"Oh, maaf Gusti Prabu Jayantaka ... sungguh ini di luar dugaan saya. Kemarin waktu saya di sini, semua ini tidak ada Gusti, tapi Gusti Prabu tenang saja, habis ini akan langsung saya perintahkan para prajurit untuk segera membereskannya," tutur sang Patih dengan menundukkan muka ke bawah karena menahan malu. Lalu Patih Badrika pun bertanya-tanya dalam hati.
'Kurang ajar! Siapa ini yang berani-berani mabok disini? Apa jangan-jangan ini perbuatan Pangeran Cayapata?' gumam sang Maha Patih sambil mengerutkan keningnya.
'Yah, memang siapa lagi yang berani mabok di tempat ini kalau bukan Pangeran?' lanjut gerutu Patih Badrika dalam hatinya.
"Coba Paman Patih cari tau, ini semua perbuatan siapa?" perintah Prabu Jayantaka.
"Baiklah Gusti ..." setelah mengucapkan salam hormat Patih Badrika pun segera bergegas mencari seseorang untuk dia tanya.
"Oh, itu di sana ada Prajurit sebaiknya aku tanya saja kepadanya." Baru saja Patih Badrika mau m
Sementara itu beberapa Prajurit yang sejak tadi memang sudah mengawasi temannya yang sedang menghadap Gusti Patih itu pun langsung berlarian mendekat begitu tahu kalau dirinya dipanggil."Ayo kalian ikut bantu membersihkan ini semua!" ucap Patih Badrika dengan tegas."Siap Gusti Patih ...!" sahut para Prajurit dengan kompak, lalu mereka pun langsung membersihkan dan merapikan tempat itu bersama-sama.Dan tidak butuh waktu lama akhirnya para Prajurit itu pun selesai membereskan tempat itu dari sisa-sisa pesta mandiri Pangeran Cayapata. Dan sang Patih pun juga sudah memastikan bahwa keadaan di situ telah benar-benar bersih dan siap untuk digelarnya sebuah pesta.Menjelang malam tiba, nampak para Prajurit yang ditunjuk sebagai seksi perlengkapan terlihat pada sibuk mempersiapkan obor sebagai penerangan di alun-alun dan sepanjang jalan yang menuju ke Istana. Dan begitu malam tiba suasana meriah pun mulai terasa.Meskipun acara p
Prabu Jayantaka terus berjalan menaiki anak tangga yang berjumlah tujuh itu. Dan sebagai bentuk penghormatan nampak semua punggawa Kerajaan berdiri dengan menundukkan kepalanya hingga sang Prabu sampai di singgasananya."Duduklah," pinta sang Prabu dengan masih berdiri sambil menghadap para punggawanya, sebelum akhirnya beliau sendiri juga mengambil posisi duduk.Tidak lama setelah Prabu Jayantaka dan rombongannya duduk di kursinya masing-masing, acara pembuka pun dimulai dengan menampilkan para penari yang didatangkan dari seluruh Desa yang ada di wilayah Kerajaan Karma Jaya sebagai perwakilan dari masing-masing Desa tersebut."Hadirin, penduduk negeri Karma Jaya ..."ujar sang pemandu acara memulai."Selamat datang kembali di acara pesta tahunan kali ini, semoga kesejahteraan senantiasa menaungi kita semua ... saya selaku pemandu acara pesta sangat tahu, bahwa kalian semua sudah tidak sabar untuk menyaksikan dan mengikuti se
"Jangan sampai lupa Nanda Pangeran, sudah hampir tiba saatnya Nanda Pangeran angkat bicara," ujar Rakryan Dipasena."Tenang Paman Dipasena, saya sudah mempersiapkan semuanya," balas Pangeran Cayapata meyakinkan.Sementara itu setelah merasa cukup mengitari panggung untuk menyapa rakyatnya Prabu Jayantaka pun memulai pidatonya : "Seluruh rakyat Karma Jaya yang aku cintai dan aku banggakan ... sebelum aku menyampaikan pidatoku terlebih aku mengucapkan syukur kepada Shang Yang Widhi atas karunia yang dilimpahkan kepada kita semua ... Om ... Santi ... Santi ... Om ..."Demikianlah pembukaan pidato dari Prabu Jayantaka, dan selanjutnya beliau pun menyampaikan beberapa hal penting terkait kebijakan kerajaan yang tentunya membuat gembira bagi rakyat negeri Karma Jaya, seperti contoh pembebasan pajak dan pembukaan lahan pertanian baru yang nantinya akan dihibahkan kepada pejabat setingkat lurah untuk supaya dikelola dan hasilnya nanti akan diberikan un
Tidak terkecuali Gusti Prabu Jayantaka sendiri. Sang Raja yang baru saja sembuh dari penyakitnya itu juga langsung terkejut melihat sikap yang ditunjukkan oleh Putranya itu. Selagi semua masih tercengang melihat sikap sang Pangeran, tiba-tiba Gusti Prabu Jayantaka langsung menanggapi ucapan Putranya itu."Ada apa kamu ini Cayapata? Apa yang membuatmu sampai bilang begini?" tanya sang Raja sambil menatap tajam kepada Putranya itu.Lalu dengan beraninya sang Pangeran yang telah berdiri itu langsung turun dari panggung tempatnya duduk, kemudian melangkah menuju pentas pertunjukan, dan begitu Pangeran Cayapata telah berada di atas panggung dia langsung memberikan hormat pada Ayahnya tapi tidak pada Adhinata, kepada Adhinata dia terlihat hanya memandang dengan pandangan sinis.Melihat sikap Putranya seperti itu Prabu Jayantaka pun langsung bertanya."Ada denganmu ini Cayapata? Kenapa kamu menolak keputusan yang aku umumkan ini?"
Apa yang telah disampaikan oleh Adhinata cukup membuat para pendukung Dipasena itu kaget, bahkan ada beberapa diantara mereka yang berkata,"Ini sebenarnya siapa to yang bohong? Kata Tuan Dipasena Adhinata itu sangat menginginkan jabatan dan hadiah itu? Lha tapi ini dia malah bilang kalau tidak menginginkannya, bahkan meminta supaya hadiah itu ditarik kembali, aku kok jadi bingung?""Ah, kita lihat aja dulu ... siapa yang benar? Karena bisa jadi Adhinata saat ini sedang berpura-pura," sahut temannya."Pura-pura gimana maksudmu?" tanya satunya."Ya ... agar supaya dia terlihat teraniaya dan mendapatkan simpati dari Gusti Prabu gitu," timpal salah satu pendukung Dipasena yang terlihat sangat setia itu."Benar juga ya pendapatmu? Kalau memang benar begitu, berarti licik juga ya Adhinata?" sahut temannya tadi.Sementara itu Dipasena yang melihat reaksi datar dan
Selanjutnya Gusti Prabu Jayantaka juga menambahkan pidatonya."Dan sayembara ini sifatnya umum bagi siapa saja baik itu dari orang luar maupun orang dalam Istana, tak terkecuali untuk Adhinata sendiri," tutur sang Raja sambil menoleh dan menunjuk kepada Adhinata."Baiklah Rakyatku semua ... untuk selanjutnya saya persilahkan kepada Bapak dang Acarya Brahma untuk memimpin acara pengambilan sumpah bagi Adhinata," tutur sang Raja sambil memandang kepada lelaki tua berjubah itu."Hamba Gusti Prabu ..." ujar dang Acarya Brahma sambil bergegas naik ke atas pentas, setelah tadi sempat tertahan gara-gara diprotes oleh Rakryan Dipasena dan Pangeran Cayapata.Dan akhirnya Adhinata pun diambil sumpahnya untuk menjadi seorang wakil Patih Kerajaan Karma Jaya.Selagi Adhinata sedang diambil sumpahnya tiba-tiba Rakryan Dipasena langsung turun dari panggung tanpa permisi, melihat sikap dari Dipasena seperti itu Prabu Jayantaka p
Lalu dengan segera Pangeran Cayapata pun mengambil pedangnya, dan kemudian langsung melompat ikut turut menyergap Rakryan Dipasena."Hiya, hiya ...!" teriak Pangeran Cayapata sambil menyabetkan pedangnya.Sebagai seorang yang tidak pernah belajar ilmu bela diri, maka gerakan yang dilakukan oleh sang Pangeran terlihat seperti orang-orang yang sedang berkelahi, serangannya tidak terarah, tak teratur dan cenderung ngawur, bahkan sesekali malah membahayakan dirinya sendiri.Sementara itu Dipasena yang memang sudah mengetahui dengan serangan dari Pangeran Cayapata juga langsung segera berkelit untuk menghindari sabetan pedang itu, lalu terjadilah pertarungan yang terlihat tidak imbang sama sekali itu.Yah, meskipun secara usia Dipasena bisa terbilang sudah cukup uzur, namun kalau masalah bertarung dia memang bukan tandingan untuk dua orang Prajurit itu, apalagi Pangeran Cayapata yang memang tidak tahu ilmu silat sama sekali.Seme
"Selir yang baru saja Nanda Pangeran pake itu lumayan juga, ngomong-ngomong itu dapat dari mana?" tanya Dipasena sambil terus mengurut sang Pangeran.Mendengar wanita penghiburnya dipuji oleh Dipasena, Pangeran yang terlihat mulai mengantuk itu pun merasa bangga dan tersanjung, lalu dengan suara yang kurang jelas Pangeran menjawab."Dari Desa Simbar ... eh ...""Oh, dari Desa Simbar ..." balas Dipasena."Oh iya boleh gak kalau Paman Sena tanya-tanya?""Tanya apa?" jawab sang Pangeran."Ngomong-ngomong adakah wanita yang Nanda Pangeran inginkan tapi belum pernah bisa Nanda Pangeran kencani?" ujar Dipasena memberi pertanyaan yang sedikit menggoda."Ada ..." sahut sang Pangeran."Ah, aku tahu ... pasti Dyah Ayu Martini Putrinya Tumenggung Tambakrejo, benarkan Nanda Pangeran? Hehe ..." ujar Rakryan Dipasena menggoda.
Hingga pada akhirnya sang ratu pun bisa kembali nurut meskipun itu masih dirasa berat untuk dijalaninya, dan adapun menangisnya kali ini itu disebabkan dengan tampilan Santana yang terlihat mirip dengan mantan suaminya yang hadir dalam mimpinya semalam. Tau kalau sang bunda sedang merasakan kesedihan akhirnya Pangeran Santana pun terpaksa harus turun tangan untuk mengatasinya, yakni dengan menggunakan kesaktiannya membuat sang ibu disaat melihat Adhinata seperti melihat wajah mendiang Ayahandanya yaitu Biswara.Pangeran Santana nampak memeluk sang bunda, lalu tanpa ada yang mengerti bahwa sebenarnya pemuda sakti itu tengah memasukkan ilmu pengaburan mata pada sang bunda, namun begitu dia selesai memasukkan ilmu pengaburan mata itu tiba-tiba dia langsung ditegur oleh roh sang ayah yang meminta supaya mencabut kembali ajiannya itu tadi.'Santana! Apa-apaan kamu ini? Kenapa kau tega mengaburkan penglihatan ibumu?! Bukankah itu tindakan penyesatan karena telah menipu?!' tanya protes dari
Sesaat kemudian nampak Pangeran Santana dan Adhinata saling beradu pandang, kedua orang yang berperan penting dalam penggulingan Raja Arya Dipasena itu sepertinya masih belum mengetahui hal apa yang mesti di lakukan untuk menghadapi putra mendiang Prabu Jayantaka yang tidak lain juga merupakan kakek dari Pangeran Santana sendiri itu."Eh ... begini prajurit, perketat saja dulu penjagaan di tempat Pangeran Cayapata dikurung, saya dan Paman Adhinata juga keluarga yang lain akan berembug guna mencari kesepakatan bagaimana dan cara yang seperti untuk memperlakukan Pangeran Cayapata, kami perlu waktu untuk melakukan itu semua," jawab Pangeran Santana. "Baiklah kalau begitu Pangeran, tapi saya sendiri sekarang jadi takut berjaga di tempat Pangeran Cayapata dikurung," kembali prajurit itu mengungkapkan hal yang sama, dan nampaknya memang dia sudah tidak berani lagi untuk melakukan tugasnya tersebut. Kemudian Pangeran Santana nampak sudah memahami dengan perasaan prajuritnya itu.'Kasian pra
"Mmm ... lupa sih enggak Anakku ... tapi apakah kamu sudah membicarakannya dengan Paman Adhinata?" tanya sang bunda langsung membuat hati Santana girang bukan main. "Iyyah!!! Uhuuy ...!!!" teriak Santana tidak bisa lagi menutupi rasa girangnya itu, kemudian secara spontan tiba-tiba Santana mengangkat tubuh bundanya sambil berteriak "Terimakasih Sang Hyang Widhi Wasa ... engkau benar-benar mengabulkan keinginanku dan juga keinginan seluruh rakyat Karmajaya ...!!" diperlakukan seperti itu Putri Nirmalasari pun terkejut. "Santana ... Santana ...!! Kamu ini apa-apaan to?!" ujar Putri Nirmalasari sambil memukul pundak putranya itu."Maaf Bu .. habisnya Santana seneng banget Ibu setuju dengan rencana perjodohan ini," jawab Pangeran Santana sambil menurunkan ibunya itu dari gendongan."Iya ... tapi tadi kamu belum jawab ..!" sanggah sang bunda. "Eh .. tenang saja Ibu ... mengenai Paman Adhinata itu sudah apa kata saya pokoknya, dijamin beres pokoknya Bu," balas Santana terlihat sangat beg
"Dengarlah Eyang Reksa .. seperti yang sudah aku lakukan pada tubuhmu saat engkau masih menjadi mayat, aku selalu menggunakan mayatmu untuk menjadi sumber kekuatan di Kerajaan Karmajaya ini, bahkan tidak cuma engkau saja, karena selain engkau aku juga menggunakan jasa para dedemit-dedemit itu untuk melakukan hal yang sama sepertimu yaitu membantuku untuk membentengi kekuasaanku agar tetap bisa langgeng selama-lamanya ..." tutur Raja Dipasena seolah sedang menceramahi dua makhluk beda alam itu."Dengarlah Eyang Reksa Jagat .. meskipun engkau tidak menjelaskan kepada ku dengan maksud kebangkitanmu ini namun aku sudah mengerti, dan aku kira semua sudah jelas .. bahwa memang kalian berdua ini masing-masing memang memiliki keinginan yang sama yaitu ingin menjadi pengawal tunggal Kerajaan Karmajaya .. dan aku pun tidak keberatan dengan keinginan kalian berdua," lanjut ceramah sang raja, sungguh rasa percaya diri Raja Dipasena terlalu tinggi sehingga dia tidak menyadari bahwa apa yang ada di
"Hoh .. rupanya orang itu adalah Pak Tua, yah tidak salah lagi, dan ternyata dia sedang menangkap ikan hanya dengan menggunakan tangan kosong, luar biasa sekali orang tua itu, sebaiknya aku akan menyapanya saja," ujar Adhinata sembari berdiri di pinggiran sungai."Hei Pak Tua ... bolehkah aku membantumu ...?!" seru Adhinata."Silahkan saja ...!" balas Kakek Santana. Lalu Adhinata pun segera turun ke sungai yang airnya sangat jernih dan sejuk itu, dan meskipun tidak terlalu dalam hanya seukuran paha namun aliran air sungai itu terbilang cukup deras dikarenakan memang kondisi tempatnya yang sangat miring dan juga curam. Setelah berada di dalam air Adhinata memperhatikan cara Kakek jelmaan Santana itu menangkap ikan."Bagaimana bisa Pak Tua ini menangkap ikan dengan begitu mudah? Hanya dengan menggunakan tangan kosong dia bisa memunguti ikan-ikan itu, dan rupanya dia juga bisa berjalan di atas air, tak sedikitpun ada air yang membasahi kedua kakinya, bahkan terompahnya sekalipun," tak he
"Hoh apa ini?!" teriak Adhinata nampak begitu terkejut merasakan hal itu, lalu dikarenakan suasana yang sudah mulai suram sebab matahari yang memang hampir tenggelam maka Adhinata pun tidak bisa melihat dengan jelas dengan apa yang sedang berada di dalam air itu atau lebih tepatnya sesuatu yang sedang menjilati kakinya, meskipun dengan kondisi air danau yang begitu jernih.Sementara itu seolah tidak puas dengan cuma menjilati kaki lalu kemudian ular anaconda jadi-jadian itu pun tiba-tiba muncul di depan Adhinata."Hoh!! Astaga! Ular ..!!!" Adhinata terkejut dan langsung melompat ke pinggir danau."Hayo ular brengsek! Maju! Jangan kau kira aku akan takut padamu! Akan aku hadapi kau ..!!" dan seolah mengerti dengan tantangan Adhinata ular anaconda jadi-jadian itu juga langsung meluncur ke arah Adhinata yang telah siap untuk menghadapinya.Dengan gerakannya yang begitu cepat ular jadi-jadian itu langsung menggunakan ciri khasnya dalam menyerang yaitu melilit tubuh lawannya dengan menyabe
Sebuah kondisi berbeda dengan yang dirasakan oleh Pangeran Santana, Putra mendiang Biswara yang tengah merasakan bahagia itu terlihat segera ingin memberikan berita bahagia yang baru saja ia dapatkan, maka Pangeran Santana pun segera bergegas mencari Adhinata dengan mendatanginya ke kamar, namun begitu dia melihat kamarnya terbuka dan setelah dilihat-lihat ternyata kosong maka Pangeran Santana pun langsung menuju ke padepokan tempat tinggalnya para murid perguruan, dan betapa kagetnya Santana setelah dari mereka ternyata tidak ada satupun yang mengetahui dengan keberadaan sang gurunya itu."Terus bagaimana ini Gusti Pangeran? Bagaimana dengan nasib kita?" tanya salah satu murid yang bernama Kuda Jeger."Tenanglah dulu Jeger, aku akan segera mencari Guru kalian, aku kira Paman Adhinata belum terlalu jauh meninggalkan tempat ini, kamu dan kalian semua para murid dan para pendekar yang ada tolong kalian tetap menunggu di sini sampai aku berhasil membawa Paman Adhinata kembali," ujar Pang
"Membangkitkan Reksa Jagat?!!" sahut tanya para Dewa sembari memandang Dewa angin dengan melotot, seolah mereka tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya barusan."Yah benar," balas Dewa angin singkat."Tapi apakah itu mungkin? Dan bukankah itu tidak menyalahi kodrat yang Yang Widi Wasa sendiri tentukan? Yaitu adalah tidak mungkin dengan dihidupkannya kembali seseorang yang telah mati untuk kembali ke dunia berjuang untuk menegakkan sebuah keadilan dan menciptakan kedamaian untuk kehidupan umat manusia? Bukankah itu adalah tugas manusia yang masih hidup?" tanya Dewa Api nampak memprotes jawaban dari Dewa Angin."Dengar dulu Dewa Api, tidak mungkin Yang Widi Wasa akan melanggar kodrat yang dia tentukan sendiri, dalam hal ini ... membangkitkan Reksa Jagat bukanlah menjadikannya sebagai layaknya manusia akan tetapi yang di bangunkannya itu adalah jasad dan kekuatannya saja, adapun akal, pikiran, perasaan dan nafsunya tidak lagi," terang Dewa Angin. Namun nampaknya beberapa Dewa bel
Mendengar ucapan Pangeran Santana seperti itu nampak Adhinata tidak bisa menjawab, tatapan matanya menerawang jauh ke arah depan, dan memang dalam pandangannya itu sukma Adhinata tengah melihat seorang wanita yang sangat cantik dan nampak melambai kepadanya, Pangeran Santana yang melihat itu nampak mengangguk-angguk seolah-olah ia sudah tahu dengan apa yang mesti dia lakukan setelah ini.'Paman Adhinata, apa yang kamu lihat Paman? Perempuan?' tanya Santana dan nampak Adhinata mengangguk dengan tidak menoleh pada Santana.'Kalau Paman suka dengan wanita itu .. silahkan Paman hampiri, silahkan Paman ..' lalu benar Adhinata pun segera beranjak menuju ke tempat dimana sesosok wanita cantik itu berdiri, namun setelah berjalan beberapa jengkal tiba-tiba saja Adhinata menghentikan langkahnya karena tanpa dia ketahui bahwa ternyata tepat dihadapannya terdapat sebuah jurang yang cukup dalam, Adhinata nampak kebingungan melihat keadaan itu, dia menoleh ke kanan dan kiri, juga sesekali melihat k