Beranda / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 57 - Kekuatan yang Disembunyikan

Share

Ch. 57 - Kekuatan yang Disembunyikan

Penulis: Fii
last update Terakhir Diperbarui: 2021-12-11 23:32:24

"Arrghh!!"

Desiran angin menyusup di balik-balik celah pepohonan yang tiba-tiba saja berisik oleh kepak sayap burung. Puluhan burung berterbangan di sekitar danau, melihat amukan Sang Penghuni Danau yang Sebenarnya sedang merapalkan kutukan dari hati. Dia kesal setengah mati dengan kertas yang berada di tangannya yang tak lain adalah satu-satunya petunjuk dari Dou Jin.

"Dari sekian banyaknya halaman kenapa Guru hanya menceritakan hal-hal tidak penting seperti ini?" Xiao Long kehilangan keseimbangannya saat berdiri di atas air dan langsung tenggelam. Bukannya panik, Xiao Long semakin menjerit tidak jelas. Buih-buih air naik ke atas permukaan bersusulan dengan kepalanya yang muncul memasang ekspresi resah gelisah. Satu pekan dia tidak bisa tenang dibuat latihan melelahkan yang hanya menuntunnya pada kebuntuan. Xiao Long mendecih, menepak-nepak permukaan air sambil terus menggumam kesal. 

Semua telah dilakukannya dan sama sekali tak ada yang membawanya pada pe

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Mirles
pedang keramat sudah memberi respon, gasken Long. ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 58 - Kemenangan dan Waktu yang Tersia-siakan

    Saat Xiao Long memegang kembali pedang itu, sebuah aliran kekuatan yang dahsyat masuk ke dalam tubuhnyaXiao Long disengat gelombang panik tiba-tiba, kekuatannya yang berkurang tak begitu banyak tadi kembali dengan jumlah yang jauh lebih besar. Xiao Long melepaskan pedang itu beberapa saat untuk menenangkan dirinya. Dia mengira akan keluar semacam setan tadi untuk mengutuknya.Namun senjata itu hanya bereaksi sedikit. Tidak ada pertanda lainnya yang dapat menjawab mengapa pedang tersebut mengembalikan kekuatan yang sudah diserapnya."Atau memang kau memiliki kemampuan untuk menyalurkan kekuatan yang dua kali lipat dari yang kau terima?"Xiao Long mulai berpikir untuk mempelajari pedang ini, melupakan latihannya yang menjemukan sejenak. Dia pergi menuju hutan, menantang binatang buas mana pun yang ditemuinya. Seekor beruang besar yang tinggal di dekat rawa mendekat. Dulu Xiao Long akan berpikir dua kali untuk menyerang siluman itu, sekarang dia langsun

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-11
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 59 - Aku atau Kau yang Mati

    "Guyonan orang tua?"Dou Jin tersenyum, lebih tepatnya tersenyum kesal. Namun tetap saja dia hanya bisa tertawa saat Xiao Long menertawakannya."Kau mulai tidak menghargai gurumu.""Maafkan aku. Tapi aku begitu kesepian akhir-akhir ini karena tidak ada kawan berbicara. Aku bahkan sudah menganggap pilar rumah sebagai teman mengobrol ku."Kali ini Dou Jin yang tidak mengerti guyonan itu, walaupun pada akhir dia hanya bisa tertawa kebingungan."Latihanku-" Xiao Long baru ingin menjelaskan tapi Dou Jin segera memotongnya. "Aku sudah tahu tanpa melihatnya. Kau sudah menguasainya. Lebih cepat dari dugaan ku. Padahal aku kembali untuk mengajarkanmu teknik ketiga.""Sudah kuduga. Itu sangat sulit dipelajari. Aku kebingungan tujuh bulan di buatnya. Aku baru menyadari pedang yang ku gunakan itu dapat mengacaukan pikiranku.""Tergantung apakah kau bisa mengendalikannya atau tidak. " Dou Jin membenarkan. "Kau sudah berusaha yang terbaik. Kebe

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-11
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 60 - Lari dari Kematian

    Mempelajari tiga teknik terakhir dari Enam Pembunuh sangatlah sulit, sejak awal Dou Jin telah mengutarakannya dengan jelas. Tidak sembarangan orang bisa mempelajari hal itu dan hanya segelintir orang dari klannya yang memahami teknik ini.Hari ini sebelum mempraktekkan tiga teknik tersebut Dou Jin memintanya ikut ke sebuah tempat.Xiao Long mengekori dari belakang sembari berpikir-pikir ke mana mereka akan beranjak. Dia sempat mendatangi tempat ini sebelumnya saat mengurung diri di hutan dan tidak berani masuk lebih dalam karena merasakan begitu banyak siluman berbahaya tinggal di sini.Tidak perlu diragukan lagi, dugaan Xiao Long benar. Namun mereka sama sekali tidak menyerang, ada sebuah kekuatan yang membuat mereka gentar, yaitu Dou Jin. Tanpa menggertak atau menyerang, hanya dengan kehadirannya saja sudah cukup untuk membuat mereka mundur.Akhirnya mereka tiba di ujung mata air berupa air terjun yang sangat tinggi dengan luapan asap panas. T

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 61 - Tangan-tangan Setan

    "Kau baik-baik saja?"Xiao Long kembali menatap ke depan. Sepertinya Dou Jin segera membawanya ke tepi sungai saat Xiao Long kehilangan kesadaran. Dia mencerna apa yang baru saja dialaminya.Dou Jin memahami semua itu membuat Xiao Long terkejut, dia berusaha menjelaskan agar muridnya tidak panik."Yang kau lihat tadi adalah teknik keempat. Aku menggunakan Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiranmu. Lalu dengan teknik keempat, aku sepenuhnya masuk ke dalam kesadaranmu dan bisa membunuhmu di sana. Kau pasti ketakutan.""Yang terjadi tadi ... Bagaimana bisa guru menguasai pikiranku?"Dou Jin duduk bersila di sebelahnya, menjelaskan. "Semua yang kau lihat tadi adalah pikiran alam bawah sadarmu. Aku hanya berperan untuk mempengaruhinya dan masuk ke dalamnya.""Guru, kau membunuhku di sana tapi mengapa aku masih hidup?""Aku belum membunuhmu sepenuhnya. Kau masih merasa dirimu hidup saat ditusuk pedang bukan? Pada dasarnya Lari dari Kematian itu a

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 62 - Sosok Asing

    Saat Xiao Long membuka matanya, Dou Jin telah pergi ke seberang. Berdiri di atas batu yang terletak di tengah air."Aku akan menunggumu selagi kau memulihkan diri."***Seperti kata Dou Jin, setelah satu bulan dia akan kembali untuk panggilan tugasnya. Meninggalkan Xiao Long berlatih teknik kelima sendirian.Teknik kelima sendiri dinamai 'Tangan-tangan Setan'. Seperti namanya teknik ini mewujudkan sebuah kekuatan menjadi bentuk tangan dengan kuku yang begitu tajam. Dalam pertarungan jarak dekat, jurus ini sangat berguna untuk mengunci pergerakan musuh. Juga untuk bertahan dari serangan dari berbagai sisi. Xiao Long berhasil berdiri di atas permukaan air sungai yang begitu deras. Dia tidak bisa melepaskan fokusnya walau hanya sedetik.Karena jika itu terjadi maka dia akan jatuh ke air yang langsung membawanya jatuh ke dasar air terjun. Dou Jin mengamati dari pinggir sungai. Perlahan demi perlahan sepuluh tangan bermunculan, dia tahu Xiao L

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 63 - Han

    Keheningan di antara keduanya seketika lenyap saat sosok itu berbicara lebih dulu, "Apa kau mau berbagi ikan itu?"Xiao Long tersenyum, lalu tertawa sekilas. "Tentu saja, kemarilah."Dia menepuk-nepuk tanah di sampingnya. Dengan telapak tangannya, Xiao Long sudah bisa menghidupkan api dengan kekuatannya saja tanpa harus bersusah payah.Tangannya masih membakar ikan tersebut sembari mengajak orang itu berbicara. "Sepertinya aku tidak pernah melihatmu di sini," jelasnya."Aku orang desa seberang.""Benarkah? Guru bilang sedang terjadi kebakaran di sana. Kau tersesat? Orang tuamu mana?"Pertanyaan beruntun itu membuat sosok itu terdiam, Xiao Long meringis canggung. "Haha, maafkan aku terlalu bersemangat saat melihat orang seumuranku.""Si Paling Bersemangat."Xiao Long menoleh, sosok itu sedang menertawainya. Dia ikut tertawa, menertawai dirinya sendiri."Hei, namamu siapa?" tanya Xiao Long sembari menyodork

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 64 - Kota yang Terbakar

    "Han bodoh!" Xiao Long keluar dari persembunyiannya, melihat Han diserang ratusan lebah di waktu yang bersamaan. Beruntung saja Han bisa melarikan diri dan langsung kabur.Mereka berdua berlari sejauh mungkin hingga lebah itu tak lagi mengejar hingga tiba di sebuah batas kota yang pernah Han ceritakan.Kota itu terlihat hancur, bangunan tinggi dan beberapa kuil masih berasap. Aroma darah dan abu menusuk hidung keduanya, terdengar juga bunyi lalat-lalat pengerubung mayat di ujung jalan.Han masih terlihat biasa saja. Berbeda dengan Xiao Long, puluhan hingga ratusan rumah hancur dan dia tidak tahu apa yang terjadi di sana. Han terkejut, menarik Xiao Long bersembunyi di balik tembok di mana sekelompok orang tengah menyelidiki tempat tersebut."Hei, kau tahu ada apa dengan kota ini?""Kaisar membakarnya karena walikota membangkang. Aku tidak tahu bagaimana jelasnya, yang pasti Kaisar Yin sangat kejam. Dia tidak akan segan-segan walaupun seribu nyaw

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 65 - Pedang Terakhir

    Hanya tersisa satu pedang lagi di dinding dan itu adalah pedang terakhir Dou Jin. Xiao Long menatap pedang di tangannya, bagaimana laki-laki itu memegang senjata seperti bagian dari tubuhnya sendiri. Bayangan sosok Dou Jin saat berdiri di tempat ini. Xiao Long tak yakin apakah Gurunya akan kembali lebih awal dari perkiraannya atau lebih lama.Dia memutuskan berjalan ke arah danau. Tempat yang paling sering didatanginya untuk berlatih. Kakinya berhenti menapak saat mendengar derap langkah kaki, Han ikut keluar. Xiao Long pikir dia ingin ikut berlatih, hanya saja Han justru pergi ke arah berlawanan.Han mungkin ingin berburu, pikir Xiao Long. Dia segera pergi ke tempat tujuan. Berlatih hingga awal pagi kembali tiba, semakin lama kemampuannya semakin meningkat, Xiao Long sempat terpikir seperti apa teknik keenam yang tak diajarkan Dou Jin.Pasti ada satu cara agar dia bisa menguasai teknik paling terakhir itu. Selama ini semua yang diajarkan Dou Jin begitu be

    Terakhir Diperbarui : 2021-12-13

Bab terbaru

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status