Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Naga / Pertarungan Antar Raja

Share

Pertarungan Antar Raja

Penulis: Moore
last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-26 16:11:33

Seekor naga air yang memiliki bentuk tinggi sekitar tiga belas meter terlihat sedang bertarung dengan kera berbulu putih yang membawa pedang berpendar hitam mengandung racun mematikan.

Ukuran naga itu tidak lebih besar dari kera yang dia hadapi, tapi pertarungan dua siluman raksasa berhasil mengguncang Hutan Raksasa Putih, bahkan getarannya terasa sampai Kastil Menara Cakra.

Melihat segerombol kera yang sedang asyik menyaksikan pertarungan, Asoka mengucek matanya seakan tidak percaya ada pemandangan luar biasa menyambutnya hari itu. Gempuran ekor naga dan tinjuan kera raksasa kembali menimbulkan guncangan hebat di inti bumi sampai-sampai Asoka yakin kalau mereka berdua jauh lebih kuat dari pendekar tingkat kahyangan akhir sekalipun.

"Siluman naga yang hilang misterius dua ribu tahun lalu? Tidak, ini jauh lebih kuat ... mungkinkah dia adalah Siluman Legenda yang pernah diceritakan Empu Nara?"

Keringat dingin mulai mengucur di kening Asoka, pemuda itu menel

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Naga   Sinis

    "Tetaplah bersamaku sampai tiga hari sebelum dilaksanakannya Turnamen Neraka Bumi, pihak kerajaan akan melatihmu ilmu berpedang dan pernapasan. Ayahku tertarik denganmu, karena itulah aku membawamu datang ke sini."Dengan pakaian dan celana yang masih dipenuhi bercak darah segar, Asoka menumpang kuda Pangeran Kundalini menuju istana Segoro Kidul.Hampir setiap jalan selalu ada yang memandangi Asoka dengan pandangan sinis, seolah berpikir anak ini adalah pelaku kejahatan yang dosanya tidak bisa dimaafkan lagi mengingat hanya kejahatan besar yang membuat Pangeran Kundalini terjun langsung mengatasinya.Mereka berdua melewati banyak tempat yang memanjakan mata Asoka, apalagi ketika pemuda itu melihat toko-toko senjata dan baju pendekar yang sedang memajang barang penjualan mereka di depan toko."Asoka, situasi di Perguruan Api Abadi sedang tidak aman. Banyak yang mengincar nyawamu setelah pertarunganmu dengan Lelanang Mana waktu itu. Tapi membiarkanmu sendir

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • Pendekar Pedang Naga   Ada Tiga Jenis

    Asoka dibawa ke istana lewat pintu khusus yang hanya bisa diakses keluarga Raja Syailendra.Beberapa pengawal yang terdiri dari barisan pendekar kahyangan dan pendekar langit, tidak ada yang bertanya siapa gerangan lelaki di punggung belakang kuda poni putih milik pangeran karena peraturan di sini sangatlah ketat. Mereka harus menundukkan kepala kala keluarga istana masuk melalui pintu khusus.Perawatan pertama diberikan, seluruh tubuh Asoka dilumuri tumbukan minyak bunga Arsit yang dibubuhi Bubuk Pemulih Energi.Tabib istana hanya bisa menggeleng, luka tubuh Asoka terlampau parah. Kira-kira butuh waktu tiga hari masa penetralan, empat hari masa pemulihan, dan satu minggu untuk melatih urat nadi serta kaki tangan Asoka.Efek samping racun yang terpancar dari mustika kera merah bisa melumpuhkan korbannya dalam hitungan menit. Menurut penuturan sang tabib, beberapa korban bahkan lumpuh permanen karena racunnya sudah bercampur darah yang mengalir menuju otak

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-26
  • Pendekar Pedang Naga   Hukuman Gantung

    "Dia adalah tamu kehormatan istana, jangan sekali-kali kalian coba mengganggunya! Jika kalian tetap bersikukuh, maka akulah lawan kalian!"Lelaki paruh baya menggunakan pakaian kebesaran istana berdiri di ujung ruangan sembari mengelus-elus jenggotnya yang mulai memerah. Hanya dengan memandangnya saja, tiga pengawal itu bergetar ketakutan, bahkan salah satunya sampai kencing di celana."Tuan Ma-mahapatih...""Bagaimana Tuan bisa tahu kehadiran kami di sini?""Tolong ampuni kami, Tuan!" salah satu pengawal langsung berlutut. "Kedatangan kami di sini hanya ingin memastikan kalau kamar Ananda Asoka baik-baik saja tanpa penyusup. Kami mendapat tugas khusus dari Pangeran Kundalini."Mahapatih Abimanyu mengernyitkan dahi karena tahu pengawal tersebut coba membohonginya. "Jangan berbohong dengan mengatasnamakan Pangeran Kundalini!"Asoka yang tidak mengetahui situasi sebenarnya, memilih diam sembari membersihkan debu-debu halus yang menempel di baj

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Pendekar Pedang Naga   Perlawanan Seorang Pemuda

    Kerajaan Segoro Kidul merupakan salah satu kerajaan besar yang letaknya ada di kaki Gunung Welirang, bersebelahan dengan padepokan pendekar medis yang didirikan langsung oleh Empu Ganda Wirakerti sebelum dia mewarisi mustika putih dari kakeknya.Padepokan Ajisaka perlahan dikenal di khalayak umum karena berhasil melahirkan kader-kader pendekar medis hebat, salah satu contohnya adalah Eyang Reksadanu yang sekarang mengabdi di istana Segoro Kidul.Wilayah Segoro Kidul membentang dari daratan besar bernama Mojo hingga sebuah kota besar bernama Pring Dalu; kota bebas hukum yang tidak pernah dikuasai kerajaan manapun di tanah Jawa.Karena besarnya kekuasaan Segoro Kidul, sang raja terpaksa membagi semuanya menjadi tiga wilayah besar yang dipimpin tiga senopati terpilih. Ide tersebut didapat dari mimpi masa kecilnya yang ternyata benar-benar terjadi empat puluh tahun kemudian.Nama besar Pangeran Kundalini tak lepas dari didikan ketat Raja Syailendra.Se

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-27
  • Pendekar Pedang Naga   Formasi Tujuh Melati Putih

    Dari kejauhan Asoka melihat pemuda-pemuda seuisanya membentuk formasi dengan satu tangan ditekuk bagai kobra mengincar mangsa. Kaki-kaki mereka bergerak gesit, nyaris tidak terdengar derapnya di telinga Asoka walau pemuda itu berdiri tidak begitu jauh dari mereka. Tadinya Eyang Reksadanu menyuruh Asoka menemui seorang guru spiritual sekaligus guru kanuragan pendekar didikan istana, tapi tiba-tiba tabib sepuh itu menyuruh Asoka menekan energinya seperti biasa. Berjalan menyusuri lorong kecil di ujung ruang latihan, Asoka semakin peka dengan suara dentingan antara dua tombak yang saling beradu. Pemuda itu sepertinya tidak tertarik melihat lelaki seusianya saling bertarung. 'Ini bukan tempat latihan yang aku ingin lihat. Mereka hanya berlatih kuda-kuda dasar. Aku ingin melihat yang lebih dari itu.' Pintu jati setinggi tiga meter terpampang di ujung lorong. Di tengahnya terdapat ukiran melati putih yang membuat Asoka kembali terhenyak, lantas berpikir, ke

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Pendekar Pedang Naga   Pangeran Pelupa

    Ruang latihan istana begitu luas, bahkan jauh lebih luas dari Tanah Kanuragan tempat pendekar lencana perak biasa berlatih. Dua minggu berada di istana Segoro Kidul, agaknya Asoka rindu suasana riuh bersama teman-temannya di asrama api merah.Terkadang dia menyendiri di kamar mewahnya, atau tiba-tiba mencari kayu bakar yang tergeletak di sekitar kamar Eyang Reksadanu demi bisa melihat api berkobar.Jika sudah puas mengobati rindu terhadap perguruannya sendiri, pemuda itu menawari Gatra apakah si gagak mau memakannya atau tidak. Gatra menggeleng, pertanda nafsu makannya sedang turun drastis. Asoka pun memadamkan api itu, berjaga agar penjaga istana tidak curiga dengan asap yang membumbung tinggi."Guru yakin tidak mau memakan api ini? Aku susah payah meminimalisir kadar asapnya, tapi Guru malah menolaknya mentah-mentah." Asoka menekuk bibirnya, memasang ekspresi sedih.Gatra tidak bisa berbuat banyak. "Api ini terlalu berbahaya jika masuk ke tubuhku yang m

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Pendekar Pedang Naga   Asoka Melanggar Kode Etik

    Tujuh pasang pendekar berbaris rapi, total empat belas orang berhadap-hadapan satu sama lain. Mereka adalah pendekar langit akhir yang dididik khusus untuk mewarisi Formasi Tujuh Teratai Putih milik Ki Sadikin.Raja Syailendra terus memantau perkembangan formasi itu, namun hari ini paduka raja harus absen karena diundang menghadiri perayaan penting di alun-alun kota. Terpaksa raja menyuruh anak bungsunya -adik kandung Pangeran Kundalini -menjadi pengawas latihan para pendekar khusus.Kehadiran si bungsu tidak bisa diketahui Asoka karena hampir semua orang di sana menggunakan pakaian sama, baik laki maupun perempuan. Asoka juga tidak tahu jenis kelamin anak bungsu Raja Syailendra.Mengikuti gerakan empat belas orang yang sedang berlatih tanding, seorang pertapa tua menghampirinya dengan mata memicing."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya pertapa itu.Hanya dengan melihat matanya saja, Asoka bisa merasakan aura membunuh yang sangat kuat, tapi tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28
  • Pendekar Pedang Naga    Terbiasa Mencari Masalah

    Asoka menatap tajam beberapa pasang mata yang sedang memandanginya. Dia tidak peduli meskipun harus dihukum lima pukulan dari lima pendekar terkuat di perguruan istana. Usai bersiap dengan kuda-kuda bertahan, ekspresi wajahnya tiba-tiba berubah. "Lima pukulan agaknya terlalu berat untukku," kata pemuda itu. "Akibatnya sangat fatal apabila tubuhku tidak kuat menahannya. Yang lebih buruknya lagi, beberapa organ dalamku bisa rusak karena mereka terlampau kuat, apalagi pertahananku hanya setingkat pendekar bumi awal." Tujuh pasang pendekar yang berlatih di tengah arena, segera menoleh ke arah Asoka, menghentikan sesi latihan formasinya sore ini. Salah satu di antaranya berjalan mendekat seraya membusungkan dada, menampakkan otot-ototnya yang bergelombang. Memang badannya kekar tegap berisi, namun Asoka tidak sedikitpun takut memandangnya. Dia adalah Tomina Jaya, pemimpin regu utama pendekar inti istana sekaligus yang dipasrahi untuk memimpin latihan Formasi Tujuh

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-28

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Naga   229. Gubuk Megah

    Kakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“

  • Pendekar Pedang Naga   228. Alas Lali Jiwo

    “Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi

  • Pendekar Pedang Naga   227. Berada di Alam Siluman

    Tidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd

  • Pendekar Pedang Naga   226. Siluman Aneh!

    Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m

  • Pendekar Pedang Naga   225. Jebakan

    Beberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da

  • Pendekar Pedang Naga   224. Akhir Dari Pertarungan

    Sebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon

  • Pendekar Pedang Naga   223. Asoka vs Raja Musang 3

    Para siluman anak buah Gandaru menahan tekanan tersebut. Beberapa dari mereka tumbang akibat tidak kuat menahannya. Sementara Ganang, dia menahannya dengan palu godam yang sama seperti milik kakaknya.“Sakit,” lirih Asoka saat badannya terdorong ke tanah.Gravitasi yang ditimbulkan sangatlah kuat. Selama hampir satu menit, dua siluman itu terus beradu. Hanya mereka berdua yang masih berdiri kokoh. Yang lainnya sudah dalam posisi bungkuk, duduk, dan bahkan ada yang pingsan.“Soka, kau bisa mendengar suaraku,” lirih Gatra dalam tubuh Asoka.“Benarkah itu kau, Guru?” Tanya Asoka kembali.“Entah aku harus senang atau sedih. Tapi tekanan energi ini merusak segel yang beberapa hari lalu dibentuk oleh si pertapa jenggot abu-abu.”“Maksudmu pertapa yang aku temui di gunung Welirang?”“Benar, Soka. Dia lah yang menyegelku dan membuatku tidak bisa membagi kekuatan denganmu. Aku s

  • Pendekar Pedang Naga   222. Asoka vs Raja Musang 2

    Gandaru mundur beberapa langkah. Dia mengambil jarak dari Ganang dan Danang. Tak lama, ujung dua ekornya mengeluarkan sinar merah seperti bola api.Puma merasa kalau tindakan rajanya terlalu gegabah. Jika Gandaru terpaksa melakukannya, maka hutan Arjuna yang merupakan rumah mereka akan terbakar.Melihat hal tersebut, jiwa pendekar Asoka bangkit. Dia ingin mendamaikan konflik antar dua lelembut dari dua tempat berbeda. Akan sangat beresiko memang, tapi Asoka harus melindungi keserasian hutan.Pemuda itu terlambat. Bola api di ujung ekor Gandaru sudah terlempar cepat ke arah Danang dan Ganang. Dua siluman kera Alas Lali Jiwo itu mengayunkan palu godamnya dan melemparkan bola api tadi ke atas.Seketika ledakan terjadi. Ada batuan panas yang membakar setiap yang dilaluinya. Asoka meloncat-loncat untuk menghindari batu panas tersebut. Dia pun tak sadar kalau para siluman yang sedang berseteru memandanginya dari jauh.“Ups, maaf. Aku hanya ingin me

  • Pendekar Pedang Naga   221. Asoka vs Raja Musang

    Asoka sudah berlari lebih dulu. Saking takutnya, dia tidak sengaja mengeluarkan ilmu meringankan tubuh. Karena itulah, beberapa penghuni hutan yang lain penasaran dan malah mengejar Asoka.Pemuda itu kini dikejar oleh belasan siluman penghuni hutan. Dua di antaranya adalah Danang dan Ganang. Karena para siluman merasa asing dengan keberadaan keduanya, terjadilah perdebatan sengit.“Bocah itu milik kami. Kau tidak berhak untuk menangkapnya!” Siluman musang ekor dua membentak Danang. “Suruh kembaranmu turun atau kami akan membunuhmu di sini!”Asoka mendengar bentakan keras. Bentakan tersebut membangunkan Gatra. Sang gagak terkejut dan sadar adanya tabrakan energi hitam yang cukup kuat. Nampaknya dua monyet kembar tadi setara dengan seorang pendekar tingkat langit.Karena penasaran, Asoka tidak langsung kabur. Dia menekan kuat-kuat tenaganya agar tidak terdeteksi oleh penghuni hutan yang lain.Saat perdebatan sengit terjadi, As

DMCA.com Protection Status