"Ini kota, kawan." Dengan mudahnya Han melanjutkan. "Nasib buruk kau masih hidup. Hidup di Kekaisaran ini sebagai rakyat biasa tak lebih dari menjadi sapi perah yang hanya diberi makan satu helai rumput. Kau mengerti maksudku, bukan?"
Dia menunjuk pada segerombolan anak muda yang berpakaian lengkap. Zirah dan senjata yang diangkat di depan dada. Berjalan serempak dalam barisan. Sementara para rakyat biasa menunduk saat mereka lewat. Anak kecil yang tak tahu apa-apa berjalan di hadapan mereka dengan kekaguman. Namun para prajurit itu tak menghentikan langkah dan menginjak anak kecil seperti tak pernah melihatnya.
"Mereka kejam."
Han mengangguk sembari mun
"Merasa hebatkah kau sekarang?" Samar, terdengar ringisan perih dari mulutnya. "Orang yang kau bela pun mungkin baru saja mencuri barang orang lain," ledeknya. Dia pingsan dengan kepala berdarah-darah. Dari ujung jalan terlihat Han mengintai, dia datang saat Xiao Long berhasil mendapatkan sekantong uang. Tak begitu banyak, tapi mungkin sangat berharga bagi pemiliknya.Keduanya berjalan menyusuri pinggir jalan, menemukan gadis tadi yang masih menunggu di tempat sama. Menyadari kehadiran mereka dia kembali berdiri, menatap Xiao Long lamat-lamat."Ini milikmu." Saat Xiao Long menyerahkan kantong uang itu dia tersenyum, menunduk pelan."Terima kasih."Lepas itu keduanya saling menatap, di tengah keramaian jalanan sangat sempit. Gadis itu jalan di tengah-tengah mereka dengan sopan. Han sempat terpana. Di balik untaian rambut lurus yang terlihat tidak terurus, gadis itu memiliki rupa yang menawan. Terlalu terhanyut dengan pikirannya sendiri Han sampai
Detik-detik keheningan berlangsung agak lama, salah satu prajurit mengeluarkan pedang bersiap menghabisi keduanya. Han bergerak lincah menghindar saat satu serangan masuk, disusul oleh gelombang para prajurit yang seketika mengerubungi mereka. Sementara Xiao Long menghadapi mereka satu per satu.Tak disangka kekuatan para prajurit ini jauh dari dugaannya, mereka benar-benar dilatih untuk medan perang yang sebenarnya. Tak satu pun dari mereka seorang pemula. Setiap kali Xiao Long melepaskan tebasan, pedangnya hanya memotong udara. Mereka menghindar dan membaca pergerakan Xiao Long begitu cepat. Dengan jumlah kalah saing dengan musuh, dua remaja itu tak akan sanggup menghadapi belasan laki-laki dewasa sekaligus.Xiao Long berhasil menyepak kepala salah satu prajurit hingga tubuhnya jatuh, tanpa belas kasih dia segera menindih punggungnya dengan lutut. Menarik kepala laki-laki itu dan memenggalnya di hadapan para prajurit."Apa-apaan ..." Tak hanya satu dua orang y
Han menyikut pinggang Xiao Long, seperti biasa menggerakkan kepalanya ke samping. "Apa lagi yang kau tunggu? Kita sikat mereka semua.""Kau bagian bicara, aku bagian kerjanya. Menyebalkan."Han tertawa geli. "Hei, hanya perkara itu saja kau tersulut emosi?""Kau diam saja atau kutampar muka jelekmu itu." Xiao Long berdalih menoleh pada laki-laki tua. "Kakek tunggulah sebentar di sini. Kami akan kembali."Laki-laki itu tak mengiyakan, dia hendak menahan tapi dua orang itu sudah hengkang dari hadapannya. Tak sampai setengah jam kemudian keduanya kembali, membawa sebuah kalung dengan hiasan mutiara kecil. Selebihnya ada beberapa belati berharga serta koin-koin perak yang disimpan di dalam kain lusuh."Ini milikmu." Han memberikan lebih banyak dari apa yang seharusnya dimiliki kakek itu. Senjata dan juga koin-koin perak tersebut bukanlah miliknya."Kalian tidak seharusnya mengambil ini dari mereka ..." Kalimatnya tertahan-tahan, tak berani
"Dia sudah mencuri uangku."Luo Binghe tertegun, sorot matanya yang sayu berganti ke tempat di mana cucu perempuannya berada. Han melepaskan cengkeramannya, membuat gadis itu nyaris jatuh."Apa itu benar, Ling'er?"Luo Ling tak berani menjawab. Dia urung melihat kakek yang pasti marah besar. Matanya hanya berani melihat ke arah Xiao Long."Itu tidak benar, Han, kau pasti salah orang." Xiao Long membela Luo Ling. Gadis itu menatap tak percaya, sedangkan bibirnya kelu. Padahal apa yang dikatakan Han benar, dia adalah pencuri itu. Setelah Xiao Long menolongnya, Luo Ling mencuri barang mereka."Tapi-" Han mendengkus, giginya menyatu rapat. Xiao Long memberikan tatapan seolah-olah menyuruhnya bungkam. Han memejamkan mata, mendecakkan lidah. "Sepertinya aku salah orang."Luo Binghe menarik napas lega. Dia tak bisa mempercayai cucunya berbuat demikian. Lagipula pamannya di sana tidak akan membiarkan Luo Ling mencuri.
Pintu didobrak kasar beriringan dengan suara bentakan keras yang sontak membuat mereka berempat berdiri. Luo Binghe menahan Xiao Long dan Han yang hendak pergi ke arah pintu. Merasa ada yang tidak beres di depan sana, Luo Binghe merasa mengenali suara itu. Tanpa mereka bertiga sadari, Luo Ling telah hilang dari tengah ruangan. Melarikan diri.Saat Luo Binghe membuka pintu dia nyaris terkena tendangan keras, Xiao Long maju di depan. Marah."Ada perlu apa?""Di mana Luo Ling?" Raut wajahnya amat mengerikan, tidak berniat berbasa-basi lagi dia segera merangsek maju ke dalam rumah. Memeriksa sekitar sambil menggeram. "Dia kabur, kalian, tangkap dia sampai dapat!" perintah orang itu pada bawahannya dengan suara membentak, masih dalam keterkejutan yang sama Luo Binghe bertanya. Namun suaranya lebih terdengar seperti gumaman."Kau ... Kau pamannya Ling'er, apa maksudmu melakukan ini?""Dia melarikan diri dari tanggungjawabnya!""Tanggung jawab
Dalam waktu dekat, ada begitu banyak orang datang ke rumahnya untuk menagih utang.Luo Ling terpaksa mencuri untuk melunasi semua utang pamannya agar dia tak dijual ke rumah hiburan. Hingga akhirnya Luo Ling memutuskan untuk kembali pada Kakeknya, pamannya masih tetap mengejarnya. Bahkan menampakkan langsung wajah aslinya."Jadi semua itu benar?"Luo Ling masih tetap menunduk. Raut wajah bersalah tampak di wajahnya yang begitu putih."Han, apa yang kau katakan itu benar? Cucuku sudah mencuri uang kalian?""Tidak perlu dipermasalahkan lagi." Han membuang muka, Luo Binghe merasa malu tak bisa mendidik Luo Ling dengan baik. Cucunya itu dibesarkan dengan ajaran yang baik-baik dan sekarang tumbuh tak lebih seperti seorang penjahat."Ling'er, kau tahu dua orang ini sudah membantuku saat dirampok sekelompok penjahat?"Luo Ling masih terus diam. Mengingat mereka juga melakukan hal yang sama saat uangnya diamb
"Baiklah, Tuan Xiao yang amat sangat tampan. Bisakah kau singkirkan tikus itu untukku?""Baru kali ini ada yang memujiku tampan. Laki-laki pula." Gerutuan Xiao Long sama sekali tidak dipedulikan Han yang ketakutan setengah mati saat tikus itu berlari ke arah pintu dapur.Setelah tikus itu pergi Luo Ling memungut sisa kendi yang telah berserakan. Han merasa bersalah, memang dia yang menjatuhkan kendi itu. Dia membantu Luo Ling meskipun enggan, Xiao Long bernapas lega. Namun senyumnya tak bertahan lama sebab dari kejauhan terdengar suara gaduh yang menggema di balai-balai dekat gerbang kampung.Dari sana seseorang datang membawa rombongan, mengumpulkan orang-orang yang saling berbagi tatapan bingung. Tak tahu-menahu apa yang sedang terjadi di sana.Laki-laki itu adalah orang yang semalam hendak menangkap Luo Ling. Xiao Long mengepalkan tangan, melihat Luo Ling mengintip di dekat pintu, wajahnya pucat pasi. Sementara Han menyusul di halaman semba
Han menyeret Luo Binghe dan cucunya keluar dari rumah yang sudah separuh terbakar meninggalkan Xiao Long dan musuhnya di dalam. Anak buah laki-laki itu terus mengejar Luo Ling, Han terpaksa membawa kabur gadis itu untuk sementara waktu hingga Xiao Long berhasil membereskan yang di dalam.Tiang-tiang kayu berapi jatuh di atas kepala mereka, Xiao Long memandang waspada pada musuh. "Apa maksudmu membawa orang tuaku? Memang kau tahu mereka siapa?""Ya, aku tahu. Karena dia mengatakan bahwa klanmu adalah klan yang sangat berbahaya dan harus dimusnahkan."Terkejut, Xiao Long menjawab cepat. "Kau tahu sesuatu tentang ayah ibuku-?" Wajahnya ragu saat melihat lawan mencebik, seolah-olah enggan memberi tahunya sesuatu."Siapa yang memberitahumu? Dan apa yang kalian sembunyikan dariku?""Kau bahkan tak tahu-menahu tentang kedua orangtuamu, heh?"Kenyataan itu benar adanya. Kematian kedua orangtuanya begitu cepat terjadi. Xiao Qizuan tak per
Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert
Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah
Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d
Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un
"Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel
Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan
Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak
Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb
Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu