Hanya tersisa satu pedang lagi di dinding dan itu adalah pedang terakhir Dou Jin. Xiao Long menatap pedang di tangannya, bagaimana laki-laki itu memegang senjata seperti bagian dari tubuhnya sendiri. Bayangan sosok Dou Jin saat berdiri di tempat ini. Xiao Long tak yakin apakah Gurunya akan kembali lebih awal dari perkiraannya atau lebih lama.
Dia memutuskan berjalan ke arah danau. Tempat yang paling sering didatanginya untuk berlatih. Kakinya berhenti menapak saat mendengar derap langkah kaki, Han ikut keluar. Xiao Long pikir dia ingin ikut berlatih, hanya saja Han justru pergi ke arah berlawanan.
Han mungkin ingin berburu, pikir Xiao Long. Dia segera pergi ke tempat tujuan. Berlatih hingga awal pagi kembali tiba, semakin lama kemampuannya semakin meningkat, Xiao Long sempat terpikir seperti apa teknik keenam yang tak diajarkan Dou Jin.
Pasti ada satu cara agar dia bisa menguasai teknik paling terakhir itu. Selama ini semua yang diajarkan Dou Jin begitu be
Kekuatan air yang dimiliki Dou Jin berhasil menghentikan bara api yang membakar kuil, tetapi sama sekali tak memadamkan kemarahan di wajah laki-laki itu."Kau tahu apa yang kau perbuat?"Xiao Long menunduk dalam, dia tahu itu salahnya. Dia tidak tahu apa yang terjadi hingga tak ada lagi bunyi dari sekelompok penyerang tersebut. Selain bunyi dari kayu terbakar yang telah tersiram air, tak ada lagi bunyi di luar sana."Diammu tak akan menjawab pertanyaanku.""Aku tidak sengaja bertemu orang itu, mungkin aku telah mengusiknya sehingga mereka mengejarku kemari." Xiao Long semakin menunduk dalam, dia tahu menyembunyikan Han hanya akan menambah kekecewaan Dou Jin. Tapi dia tidak ingin melibatkan Han lagi setelah kepergiannya yang seenaknya saja. Xiao Long harus mencari Han, paling tidak untuk memukul kepalanya saja."Kau yakin tidak menyembunyikan sesuatu?" Nada interogasi itu membuat Xiao Long mulai bimbang."Aku membawa mereka kemari. Ini kesalaha
"Tidak akan."Mata Xiao Long lurus menatap Dou Jin, marah dan kecewa terlihat di kedua mata pekatnya. Namun itu sama sekali tak merubah hati Dou Jin, laki-laki itu sama sekali tak gentar. Bahkan jika akhir dari semua ini dia harus membunuh muridnya sendiri, Dou Jin tak akan ragu."Aku telah menetapkan tujuanku di awal. Untuk membunuhmu. Dengan caraku sendiri."Xiao Long mencabut pedang hitam yang tertancap di sebelahnya. Menghunus lurus tepat di depan Dou Jin, masih tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Bertahun-tahun berlatih di bawah bimbingan Dou Jin, dia tahu laki-laki itu sangat tulus. Kebaikan dan keramahannya masih terus membekas meskipun kini laki-laki itu memandangnya seperti seorang musuh."Jadi sasaran panahan Guru itu ... Boneka jerami itu adalah aku?""Zainan." Dou Jin menyela, Xiao Long teringat dengan tulisan kertas yang sempat dibacanya beberapa waktu lalu. "Artinya adalah bencana. Benar, kau tidak salah. Dengan
Dia tidak peduli apakah Xiao Long siap untuk hari ini dan hanya bertarung dengan Xiao Long selayaknya musuh.Xiao Long mengikuti irama pertarungan Dou Jin yang memiliki hawa berbahaya. Setiap detiknya bisa saja nyawanya direnggut oleh pedang tajam itu. Selama beberapa detik belum ada tanda-tanda penyerangan. Dou Jin masih membaca pergerakannya. Sementara Xiao Long bersiap dengan ketahanannya.Menghadapi Dou Jin dalam situasi antara hidup atau mati adalah marabahaya yang tak bisa dihindarinya. Xiao Long tak ingin membuat kesalahan kecil yang akan membuatnya terluka sangat hebat. Dou Jin tak akan segan-segan sekalinya Xiao Long menjatuhkan pedangnya.Menangkap kewaspadaan Xiao Long, Dou Jin sedikit terganggu. Dia melancarkan serangan pertama yang hanya mengenai angin kosong. Xiao Long tak menyambutnya dan masih mengambil gerakan menjauh.Langkah yang penuh hati-hati dan juga pertahanan kokoh itu membuat Dou Jin bertanya-tanya. Xiao Long ta
Xiao Long jatuh bersimpuh, darah terus mengalir di kedua sudut bibirnya. Namun cengkraman pada tangannya semakin menguat. Diangkatnya pedang tersebut tepat di depan wajah.Sementara Dou Jin perlahan membalikkan badan, melihat lawannya yang berlutut. Luka tebasan tadi cukup berat, baju dan tubuh Xiao Long terkoyak oleh ketajaman pedang miliknya. Sejauh ini Dou Jin belum mengeluarkan teknik khusus apa pun, karena dia yakin dapat membunuh Xiao Long dengan ayunan pedangnya.Melihat keputusasaan di wajah Xiao Long, Dou Jin melancarkan serangan tiba-tiba. Dalam satu sekali serangan yang diam tanpa suara, dia begitu yakin musuhnya akan langsung tumbang. Akan tetapi Xiao Long segera berbalik badan, membalaskan lesatan pedang yang menuju bagian lehernya.Kedua pedang saling bertemu menghasilkan percikan bunga api, suara deritan berlangsung cepat hingga akhirnya salah satu mata pedang terlempar di atas rumput berbatu.Xiao Long kembali jatuh, dia
Matanya menangkap bayangan seseorang di depannya. Dou Jin telah menunggunya, tatapannya tak pernah berubah."Hanya sampai di sana kemampuanmu, Xiao Long? Mana keberanianmu sebagai seorang petarung? Aku tak mengajarkanmu untuk menjadi seorang pengecut. Bangun, perlihatkan taringmu. Singa hanya bisa dikalahkan oleh singa." Dou Jin semakin tak terima saat melihat Xiao Long tak bergerak di tempatnya sama sekali sementara darah dari dadanya terus mengalir bersama aliran air sungai."Dan kau sama sekali bukan singa!""Aku memang bukan singa," balasnya. Menjadikan pedang hitam sebagai tumpuan agar bisa menarik tubuhnya ke atas tanah. "Aku hanya sampah yang ingin melawan takdirnya. Hentikan aku, maka aku beritahu padamu, kematian sangat tidak suka mendatangiku."Dou Jin melawan kata-kata Xiao Long, menghajarnya berulang kali. Memukulkan bilah pedang berkali-kali ke punggung Xiao Long yang kini tertelungkup tak berdaya. Kemarahan membara di kedua matanya. Pu
Xiao Long justru memilih menyerang tangan Dou Jin saat kesempatan satu-satunya datang.Serangan sebelumnya ternyata hanya untuk mengecoh Dou Jin, dirinya hanya menebas pohon. Dikarenakan kekuatan pedang hitam misterius yang berhasil menghalangi pandangannya.Dan sekarang belati telah menancap di telapak tangan Dou Jin, tembus hingga darah menetes cepat di sana. Membasahi batu-batu besar di bawahnya. Dia dapat melihat Xiao Long tepat di depannya. Tatapannya sangat kesepian."Aku tak ingin membunuhmu. Aku hanya ingin menghentikanmu."Dou Jin mencabut belati tersebut. Melakukan serangan mendadak. Menancapkan belati tersebut di perut Xiao Long.Untuk ke sekian kalinya luka fatal tersebut membuat Xiao Long nyaris kehilangan kesadaran. Dia telah kehilangan terlalu banyak darah. Dengan sisa-sisa kesadarannya, Xiao Long berucap."Apakah ... Gurumu menghendaki ini?" Dia memuntahkan darah kembali, dengan napas tersendat yang terdengar sangat menya
Kedua pasang mata Dou Jin kini sepenuhnya hitam. Teknik keenam; Mata Terkutuk yang lahir dari sebuah keputusasaan seorang pemimpin klan. Teknik itu tergantung pada si penggunanya sendiri. Dan Xiao Long tak sengaja menatap mata itu, membuat sekujur tubuhnya seolah-olah ditikam ribuan jarum panas beracun.Dia terjatuh, merangkak kesakitan, mengerang sejadi-jadinya menahan sekarat tanpa ampun yang terus menggerogoti. Mata tersebut adalah satu-satunya peninggalan serta warisan klan Dou asli. Klan berbahaya yang ditakuti di kedua Kekaisaran. Tak ada yang tahu kepada siapa Klan Dou bertuan. Namun, melihat apa yang dilakukan Dou Jin saat ini, jelas Klan Dou telah memilih berpihak kepada Kekaisaran Qing dengan mengabdi menjadi salah satu dari Sepuluh Terkuat.Gelar Empat Terkuat bukan hanya didapatkannya dengan teknik dan cara bertarung, melainkan sesuatu yang spesial dalam dirinya. Kaisar memberikannya poisis yang cukup tinggi demi menjalin hubungan baik dengan klan mereka. N
"Ini ..." Xiao Long memutar pandangannya, melihat sebuah kota kumuh yang padat oleh lalu lalang manusia, gerobak, prajurit dan juga para pendekar. Jalannya yang becek akibat hujan semalam tak membuat aktivitas berhenti. Tempat ini sangat jauh berbeda dengan desa di mana Xiao Long tinggal dulu."Ini kota, kawan." Dengan mudahnya Han melanjutkan. "Nasib buruk kau masih hidup. Hidup di Kekaisaran ini sebagai rakyat biasa tak lebih dari menjadi sapi perah yang hanya diberi makan satu helai rumput. Kau mengerti maksudku, bukan?"Dia menunjuk pada segerombolan anak muda yang berpakaian lengkap. Zirah dan senjata yang diangkat di depan dada. Berjalan serempak dalam barisan. Sementara para rakyat biasa menunduk saat mereka lewat. Anak kecil yang tak tahu apa-apa berjalan di hadapan mereka dengan kekaguman. Namun para prajurit itu tak menghentikan langkah dan menginjak anak kecil seperti tak pernah melihatnya."Mereka kejam."Han mengangguk sembari mun