Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 79 - Kemarahan Luo Binghe

Share

Ch. 79 - Kemarahan Luo Binghe

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-24 15:35:08

 Dalam waktu dekat, ada begitu banyak orang datang ke rumahnya untuk menagih utang. 

Luo Ling terpaksa mencuri untuk melunasi semua utang pamannya agar dia tak dijual ke rumah hiburan. Hingga akhirnya Luo Ling memutuskan untuk kembali pada Kakeknya, pamannya masih tetap mengejarnya. Bahkan menampakkan langsung wajah aslinya.

"Jadi semua itu benar?" 

Luo Ling masih tetap menunduk. Raut wajah bersalah tampak di wajahnya yang begitu putih. 

"Han, apa yang kau katakan itu benar? Cucuku sudah mencuri uang kalian?"

"Tidak perlu dipermasalahkan lagi." Han membuang muka, Luo Binghe merasa malu tak bisa mendidik Luo Ling dengan baik. Cucunya itu dibesarkan dengan ajaran yang baik-baik dan sekarang tumbuh tak lebih seperti seorang penjahat. 

"Ling'er, kau tahu dua orang ini sudah membantuku saat dirampok sekelompok penjahat?"

Luo Ling masih terus diam. Mengingat mereka juga melakukan hal yang sama saat uangnya diamb

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mirles
ternyata tikus toh..,. kirain HN perang sama Luo Ling
goodnovel comment avatar
Ichwan Sulaiman
kenapa suda dua kali dobel apa memang bedituyah..?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 80 - Tuduhan dan Kenyataan

    "Baiklah, Tuan Xiao yang amat sangat tampan. Bisakah kau singkirkan tikus itu untukku?""Baru kali ini ada yang memujiku tampan. Laki-laki pula." Gerutuan Xiao Long sama sekali tidak dipedulikan Han yang ketakutan setengah mati saat tikus itu berlari ke arah pintu dapur.Setelah tikus itu pergi Luo Ling memungut sisa kendi yang telah berserakan. Han merasa bersalah, memang dia yang menjatuhkan kendi itu. Dia membantu Luo Ling meskipun enggan, Xiao Long bernapas lega. Namun senyumnya tak bertahan lama sebab dari kejauhan terdengar suara gaduh yang menggema di balai-balai dekat gerbang kampung.Dari sana seseorang datang membawa rombongan, mengumpulkan orang-orang yang saling berbagi tatapan bingung. Tak tahu-menahu apa yang sedang terjadi di sana.Laki-laki itu adalah orang yang semalam hendak menangkap Luo Ling. Xiao Long mengepalkan tangan, melihat Luo Ling mengintip di dekat pintu, wajahnya pucat pasi. Sementara Han menyusul di halaman semba

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-24
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 81 - Kau Sudah Kalah

    Han menyeret Luo Binghe dan cucunya keluar dari rumah yang sudah separuh terbakar meninggalkan Xiao Long dan musuhnya di dalam. Anak buah laki-laki itu terus mengejar Luo Ling, Han terpaksa membawa kabur gadis itu untuk sementara waktu hingga Xiao Long berhasil membereskan yang di dalam.Tiang-tiang kayu berapi jatuh di atas kepala mereka, Xiao Long memandang waspada pada musuh. "Apa maksudmu membawa orang tuaku? Memang kau tahu mereka siapa?""Ya, aku tahu. Karena dia mengatakan bahwa klanmu adalah klan yang sangat berbahaya dan harus dimusnahkan."Terkejut, Xiao Long menjawab cepat. "Kau tahu sesuatu tentang ayah ibuku-?" Wajahnya ragu saat melihat lawan mencebik, seolah-olah enggan memberi tahunya sesuatu."Siapa yang memberitahumu? Dan apa yang kalian sembunyikan dariku?""Kau bahkan tak tahu-menahu tentang kedua orangtuamu, heh?"Kenyataan itu benar adanya. Kematian kedua orangtuanya begitu cepat terjadi. Xiao Qizuan tak per

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-25
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 82 - Situasi yang Pelik

    Kekuatan Dou Jin. Bayang-bayang hitam terlihat samar mendekat dari balik kobaran api. Tepat di belakang Paman Luo Ling yang telah tewas, Xiao Long dapat melihat sebilah pedang terjulur ke bawah penuh darah. Dou Jin berjalan pelan mendekat, seperti biasa langkahnya tegap dan juga pelan. Memiliki kharisma kuat serta kekejaman yang mengerikan.Dari tatapannya saja, Xiao Long sudah tahu Dou Jin tengah dilanda kemarahan besar. Laki-laki itu kemungkinan besar adalah bawahannya. Xiao Long yakin benar Dou Jin mengutus pria itu untuk membunuhnya. Dan kini suara seruan di halaman rumah mulai menghakiminya."Pembawa bencana! Pergilah dari tempat kami!""Bakar rumah ini, dia hanya akan membuat sial siapa pun yang tinggal di sini!""Bunuh!!!"Suara-suara berisik kembali mengisi sekitar, obor api dan juga minyak tanah yang dilemparkan para orang-orang kampung semakin memperbesar nyala api di rumah Luo Binghe. Sedangkan laki-laki tua itu hanya b

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 83 - Arah Tujuan

    Jauh dari pemukiman penduduk, terdapat sebatang pohon tua yang amat besar. Di sana Han berhenti berjalan, dia menarik napas dalam-dalam lalu membuangnya pasrah. Tidak ada lagi tempat berteduh selain pohon ini. Semua orang telah membuang mereka."Bahkan kau yang manusia saja diasingkan seperti ini. Tak heran mengapa mereka memburuku.""Apa maksudmu?" Sahutan dari Xiao Long seketika itu juga membuat Han menutup mulut."Bagaimana dengan lukamu? Jangan memintaku menggendongmu sepanjang jalan, bodoh.""Aku sedang memulihkannya. Mungkin perlu waktu tiga jam agar tubuhku bisa bergerak lagi."Tak ada jawaban. Han hanya berdiam. Tubuhnya disandarkan pada batang pohon dengan kedua tangan di belakang kepala. Melihat langit biru yang begitu terik membakar wilayah perbukitan.Diam beberapa hingga Han kembali membuka pembicaraan."Kau tahu mengapa hari itu aku mendatangimu?""Karena kau kelaparan." Xiao Long menjawab asal.&nb

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 84 - Peralihan Tanggungjawab

    Han membetulkan posisi duduknya agar bisa duduk berhadapan dengan Xiao Long, "Katakan.""Pertama, aku ingin menemui nenek peramal yang telah mengatakan bahwa bencana dan penyelamat akan lahir. Aku yakin ada kesalahan di sana. Kedua, tentang ayah ibuku. Dan semua yang terjadi sebelum aku dilahirkan. Apa yang terjadi pada dan apa yang telah membunuh mereka."Ditariknya napas perlahan, "Dan terakhir-""Menjadi Sepuluh Terkuat," potong Han. Dia sampai bosan mendengarnya. Sementara Xiao menambahkan, "Dan menghentikan perang yang akan terjadi di saat itu tiba."Han sempat terdiam beberapa saat. Dia melihat sekitar. Lalu menunjuk ke arah sekelompok prajurit yang tengah berjalan mengiringi kereta kuda. Mereka semua bersenjata lengkap untuk mengantarkan penumpang di dalamnya."Lihatlah. Di Kekaisaran ini, untuk menjadi pendekar cukup sulit. Tidak ada pekerjaan karena semua tanggungjawab itu sudah diambil alih oleh prajurit-prajurit kekaisaran. Lal

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 85 - Pendekar Abadi

    Dulu Xiao Long sempat mempelajari tentang ilmu pengobatan. Tapi dia tak pernah melihat hal seperti ini. Pendekar yang seharusnya sedang meregang nyawa itu terbangun di saat keduanya masih kebingungan."Aku akan menjelaskannya nanti. Kalian ikutlah denganku. Sangat berbahaya jika terus di sini. Kalian pasti akan dibunuh oleh mereka."Sebelum tiba ke tempat laki-laki itu tinggal, mereka bertiga sempat kedatangan musuh pemanah. Hanya tiga orang, tapi setiap bidikan mereka nyaris tepat sasaran. Namun mereka bisa selamat dengan tangkisan.Butuh waktu lima jam untuk sampai ke sebuah tempat yang menyerupai desa, kali ini tempat itu jauh lebih menyedihkan dari semua tempat yang pernah Xiao Long lalui. Semua masyarakatnya mengenakan pakaian tambal, mereka memiliki banyak anak dan juga lansia. Saat laki-laki itu datang hampir semuanya keluar, kebingungan. Saling berebut tempat untuk melihat siapa gerangan dua anak muda yang datang bersama pendekar sewaan merek

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 86 - Cacing Darah

    Mendengar Xiao Long tiba-tiba menyelutuk, Qiu Ying berpaling ke arahnya. "Sekitar dua belas orang lagi. Tapi dua belas orang itu setara dengan tiga puluh orang. Bandit-bandit itu seperti singa kelaparan. Mereka akan turun ke gunung dan menyerang satu desa hanya untuk menemukan secuil makanan."Mata Qiu Ying beralih menatap pedang hitam di pinggang Xiao Long, sama halnya dengan Han yang menenteng sebuah pedang biasa. Dia mengambilnya dari penjahat yang hampir membunuh Qiu Ying semalam."Apa kalian juga pendekar?""Terlalu cepat mengatakannya," sangkal Han mengorek telinga. "Persetan dengan basa-basi kalian. Xiao Long, kita tidak bisa berlama-lama di sini. Kita harus pergi."Han beranjak keluar pintu dengan suara berisik, dia menjatuhkan beberapa gentong air dengan sengaja. Xiao Long tak beranjak dari tempatnya."Heh, curut! Memangnya kau mau apa di desa ini, tidak ingat bagaimana penduduk desa sebelumnya memperlakukanmu? Bisa-bisa kau dibaka

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 87 - Siap Bertarung

    Cacing Darah membutuhkan inang untuk terus hidup. Dan sebagai bayarannya, Qiu Ying tak bisa merasakan apa itu mati.Xiao Long bertanya hati-hati, "Berapa lama kau hidup?""Enam puluh tahun. Itu masih dibilang wajar." Sempat Qiu Ying berpikir bagaimana dia menjawab pertanyaan itu di lima ratus tahun mendatang. Rasanya hal itu sangat menyakitkan.Tiba-tiba saja terdengar teriakan dari sebuah rumah petani, mereka bertiga segera bangkit. Di sebuah terjadi kekacauan, saat melihat Qiu Ying datang laki-laki berusia 30 tahun segera bersujud memohon ampun."Kami minta maaf! Kami minta maaf!"Di dalam rumah terdapat lima tubuh orang dewasa telah ditutupi dengan jerami, di sisi tubuh mereka keluarganya bersimpuh sembari menangis. Orang-orang itu adalah mereka yang sakit akibat kelaparan dan wabah penyakit. Kehidupan di desa ini sangat-sangat menyedihkan. Makanan mereka kebanyakan telah bercampur dengan jamur, sedangkan minum mereka ditumpahi k

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-28

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status