lah duduk bersila memanggil Siluman Kong, katakan ada sesembahan istimewa di sini, Kong pasti tertarik melihat energi dahsyat yang terkandung di tubu
Bumi bergetar hebat menghentikan pusaran angin bercampur asap hitam. Amukan Pedang Hitam Galunggung berhasil diredam, namun gempanya terasa semakin kuat.Ye Qiu muntah-muntah karena perutnya dikocok sedemikian rupa di atas angin, sementara Asoka bertahan sembari menyandarkan tubuhnya di dekat batang pohon beringin. Gelombang energi hebat membuatnya harus selalu waspada."Oak... Oak... Oak..."Asoka mulai menyadari sesuatu. Gagak dan burung-burung di ujung sana terbang ketakutan. Gempa semakin lama terasa semakin kuat, bahkan berhasil mencabut beringin besar dari akarnya.Gatra keluar dari tubuh Asoka, tapi kekuatannya tidak bertahan lama karena efek segel batu laut serta Totok Jari Api Biru, terapi khusus yang diberikan Ki Setyo Waringin guna memastikan iblis Yasa benar-benar tersegel di dalam tubuh Asoka.Sebelum sosok raksasa itu mendekati Asoka, lebih dulu terdengar banyak suara dari semak-semak serta pepohonan di sekitar pemuda berkuncir yang m
"Mukikiki!" Suara ringikan terdengar nyaring tepat saat bumi berhenti bergetar. Semua kera tiba-tiba diam, termasuk kera merah dan kera hitam yang Asoka kira adalah pemimpin para kera. Dikerubungi siluman kera penguasa hutan, Asoka tidak bisa melawan sedikitpun. Energinya terkuras karena efek samping racun Pedang Hitam Galunggung yang membuat tubuhnya semakin melemah. Asoka menghela nafas panjang sebelum akhirnya auman raksasa terdengar dari balik pepohonan rindang. Pemuda itu sempat terlempar belasan meter jauhnya, bahkan sampai merobohkan lima pohon sekaligus. Teriakan yang begitu dahsyat asalnya bukan dari kera merah ataupun kera hitam, Asoka mulai menyadari ada sesuatu yang lebih besar datang menghampirinya. Entah kenapa semua kera tiba-tiba bersujud membelakangi Asoka, wajah mereka nampak takut setelah mendengar auman yang baru saja menggundulkan seperdelapan Hutan Raksasa Putih. Getaran bumi kembali terasa, namun Asoka tidak meny
Seekor naga air yang memiliki bentuk tinggi sekitar tiga belas meter terlihat sedang bertarung dengan kera berbulu putih yang membawa pedang berpendar hitam mengandung racun mematikan.Ukuran naga itu tidak lebih besar dari kera yang dia hadapi, tapi pertarungan dua siluman raksasa berhasil mengguncang Hutan Raksasa Putih, bahkan getarannya terasa sampai Kastil Menara Cakra.Melihat segerombol kera yang sedang asyik menyaksikan pertarungan, Asoka mengucek matanya seakan tidak percaya ada pemandangan luar biasa menyambutnya hari itu. Gempuran ekor naga dan tinjuan kera raksasa kembali menimbulkan guncangan hebat di inti bumi sampai-sampai Asoka yakin kalau mereka berdua jauh lebih kuat dari pendekar tingkat kahyangan akhir sekalipun."Siluman naga yang hilang misterius dua ribu tahun lalu? Tidak, ini jauh lebih kuat ... mungkinkah dia adalah Siluman Legenda yang pernah diceritakan Empu Nara?"Keringat dingin mulai mengucur di kening Asoka, pemuda itu menel
"Tetaplah bersamaku sampai tiga hari sebelum dilaksanakannya Turnamen Neraka Bumi, pihak kerajaan akan melatihmu ilmu berpedang dan pernapasan. Ayahku tertarik denganmu, karena itulah aku membawamu datang ke sini."Dengan pakaian dan celana yang masih dipenuhi bercak darah segar, Asoka menumpang kuda Pangeran Kundalini menuju istana Segoro Kidul.Hampir setiap jalan selalu ada yang memandangi Asoka dengan pandangan sinis, seolah berpikir anak ini adalah pelaku kejahatan yang dosanya tidak bisa dimaafkan lagi mengingat hanya kejahatan besar yang membuat Pangeran Kundalini terjun langsung mengatasinya.Mereka berdua melewati banyak tempat yang memanjakan mata Asoka, apalagi ketika pemuda itu melihat toko-toko senjata dan baju pendekar yang sedang memajang barang penjualan mereka di depan toko."Asoka, situasi di Perguruan Api Abadi sedang tidak aman. Banyak yang mengincar nyawamu setelah pertarunganmu dengan Lelanang Mana waktu itu. Tapi membiarkanmu sendir
Asoka dibawa ke istana lewat pintu khusus yang hanya bisa diakses keluarga Raja Syailendra.Beberapa pengawal yang terdiri dari barisan pendekar kahyangan dan pendekar langit, tidak ada yang bertanya siapa gerangan lelaki di punggung belakang kuda poni putih milik pangeran karena peraturan di sini sangatlah ketat. Mereka harus menundukkan kepala kala keluarga istana masuk melalui pintu khusus.Perawatan pertama diberikan, seluruh tubuh Asoka dilumuri tumbukan minyak bunga Arsit yang dibubuhi Bubuk Pemulih Energi.Tabib istana hanya bisa menggeleng, luka tubuh Asoka terlampau parah. Kira-kira butuh waktu tiga hari masa penetralan, empat hari masa pemulihan, dan satu minggu untuk melatih urat nadi serta kaki tangan Asoka.Efek samping racun yang terpancar dari mustika kera merah bisa melumpuhkan korbannya dalam hitungan menit. Menurut penuturan sang tabib, beberapa korban bahkan lumpuh permanen karena racunnya sudah bercampur darah yang mengalir menuju otak
Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“
“Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi
Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd
Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m
Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da
Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon
Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s
Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me
Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As