Home / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 62 - Sosok Asing

Share

Ch. 62 - Sosok Asing

Author: Fii
last update Last Updated: 2021-12-13 23:31:04

Saat Xiao Long membuka matanya, Dou Jin telah pergi ke seberang. Berdiri di atas batu yang terletak di tengah air.

"Aku akan menunggumu selagi kau memulihkan diri."

***

Seperti kata Dou Jin, setelah satu bulan dia akan kembali untuk panggilan tugasnya. Meninggalkan Xiao Long berlatih teknik kelima sendirian. 

Teknik kelima sendiri dinamai 'Tangan-tangan Setan'. Seperti namanya teknik ini mewujudkan sebuah kekuatan menjadi bentuk tangan dengan kuku yang begitu tajam. Dalam pertarungan jarak dekat, jurus ini sangat berguna untuk mengunci pergerakan musuh. Juga untuk bertahan dari serangan dari berbagai sisi. Xiao Long berhasil berdiri di atas permukaan air sungai yang begitu deras. Dia tidak bisa melepaskan fokusnya walau hanya sedetik.

Karena jika itu terjadi maka dia akan jatuh ke air yang langsung membawanya jatuh ke dasar air terjun. Dou Jin mengamati dari pinggir sungai. Perlahan demi perlahan sepuluh tangan bermunculan, dia tahu Xiao L

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mirles
siapakah bocah itu? musuhkah atau temankah?!
goodnovel comment avatar
Grace Aprilia Sobandi
bocah itu mungkin musuh yg d maksud guru nya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 63 - Han

    Keheningan di antara keduanya seketika lenyap saat sosok itu berbicara lebih dulu, "Apa kau mau berbagi ikan itu?"Xiao Long tersenyum, lalu tertawa sekilas. "Tentu saja, kemarilah."Dia menepuk-nepuk tanah di sampingnya. Dengan telapak tangannya, Xiao Long sudah bisa menghidupkan api dengan kekuatannya saja tanpa harus bersusah payah.Tangannya masih membakar ikan tersebut sembari mengajak orang itu berbicara. "Sepertinya aku tidak pernah melihatmu di sini," jelasnya."Aku orang desa seberang.""Benarkah? Guru bilang sedang terjadi kebakaran di sana. Kau tersesat? Orang tuamu mana?"Pertanyaan beruntun itu membuat sosok itu terdiam, Xiao Long meringis canggung. "Haha, maafkan aku terlalu bersemangat saat melihat orang seumuranku.""Si Paling Bersemangat."Xiao Long menoleh, sosok itu sedang menertawainya. Dia ikut tertawa, menertawai dirinya sendiri."Hei, namamu siapa?" tanya Xiao Long sembari menyodork

    Last Updated : 2021-12-13
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 64 - Kota yang Terbakar

    "Han bodoh!" Xiao Long keluar dari persembunyiannya, melihat Han diserang ratusan lebah di waktu yang bersamaan. Beruntung saja Han bisa melarikan diri dan langsung kabur.Mereka berdua berlari sejauh mungkin hingga lebah itu tak lagi mengejar hingga tiba di sebuah batas kota yang pernah Han ceritakan.Kota itu terlihat hancur, bangunan tinggi dan beberapa kuil masih berasap. Aroma darah dan abu menusuk hidung keduanya, terdengar juga bunyi lalat-lalat pengerubung mayat di ujung jalan.Han masih terlihat biasa saja. Berbeda dengan Xiao Long, puluhan hingga ratusan rumah hancur dan dia tidak tahu apa yang terjadi di sana. Han terkejut, menarik Xiao Long bersembunyi di balik tembok di mana sekelompok orang tengah menyelidiki tempat tersebut."Hei, kau tahu ada apa dengan kota ini?""Kaisar membakarnya karena walikota membangkang. Aku tidak tahu bagaimana jelasnya, yang pasti Kaisar Yin sangat kejam. Dia tidak akan segan-segan walaupun seribu nyaw

    Last Updated : 2021-12-13
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 65 - Pedang Terakhir

    Hanya tersisa satu pedang lagi di dinding dan itu adalah pedang terakhir Dou Jin. Xiao Long menatap pedang di tangannya, bagaimana laki-laki itu memegang senjata seperti bagian dari tubuhnya sendiri. Bayangan sosok Dou Jin saat berdiri di tempat ini. Xiao Long tak yakin apakah Gurunya akan kembali lebih awal dari perkiraannya atau lebih lama.Dia memutuskan berjalan ke arah danau. Tempat yang paling sering didatanginya untuk berlatih. Kakinya berhenti menapak saat mendengar derap langkah kaki, Han ikut keluar. Xiao Long pikir dia ingin ikut berlatih, hanya saja Han justru pergi ke arah berlawanan.Han mungkin ingin berburu, pikir Xiao Long. Dia segera pergi ke tempat tujuan. Berlatih hingga awal pagi kembali tiba, semakin lama kemampuannya semakin meningkat, Xiao Long sempat terpikir seperti apa teknik keenam yang tak diajarkan Dou Jin.Pasti ada satu cara agar dia bisa menguasai teknik paling terakhir itu. Selama ini semua yang diajarkan Dou Jin begitu be

    Last Updated : 2021-12-13
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 66 - Kebenaran yang Menyakitkan

    Kekuatan air yang dimiliki Dou Jin berhasil menghentikan bara api yang membakar kuil, tetapi sama sekali tak memadamkan kemarahan di wajah laki-laki itu."Kau tahu apa yang kau perbuat?"Xiao Long menunduk dalam, dia tahu itu salahnya. Dia tidak tahu apa yang terjadi hingga tak ada lagi bunyi dari sekelompok penyerang tersebut. Selain bunyi dari kayu terbakar yang telah tersiram air, tak ada lagi bunyi di luar sana."Diammu tak akan menjawab pertanyaanku.""Aku tidak sengaja bertemu orang itu, mungkin aku telah mengusiknya sehingga mereka mengejarku kemari." Xiao Long semakin menunduk dalam, dia tahu menyembunyikan Han hanya akan menambah kekecewaan Dou Jin. Tapi dia tidak ingin melibatkan Han lagi setelah kepergiannya yang seenaknya saja. Xiao Long harus mencari Han, paling tidak untuk memukul kepalanya saja."Kau yakin tidak menyembunyikan sesuatu?" Nada interogasi itu membuat Xiao Long mulai bimbang."Aku membawa mereka kemari. Ini kesalaha

    Last Updated : 2021-12-22
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 67 - Tanpa Belas Kasih

    "Tidak akan."Mata Xiao Long lurus menatap Dou Jin, marah dan kecewa terlihat di kedua mata pekatnya. Namun itu sama sekali tak merubah hati Dou Jin, laki-laki itu sama sekali tak gentar. Bahkan jika akhir dari semua ini dia harus membunuh muridnya sendiri, Dou Jin tak akan ragu."Aku telah menetapkan tujuanku di awal. Untuk membunuhmu. Dengan caraku sendiri."Xiao Long mencabut pedang hitam yang tertancap di sebelahnya. Menghunus lurus tepat di depan Dou Jin, masih tak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Bertahun-tahun berlatih di bawah bimbingan Dou Jin, dia tahu laki-laki itu sangat tulus. Kebaikan dan keramahannya masih terus membekas meskipun kini laki-laki itu memandangnya seperti seorang musuh."Jadi sasaran panahan Guru itu ... Boneka jerami itu adalah aku?""Zainan." Dou Jin menyela, Xiao Long teringat dengan tulisan kertas yang sempat dibacanya beberapa waktu lalu. "Artinya adalah bencana. Benar, kau tidak salah. Dengan

    Last Updated : 2021-12-22
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 68 - Sang Empat Terkuat

    Dia tidak peduli apakah Xiao Long siap untuk hari ini dan hanya bertarung dengan Xiao Long selayaknya musuh.Xiao Long mengikuti irama pertarungan Dou Jin yang memiliki hawa berbahaya. Setiap detiknya bisa saja nyawanya direnggut oleh pedang tajam itu. Selama beberapa detik belum ada tanda-tanda penyerangan. Dou Jin masih membaca pergerakannya. Sementara Xiao Long bersiap dengan ketahanannya.Menghadapi Dou Jin dalam situasi antara hidup atau mati adalah marabahaya yang tak bisa dihindarinya. Xiao Long tak ingin membuat kesalahan kecil yang akan membuatnya terluka sangat hebat. Dou Jin tak akan segan-segan sekalinya Xiao Long menjatuhkan pedangnya.Menangkap kewaspadaan Xiao Long, Dou Jin sedikit terganggu. Dia melancarkan serangan pertama yang hanya mengenai angin kosong. Xiao Long tak menyambutnya dan masih mengambil gerakan menjauh.Langkah yang penuh hati-hati dan juga pertahanan kokoh itu membuat Dou Jin bertanya-tanya. Xiao Long ta

    Last Updated : 2021-12-22
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 69 - Merangkak dari Kematian

    Xiao Long jatuh bersimpuh, darah terus mengalir di kedua sudut bibirnya. Namun cengkraman pada tangannya semakin menguat. Diangkatnya pedang tersebut tepat di depan wajah.Sementara Dou Jin perlahan membalikkan badan, melihat lawannya yang berlutut. Luka tebasan tadi cukup berat, baju dan tubuh Xiao Long terkoyak oleh ketajaman pedang miliknya. Sejauh ini Dou Jin belum mengeluarkan teknik khusus apa pun, karena dia yakin dapat membunuh Xiao Long dengan ayunan pedangnya.Melihat keputusasaan di wajah Xiao Long, Dou Jin melancarkan serangan tiba-tiba. Dalam satu sekali serangan yang diam tanpa suara, dia begitu yakin musuhnya akan langsung tumbang. Akan tetapi Xiao Long segera berbalik badan, membalaskan lesatan pedang yang menuju bagian lehernya.Kedua pedang saling bertemu menghasilkan percikan bunga api, suara deritan berlangsung cepat hingga akhirnya salah satu mata pedang terlempar di atas rumput berbatu.Xiao Long kembali jatuh, dia

    Last Updated : 2021-12-22
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 70 - Jiwa yang Rapuh

    Matanya menangkap bayangan seseorang di depannya. Dou Jin telah menunggunya, tatapannya tak pernah berubah."Hanya sampai di sana kemampuanmu, Xiao Long? Mana keberanianmu sebagai seorang petarung? Aku tak mengajarkanmu untuk menjadi seorang pengecut. Bangun, perlihatkan taringmu. Singa hanya bisa dikalahkan oleh singa." Dou Jin semakin tak terima saat melihat Xiao Long tak bergerak di tempatnya sama sekali sementara darah dari dadanya terus mengalir bersama aliran air sungai."Dan kau sama sekali bukan singa!""Aku memang bukan singa," balasnya. Menjadikan pedang hitam sebagai tumpuan agar bisa menarik tubuhnya ke atas tanah. "Aku hanya sampah yang ingin melawan takdirnya. Hentikan aku, maka aku beritahu padamu, kematian sangat tidak suka mendatangiku."Dou Jin melawan kata-kata Xiao Long, menghajarnya berulang kali. Memukulkan bilah pedang berkali-kali ke punggung Xiao Long yang kini tertelungkup tak berdaya. Kemarahan membara di kedua matanya. Pu

    Last Updated : 2021-12-22

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status