Dia tidak peduli apakah Xiao Long siap untuk hari ini dan hanya bertarung dengan Xiao Long selayaknya musuh.
Xiao Long mengikuti irama pertarungan Dou Jin yang memiliki hawa berbahaya. Setiap detiknya bisa saja nyawanya direnggut oleh pedang tajam itu. Selama beberapa detik belum ada tanda-tanda penyerangan. Dou Jin masih membaca pergerakannya. Sementara Xiao Long bersiap dengan ketahanannya.
Menghadapi Dou Jin dalam situasi antara hidup atau mati adalah marabahaya yang tak bisa dihindarinya. Xiao Long tak ingin membuat kesalahan kecil yang akan membuatnya terluka sangat hebat. Dou Jin tak akan segan-segan sekalinya Xiao Long menjatuhkan pedangnya.
Menangkap kewaspadaan Xiao Long, Dou Jin sedikit terganggu. Dia melancarkan serangan pertama yang hanya mengenai angin kosong. Xiao Long tak menyambutnya dan masih mengambil gerakan menjauh.
Langkah yang penuh hati-hati dan juga pertahanan kokoh itu membuat Dou Jin bertanya-tanya. Xiao Long ta
Xiao Long jatuh bersimpuh, darah terus mengalir di kedua sudut bibirnya. Namun cengkraman pada tangannya semakin menguat. Diangkatnya pedang tersebut tepat di depan wajah.Sementara Dou Jin perlahan membalikkan badan, melihat lawannya yang berlutut. Luka tebasan tadi cukup berat, baju dan tubuh Xiao Long terkoyak oleh ketajaman pedang miliknya. Sejauh ini Dou Jin belum mengeluarkan teknik khusus apa pun, karena dia yakin dapat membunuh Xiao Long dengan ayunan pedangnya.Melihat keputusasaan di wajah Xiao Long, Dou Jin melancarkan serangan tiba-tiba. Dalam satu sekali serangan yang diam tanpa suara, dia begitu yakin musuhnya akan langsung tumbang. Akan tetapi Xiao Long segera berbalik badan, membalaskan lesatan pedang yang menuju bagian lehernya.Kedua pedang saling bertemu menghasilkan percikan bunga api, suara deritan berlangsung cepat hingga akhirnya salah satu mata pedang terlempar di atas rumput berbatu.Xiao Long kembali jatuh, dia
Matanya menangkap bayangan seseorang di depannya. Dou Jin telah menunggunya, tatapannya tak pernah berubah."Hanya sampai di sana kemampuanmu, Xiao Long? Mana keberanianmu sebagai seorang petarung? Aku tak mengajarkanmu untuk menjadi seorang pengecut. Bangun, perlihatkan taringmu. Singa hanya bisa dikalahkan oleh singa." Dou Jin semakin tak terima saat melihat Xiao Long tak bergerak di tempatnya sama sekali sementara darah dari dadanya terus mengalir bersama aliran air sungai."Dan kau sama sekali bukan singa!""Aku memang bukan singa," balasnya. Menjadikan pedang hitam sebagai tumpuan agar bisa menarik tubuhnya ke atas tanah. "Aku hanya sampah yang ingin melawan takdirnya. Hentikan aku, maka aku beritahu padamu, kematian sangat tidak suka mendatangiku."Dou Jin melawan kata-kata Xiao Long, menghajarnya berulang kali. Memukulkan bilah pedang berkali-kali ke punggung Xiao Long yang kini tertelungkup tak berdaya. Kemarahan membara di kedua matanya. Pu
Xiao Long justru memilih menyerang tangan Dou Jin saat kesempatan satu-satunya datang.Serangan sebelumnya ternyata hanya untuk mengecoh Dou Jin, dirinya hanya menebas pohon. Dikarenakan kekuatan pedang hitam misterius yang berhasil menghalangi pandangannya.Dan sekarang belati telah menancap di telapak tangan Dou Jin, tembus hingga darah menetes cepat di sana. Membasahi batu-batu besar di bawahnya. Dia dapat melihat Xiao Long tepat di depannya. Tatapannya sangat kesepian."Aku tak ingin membunuhmu. Aku hanya ingin menghentikanmu."Dou Jin mencabut belati tersebut. Melakukan serangan mendadak. Menancapkan belati tersebut di perut Xiao Long.Untuk ke sekian kalinya luka fatal tersebut membuat Xiao Long nyaris kehilangan kesadaran. Dia telah kehilangan terlalu banyak darah. Dengan sisa-sisa kesadarannya, Xiao Long berucap."Apakah ... Gurumu menghendaki ini?" Dia memuntahkan darah kembali, dengan napas tersendat yang terdengar sangat menya
Kedua pasang mata Dou Jin kini sepenuhnya hitam. Teknik keenam; Mata Terkutuk yang lahir dari sebuah keputusasaan seorang pemimpin klan. Teknik itu tergantung pada si penggunanya sendiri. Dan Xiao Long tak sengaja menatap mata itu, membuat sekujur tubuhnya seolah-olah ditikam ribuan jarum panas beracun.Dia terjatuh, merangkak kesakitan, mengerang sejadi-jadinya menahan sekarat tanpa ampun yang terus menggerogoti. Mata tersebut adalah satu-satunya peninggalan serta warisan klan Dou asli. Klan berbahaya yang ditakuti di kedua Kekaisaran. Tak ada yang tahu kepada siapa Klan Dou bertuan. Namun, melihat apa yang dilakukan Dou Jin saat ini, jelas Klan Dou telah memilih berpihak kepada Kekaisaran Qing dengan mengabdi menjadi salah satu dari Sepuluh Terkuat.Gelar Empat Terkuat bukan hanya didapatkannya dengan teknik dan cara bertarung, melainkan sesuatu yang spesial dalam dirinya. Kaisar memberikannya poisis yang cukup tinggi demi menjalin hubungan baik dengan klan mereka. N
"Ini ..." Xiao Long memutar pandangannya, melihat sebuah kota kumuh yang padat oleh lalu lalang manusia, gerobak, prajurit dan juga para pendekar. Jalannya yang becek akibat hujan semalam tak membuat aktivitas berhenti. Tempat ini sangat jauh berbeda dengan desa di mana Xiao Long tinggal dulu."Ini kota, kawan." Dengan mudahnya Han melanjutkan. "Nasib buruk kau masih hidup. Hidup di Kekaisaran ini sebagai rakyat biasa tak lebih dari menjadi sapi perah yang hanya diberi makan satu helai rumput. Kau mengerti maksudku, bukan?"Dia menunjuk pada segerombolan anak muda yang berpakaian lengkap. Zirah dan senjata yang diangkat di depan dada. Berjalan serempak dalam barisan. Sementara para rakyat biasa menunduk saat mereka lewat. Anak kecil yang tak tahu apa-apa berjalan di hadapan mereka dengan kekaguman. Namun para prajurit itu tak menghentikan langkah dan menginjak anak kecil seperti tak pernah melihatnya."Mereka kejam."Han mengangguk sembari mun
"Merasa hebatkah kau sekarang?" Samar, terdengar ringisan perih dari mulutnya. "Orang yang kau bela pun mungkin baru saja mencuri barang orang lain," ledeknya. Dia pingsan dengan kepala berdarah-darah. Dari ujung jalan terlihat Han mengintai, dia datang saat Xiao Long berhasil mendapatkan sekantong uang. Tak begitu banyak, tapi mungkin sangat berharga bagi pemiliknya.Keduanya berjalan menyusuri pinggir jalan, menemukan gadis tadi yang masih menunggu di tempat sama. Menyadari kehadiran mereka dia kembali berdiri, menatap Xiao Long lamat-lamat."Ini milikmu." Saat Xiao Long menyerahkan kantong uang itu dia tersenyum, menunduk pelan."Terima kasih."Lepas itu keduanya saling menatap, di tengah keramaian jalanan sangat sempit. Gadis itu jalan di tengah-tengah mereka dengan sopan. Han sempat terpana. Di balik untaian rambut lurus yang terlihat tidak terurus, gadis itu memiliki rupa yang menawan. Terlalu terhanyut dengan pikirannya sendiri Han sampai
Detik-detik keheningan berlangsung agak lama, salah satu prajurit mengeluarkan pedang bersiap menghabisi keduanya. Han bergerak lincah menghindar saat satu serangan masuk, disusul oleh gelombang para prajurit yang seketika mengerubungi mereka. Sementara Xiao Long menghadapi mereka satu per satu.Tak disangka kekuatan para prajurit ini jauh dari dugaannya, mereka benar-benar dilatih untuk medan perang yang sebenarnya. Tak satu pun dari mereka seorang pemula. Setiap kali Xiao Long melepaskan tebasan, pedangnya hanya memotong udara. Mereka menghindar dan membaca pergerakan Xiao Long begitu cepat. Dengan jumlah kalah saing dengan musuh, dua remaja itu tak akan sanggup menghadapi belasan laki-laki dewasa sekaligus.Xiao Long berhasil menyepak kepala salah satu prajurit hingga tubuhnya jatuh, tanpa belas kasih dia segera menindih punggungnya dengan lutut. Menarik kepala laki-laki itu dan memenggalnya di hadapan para prajurit."Apa-apaan ..." Tak hanya satu dua orang y
Han menyikut pinggang Xiao Long, seperti biasa menggerakkan kepalanya ke samping. "Apa lagi yang kau tunggu? Kita sikat mereka semua.""Kau bagian bicara, aku bagian kerjanya. Menyebalkan."Han tertawa geli. "Hei, hanya perkara itu saja kau tersulut emosi?""Kau diam saja atau kutampar muka jelekmu itu." Xiao Long berdalih menoleh pada laki-laki tua. "Kakek tunggulah sebentar di sini. Kami akan kembali."Laki-laki itu tak mengiyakan, dia hendak menahan tapi dua orang itu sudah hengkang dari hadapannya. Tak sampai setengah jam kemudian keduanya kembali, membawa sebuah kalung dengan hiasan mutiara kecil. Selebihnya ada beberapa belati berharga serta koin-koin perak yang disimpan di dalam kain lusuh."Ini milikmu." Han memberikan lebih banyak dari apa yang seharusnya dimiliki kakek itu. Senjata dan juga koin-koin perak tersebut bukanlah miliknya."Kalian tidak seharusnya mengambil ini dari mereka ..." Kalimatnya tertahan-tahan, tak berani