Home / Pendekar / Pendekar Pedang Api / Ch. 37 - Penguasa Danau yang Tumbang

Share

Ch. 37 - Penguasa Danau yang Tumbang

Author: Fii
last update Last Updated: 2021-12-03 22:55:51

"Anak manusia, heh?"

"Kau sengaja menyiapkan tempat seperti ini sebagai perangkap?"

"Tidak perlu bertanya. Kau sudah tahu jawabannya." Ular itu memiliki pikiran dan dapat berbicara selayaknya manusia, dia pasti siluman tingkat tinggi yang telah mencapai usia seratus tahun lebih. Xiao Long memasang wajah waspada. Serangan bisa saja datang dari berbagai sisi. 

"Kebetulan aku sudah tidak makan selama berbulan-bulan. Kau pasti akan terasa sangat lezat. Kemarilah, aku sudah tidak sabar untuk memakanmu."

Moncong ular itu hendak mengenai Xiao Long yang seketika melompat ke batu lain. Dia mendecak, seharusnya hari itu dia lebih dulu mempelajari cara berjalan di atas air dibandingkan membuka gerbang enam indera. Sekarang Xiao Long berada di posisi di mana dirinya harus bertarung di atas air. Dia tidak boleh jatuh atau jika hal itu terjadi, tamat sudah riwayatnya.

Ular itu berulang kali melancarkan serangan, membuat cipratan air memancar ke atas menghalan

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mirles
masih dalam proses untuk menjadi kuat, butuh kesabaran dan ketekunan, jangan lupa tekad yg kuat menjadi salah satu kilunci
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 38 - Gerbang Ketiga

    Gerbang ketiga terbuka tepat saat matahari berada tepat di atas kepala Xiao Long. Teriknya matahari semakin terasa membakar saat sebuah sensasi panas datang. Xiao Long kembali memuntahkan darah. Seluruh tubuhnya seperti ditusuk-tusuk jarum. Dia menahannya dalam kurun waktu yang lebih parah dari sebelumnya, hampir delapan jam. Namun meskipun menyakitkan khasiat yang didapatnya juga setara. Gerbang ketiga membantu proses penyembuhan tubuhnya dua kali lebih cepat.Hanya sampai gerbang ketiga, Xiao Long berdiri dan meninggalkan tempat itu. Merasa harus mengistirahatkan diri sementara waktu. Perutnya mulai terasa sakit. Dia baru saja tiba di pohon besar. Mendapati beberapa barang telah dirusak oleh monyet-monyet kurang ajar di atas sana."Kalian benar-benar membuatku kesal, monyet jelek!"Xiao Long ingin sekali menimpuk wajah mereka dengan batu. Apalagi setelah teriakannya bersambut dengan suara pekikan yang seperti sedang mengejek.Xiao Long kehabisan

    Last Updated : 2021-12-03
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 39 - Sesosok Pembunuh

    Rasa terkejutnya berubah ketika melihat macan itu ambruk, seluruh tubuhnya terluka, di beberapa bagian bahkan telah mengeluarkan nanah. Xiao Long berpikir mungkin itu disebabkan oleh pertarungan dengan sesamanya.Tapi yang membuatnya heran adalah hawa mengerikan seolah-olah masih mengintainya. Xiao Long menjauh dari siluman itu, perlahan demi perlahan. Hingga akhirnya dia berhasil selamat, terdengar suara gaduh di tempat di mana dia melihat binatang buas tadi. Bunyi-bunyi itu terdengar sangat keras, disusul dengan auman terakhir yang mengakhiri pertarungan.Xiao Long menengok ke belakang di mana seekor singa tengah mencabik-cabik mangsa. Kakinya refleksi mundur, dia yakin binatang buas itu adalagi penguasa hutan yang telah membuat kegaduhan selama ini. Setiap harinya dia mengalahkan siluman lain, menjadi lebih kuat dan memangsa apa pun yang mengganggu wilayahnya.Karena tahu nasibnya akan sama dengan macan malang itu jika mendekat, Xiao Long pergi se

    Last Updated : 2021-12-04
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 40 - Musuh dalam Bayangan

    Kini matahari sudah kembali menampakkan semburat cahaya jingga. Suara-suara binatang hutan mulai terdengar dan tanpa Xiao Long ketahui hujan telah berhenti. Awan mendung yang menutupi langit telah menghilang. Xiao Long memutuskan untuk bangun dari tempat duduknya, dia beranjak menuju danau.Tak membutuhkan waktu lama untuk sampai ke sana, Xiao Long langsung meloncat satu per satu hingga sampai ke batu besar yang terletak di tengah danau. Sambil berjongkok dari atas, dia dapat melihat sekelebat ikan-ikan berlalu lalang di bawah. Serta arus di bawah yang cukup berisik. Sepertinya ada banyak sumber makanan yang bisa didapatkan.Namun yang membuatnya ragu untuk turun adalah kemungkinan di bawah akan muncul siluman lain. Dalam pertarungan di dalam air, dia yakin seratus persen tidak akan pernah menang, dan paling sial akan mati tanpa pernah bisa kembali ke daratan.Setelah berpikir beberapa kali, Xiao Long memutuskan untuk turun ke bawah, dia berenang lurus ke ar

    Last Updated : 2021-12-04
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 41 - Tempat Berburu

    Burung-burung yang bertengger di pepohonan beterbangan saat kegaduhan terjadi. Seekor rusa malang tak sengaja berpas-pasan dengan singa itu. Dia dikejar tanpa ampun, usahanya untuk melarikan diri gagal. Xiao Long hanya bisa menyaksikan bagaimana siluman itu mencabik-cabik isi perut mangsa, semenjak tinggal di hutan rasanya darah dan daging yang berserakan sudah tidak semengerikan dulu. Seperti saat Xiao Long melihat seorang laki-laki hancur akibat jatuh dari ketinggian jurang.Lama ditatapnya siluman itu hingga akhirnya dia pergi dari sana, lebih tepatnya kembali ke sarangnya yang berada di sekitar pinggiran sungai di hutan bagian barat. Xiao Long tak pernah ke sana, tapi dia yakin binatang dan hewan-hewan di sana telah berkurang karena dimakan oleh penguasa hutan ini. Dia mengendap-endap untuk pergi ke danau lalu segera menceburkan diri ke dalam danau tersebut.Berenang hingga ke permukaan danau pun, Xiao Long hanya mendapatkan satu ikan. Selainnya hanya ikan-ikan kec

    Last Updated : 2021-12-04
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 42 - Tarung yang Tak Terhindarkan

    Apa yang dikatakan Dou Jin benar. Xiao Long hanya membaca dan menghafal sesuatu, tanpa mengerti apa yang didapatnya dari buku tersebut.Gerbang keempat telah terbuka tujuh hari yang lalu dan sampai hari ini Xiao Long tidak bisa menggerakkan tubuhnya walau hanya seujung kuku. Seluruh tubuhnya terasa sakit walaupun tidak berdarah, terjadi perubahan konstan yang tidak bisa dipahaminya. Di dalam buku yang pernah dibacanya, untuk membuka gerbang keempat dibutuhkan persyaratan khusus. Xiao Long tidak begitu mengingatnya. Dia menyesal tidak memahami semua yang dipelajarinya hari itu.Rasa sakit yang menyerang hingga ke ujung kaki datang kembali, hal itu dikarenakan tubuh Xiao Long belum begitu cukup membuka gerbang keenam. Kekuatannya saat ini belum cukup untuk membuka gerbang tersebut. Dan jika dia memaksa, maka yang akan terjadi adalah seperti ini. Dia beradaptasi mati-matian di tengah situasi yang bisa saja mengambil nyawa. Rasa sakit itu mulai berkurang di beber

    Last Updated : 2021-12-04
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 43 - Taring yang Hancur

    "Seharusnya kau yang menangis sekarang, taring atau cakar mu, kedua-duanya akan aku hancurkan. Hidup tanpa kedua hal penting di rimba yang ganas ini, aku ingin melihat sejauh mana kau bisa bertahan."Selagi dia berbicara, singa itu sudah lebih dulu terbawa amarah. Terjangan yang tidak diduga datang, Xiao Long menghindar ke arah yang salah. Membuat lengan kirinya tersayat, aliran darah mengalir. Siluman itu semakin bernafsu untuk membunuhnya. Mencium aroma darah instingnya bekerja cepat, dia menyerang lebih beringas dari sebelum-sebelumnya.Tak lebih dari sepuluh detik, Xiao Long dibuat kewalahan menghadapi siluman ini. Tidak ada satu detik pun tanpa tangkisan dan menghindari serangan. Xiao Long tidak diberikan kesempatan untuk menyerang. Mengamati hal tersebut, satu-satunya jalan untuk membuatnya menang adalah dengan membuat penguasa hutan itu tumbang.Tangkisan lurus seketika menukik, melesat cepat menyerbu bagian leher singa. Gerakan pedang s

    Last Updated : 2021-12-04
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 44 - Pemangsa Berdarah

    Hutan yang seharusnya adalah tempat berbahaya yang tak ingin Xiao Long tinggali kini menjadi rumah yang sangat nyaman. Setiap hari ada hal baru yang dipelajarinya. Cara bertahan hidup, membuat alat-alat bantu dan juga tentang kekuatannya sendiri. Satu bulan dua hari semenjak meninggalkan rumah tanpa pernah kembali ke sana, Xiao Long telah berubah banyak. Luka di tubuhnya adalah pertanda bahwa rimba yang buas ini berkali-kali mengujinya. Dengan hal yang tak pernah diduga, nyaris membuatnya tewas. Namun di beberapa waktu dia disuguhkan oleh keindahan tersembunyi yang tak akan ditemuinya di tempat yang ramai oleh manusia. Air terjun, sungai para siluman, makam tak bertuan, dan tebing putih yang ditinggali oleh kijang-kijang yang ukurannya hampir sepantaran dengan tanaman bambu.Tinggal di hutan yang buas bukanlah perkara mudah. Tak jarang Xiao Long kelaparan karena mangsanya tak kunjung datang. Pakaiannya yang terbuat dari kain telah berganti menjadi bulu-bulu hewan

    Last Updated : 2021-12-05
  • Pendekar Pedang Api   Ch. 45 - Bunga Salju Merah

    Bunga bersalju putih ternodai oleh bercak darah, badai semakin kuat menggoyangkan pepohonan Cemara. Di dinginnya hembusan angin salju yang mencekik seseorang berjalan sambil menyeret tubuh seekor beruang yang ukurannya tiga kali lipat dari tubuhnya.Jalanan putih bersalju memerah saat Xiao Long lewat, pakaian dan tubuhnya dipenuhi oleh darahnya. Setelah mengalahkan delapan beruang, para buaya tak berani mengganggunya dan membiarkan Xiao Long pergi dengan membawa satu dari delapan mayat beruang yang telah terpotong-potong. Hampir semua siluman itu memiliki permata, seperti biasa Xiao Long hanya menyimpannya. Dia perlu membaca lagi tentang bagaimana menggunakan permata itu, tidak ingin kejadian seperti saat membuka gerbang keempat terulang.Sampai di pohon tua, Xiao Long segera menghidupkan api yang dilindungi oleh bebatuan melingkar agar nyala api tersebut tidak padam oleh angin salju yang dingin. Setelah mencoba beberapa saat, Xiao Long dapat membakar daging

    Last Updated : 2021-12-05

Latest chapter

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 167 - Gulungan Kuno Iblis Pembunuh

    Dou Jin pernah mendengar salah satu gulungan kitab tertua bernama 'Iblis Pembunuh' yang hilang dari sebuah klan yang dibantai secara misterius beberapa tahun lalu. Gulungan itu sengaja disembunyikan di sebuah tempat yang dilindungi oleh kepala klan terkuat dari sebuah wilayah terpencil, gulungan tua tersebut memiliki nilai tinggi dan dikatakan amat berbahaya. Hanya orang dengan kekuatan besar yang mampu menggunakan jurus tersebut. Di dalam gulungan itu terdapat sebuah teknik dari pendekar aliran hitam kuno yang seharusnya telah musnah dari muka bumi. Satu-satunya jurus terakhir dari pendekar aliran hitam yang dimiliki kitab itu telah menjadi incaran selama ratusan tahun sehingga Kaisar terdahulu menyebarkan berita palsu bahwa benda itu telah dilenyapkan.Namun Dou Jin tidak salah lagi, ini sama seperti yang diketahuinya tentang jurus itu. Jika dia tidak segera pergi dari sana sesuatu yang buruk akan terjadi.Dengan pedang hitam di tangannya, aliran kekuatan hitam mengalir tajam sepert

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 166 - Di Ambang Kematian

    Langkah kaki Xiao Long mendadak terhenti, dia merasakan aura yang begitu aneh di sekitar, tubuhnya membeku dan tidak dapat digerakkan sama sekali. Ketika Xiao Long menyadari apa yang telah terjadi Dou Jin segera mendekatinya. Seperti yang Xiao Long khawatirkan, dia terjebak di jurus mematikan dari mata terkutuk milik Dou Jin, Lari dari Kematian.Jurus ini sendiri harus menggunakan jurus Mata Pikiran untuk mempengaruhi pikiran musuh, lalu masuk ke dalam kesadaran orang tersebut, bahkan bisa membunuhnya di sana."Kau masih mengingat latihan kita?"Xiao Long melebarkan matanya.Dou Jin yang hanya pulang beberapa bulan sekali, Teknik Enam Pembunuh dan dua belas pedang latihannya yang selalu hancur. Masa-masa itu membuat keduanya kembali lima tahun lalu. Sedikit Xiao Long mengingat soal latihan jurus yang digunakan Dou Jin saat ini dan dia mulai kembali merasakan sakit yang pernah dirasakannya hari itu.Tangan lelaki itu dengan cepat menembus dada Xiao Long yang seketika memuntahkan darah

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 165 - Putaran Naga Angin

    Begitu pun dengan Dou Jin yang mengeluarkan jurus yang sama, dia terkejut bukan kepalang.Dou Jin dan Xiao Long terhempas ke dua arah yang saling berlawanan. Darah mengucur dari bekas luka Xiao Long sebelumnya.Dou Jin menapak mundur satu langkah setelah berdiri dari jatuhnya, kemudian terbatuk mengeluarkan darah segar.Energi pemuda itu begitu besar, ditambah lagi pedang hitam itu menambah serangannya menjadi berkali lipat.Xiao Long menarik napas berat sambil tertawa. "Seperti yang kau bilang. Aku sudah membunuh ratusan jenderal dan prajurit. Aku telah melewati puluhan kali sekarat namun kematian tak kunjung menjemputku.""Kau tahu kenapa?"Mata Dou Jin turun ke pedang hitam yang berada di tangan Xiao Long. Aura mengerikan menguar dari sana selayaknya es yang menusuk hingga ke tulang. Perlahan Dou Jin menyentuh pipinya yang tergores oleh satu dari 12 tebasan Xiao Long. Darah miliknya tertinggal di pedang itu. "Pedang terkutuk ini bisa menyerap energi melalui darah musuh yang dia d

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 164 - Aku adalah Bencana

    Garis sinar matahari menembus matanya bersama jatuhnya debu-debu dari atas langit yang tertutupi oleh bayangan seorang pendekar terkuat dari Kekaisaran Qing, sosoknya yang memiliki aura dingin ikut membuat tempat itu sama mencekam seperti dirinya. Bebatuan kerikil berjatuhan di atas tubuhnya yang rebah tak berdaya, rasa sakit menjalar dari dadanya yang mengeluarkan darah kental. Seperti dalam tiba-tiba sayatan silang telah berada di sana sebelum Xiao Long dapat menyadarinya. Goresan dalam tersebut semakin banyak mengeluarkan darah hingga Xiao Long tidak mampu untuk sekedar bangun dari sana. Dia mencoba menopang berat badannya dengan kedua tangan menahan di sisi badan namun pada akhirnya pemuda itu kembali terjatuh telentang.Sosok di atas sana melayang di atas udara persis seperti hantu. Mata hitam yang amat kelam itu membangunkan bulu kuduknya sesaat. Dou Jin tampaknya masih menahan diri sebelum kembali menyerangnya lagi."Aku mengakui kau memiliki bakat. Namun bakatmu digunakan un

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 163 - Ingin Menyerah?

    "Kau kira aku diam saja saat tahu nyawaku sedang diincar?"Senyum getir muncul perlahan di wajah Dou Jin, hanya sesaat sebelum akhirnya wajahnya kembali dingin. "Tunjukkan padaku jika kau begitu percaya di-"Xiao Long berlari sangat cepat sebelum Dou Jin menyelesaikan kalimatnya, lelaki itu membuka mata lebar.Tidak ada pergerakan semenjak Xiao Long hilang dua detik lalu. Dia benar-benar raib seperti hantu. Insting Dou Jin mengatakan Xiao Long masih ada di sana.Ketika mengingat kembali Dou Jin tahu seseorang pernah mengatakan satu teknik yang membuat diri Xiao Long dijuluki sebagai Sang Bayangan.Kekuatan hitam mengudara di sekitarnya, Dou Jin menangkis satu serangan yang masuk dengan bilah pedang. Ketika dia menyadari, Sembilan Bayangan mengelilinginya membentuk lingkaran. Mereka bergerak bersamaan, dalam sekali waktu mengincar tubuhnya. Membuat Dou Jin terpental menghantam tanah.Dou Jin memuntahkan darah, matanya berkilat tajam. Meskipun dalam keadaan terjatuh, Xiao Long dapat mel

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 162 - Sang Bayangan

    Dou Jin bersiap dengan menyentuh ujung gagang pedang di pinggangnya, dengan sebelah kaki setengah ditekuk. Serangan awal itu bisa saja mengecohkan keseimbangan Xiao Long, karena memang pada dasarnya Dou Jin paling ahli dan menguasai semua jurus yang diturunkan dalam garis klannya. Teknik ini juga memungkinkannya untuk mendengarkan pergerakan lawan, sekecil apa pun. Xiao Long masih bergeming di tempat, membaca teliti setiap inci gerakan yang mungkin dikeluarkan musuhnya.Matanya terlalu lamban untuk mengikuti pergerakan Dou Jin, laki-laki itu semakin cepat dari yang terakhir kali Xiao Long tahu. Tebasan melingkar di area kepala datang, Xiao Long menunduk namun angin dari tebasan itu masih sempat mengenai ujung telinga. Xiao Long mundur, jarak sedekat itu amat berbahaya untuk langsung berhadapan dengan Dou Jin.Tetesan darah kental mulai berjatuhan dari goresan di telinganya. Xiao Long harus segera mengambil sikap atau Dou Jin bisa menjadi lebih berbahaya dari sebelumnya. Namun seakan

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 161 - Lenyapnya Arah Tujuan

    Musim dingin membawa angin dingin yang menerpa pepohonan hias di kediaman Klan Mou. Pagi menjelang dengan damai, di sebuah kolam dengan hiasan patung bangau putih tetesan merah berjatuhan dan terus mengubah warna air. Kepala klan menggantung di atas permukaan air, tubuhnya terbaring di tepian tak bernyawa. Nasibnya tidak berbeda jauh dengan semua orang di tempat itu. Amis darah bekas pertarungan menguar ke mana-mana mengundang puluhan masyarakat sekitar. Orang yang pertama kali menemukan mayat itu berteriak sejadi-jadinya, langsung melapor ke pengawal kota setempat."Lagi dan lagi," Seorang pendekar pedang berdiri di atas atap kediaman, memandang ke bawah sambil menggelengkan kepala."Mantan muridku memang berbakat, sayangnya dia semakin mirip dengan ramalan yang telah digariskan dalam takdirnya." Lelaki itu tersenyum dingin. Mengingat seseorang yang mungkin sedang menggigit kuku di kursi jabatannya. "Kau meninggalkan iblis ini sendirian, dia akan mengamuk sejadi-jadinya jika tidak

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 160 - Ini Tentang Perintah

    Di depan rumah susun milik Jiang Chen bahkan ditempel selebaran pengumuman, dengan lukisan seorang laki-laki dengan topeng Rubah hitam putih dan jubah dan pedang berwarna hitam. Sosok dalam lukisan itu berjalan masuk ke rumah susun Jiang Chen setelah membeli beberapa barang. Tiba di kamar dia membaca surat yang ditinggalkan Jiang Chen."Mou DaiZho. 50 keping emas. Barat daya Kota Tang."**Pesan singkat itu dimasukkannya ke dalm saku, Xiao Long duduk bersila. Dia tak bisa tertidur lelap selama beberapa hari belakangan. Setiap kali matanya tertutup sekelibat bayangan hitam dan ingatan samar muncul, merasuk dalam dirinya dan membawa sebuah kenangan yang telah memudar.Xiao Long hanya berpikir untuk membunuh dan membunuh. Jiang Chen adalah pusat kehidupannya saat ini, dia nyaris tak pernah membangkangi laki-laki itu walau sepatah kata pun.Mata hitam tersebut menatap lamat-lamat, topeng rubah miliknya retak sebagian dari pertarungan terakhir kali. Dia bahkan lupa dari mana topeng terseb

  • Pendekar Pedang Api   Ch. 159 - Sang Bayangan yang Hampa

    Arc II - Sang Pembunuh BayaranUsai kematian Menara Iblis dan Gui Liang tak terdengar lagi kabar mengenai Mata Jelaga. Seakan raib dalam dinginnya malam, nama tersebut tersapu oleh angin badai yang datang silih berganti. Tak ada yang pernah mendengar nama itu lagi setelah satu tahun terlewati. Atau mungkin si pemilik nama telah mati. Sayup-sayup bunyi tonggeret dari dalam hutan mereda saat sang raja langit naik. Cahaya kuning keemasan menembus celah-celah daun, hingga sekiranya berada di atas kepala menurunkan hawa panas di sepanjang jalan berdebu. Seorang pemuda berusia 17 tahun atau bahkan lebih muda menyusuri tapak demi tapak jalan berbatu, dari kejauhan bayang-bayang anak kecil terlihat sedang bermain. Jubah besarnya menutupi barang-barang yang dibawa, termasuk pedang yang disusupkan di pinggang. Caping bambu di kepalanya terangkat ketika seorang anak tak sengaja menabrak."Ah-eh, ma-maaf."Kincir angin di tangan gadis kecil dengan gigi keropos tersebut jatuh ke bawah kaki. Pemu

DMCA.com Protection Status