Hanya ada dua ekor kuda. Satu kuda milik Delvi, dan satu lagi kuda yang dipakai Sion dan Kinan berbarengan.
"Kita akan jalan ke Utara," terang Delvi, "nanti akan sampai di ujung pulau. Kalau kita lihat pasti tahu. Disana kita harus meninggalkan kuda. Medannya tidak cocok untuk berkuda. Jadi kita berjalan kaki."
"Berapa hari sebelum sampai ke sana?"
"Perjalanan menggunakan kuda membutuhkan waktu tiga hari." terang Delvi.
"Tiga hari tanpa berhenti?" sekarang LImey yang bertanya.
"Tentu saja dengan berhenti Mey. tiga hari hanya perkiraan kasar saja." kembali Delvi menjelaskan.
"Baiklah, sebaiknya kita berangkat. Semakin cepat semakin baik." Sion menghela kuda tersebut. Sang kuda terkejut, lalu kemudian meringkik dan melaju cepat. Limey buru-buru memegang pinggang Sion agar tidak melesat jatuh akibat dorongan gravitasi.
Delvi mengikuti. Mereka memacu kuda secepat mungkin. Perjalanan panjangpun mulai ketiga orang itu lakukan.
**
“tuan….” Desis Limey antara rasa percaya dan tidak.Amon menatap Limey. Tidak kalah terkejut, “Mey?”Amon merasa bermimpi. berkali-kali dalam benaknya terekam kehilangan gadis itu dua tahun yang lalu. berkali-kali penyesalan menyergapnya karena kurang kuat dan tidak bisa menepati janji melindungi dua wanita dalam hidupnya. dalam kondisi perasaan takjub dan tidak percaya Amon melenting turun dengan kecepatan kilat lalu segera mendekat ke arah Limey, menariknya sehingga Limey berdiri.Tangannya membelai pipi Limey sekaligus membersihkan wajah Limey yang kotor. Amon memandang Limey seakan merasa ini mimpi dan tidak mungkin kenyataan. Mata itu, sorotnya berwarna biru, seperti pantulan langit di atas sana. berkali kali lelaki itu memegang pipi, bahu dan juga rambut Limey yang sudah panjang.“Kau masih hidup?” desis Amon tidak percaya.“ya…” Limey dapat merasakan ada bening dimatanya yan
“Tuan, bagaimana tuan bisa di sini? Di mana Kinan? Kenapa saya tidak melihat Kinan?…” Amon mengangkat tangannya, memberi syarat Limey untuk diam, “satu-satu tanyanya. Yang mana dulu?” ucap Amon. Limey menyadari dia terlalu bersemangat karena sudah berjumpa dengan Amon. kerinduannya pada Kinan membuncah, satu-satunya saudara di tempat asing ini. dengan tekanan pasti Limey bertanya, “Kinan di mana?” Amon terdiam. Dia tidak menyangka akan bertemu dengan Limey ditempat ini. Terbayang dikepalanya ketika dia dan Kinan berpisah dengan hanya meninggalkan secarik surat. Dia sudah berpisah dengan Kinan hampir satu tahun lebih jadi begaimana dia menceritakan keadaan sebenarnya kepada Limey. Amon menghela napas. padahal dia berada di tempat menyebalkan ini hanya untuk menjadi lebih kuat, demi mencari perempuan dihadapannya ini. tapi ternyata perempuan ini muncul sendiri, seperti dikirim Dewa dari atas langit. "Tuan...." Limey memanggil, masih menunggu.
kakek tersebut tersenyum, “Amon itu, Dia agak-agak tidak peduli dengan orang lain. Ketika tadi di depan gerbang, dia mati-matian melindungimu dari seranganku. Padahal kalau orang lain, dia tidak akan peduli… aku jadi penasaran seperti apa wanita yang bisa membuatnya seperti itu…” lalu kakek tersebut memandang Limey sambil tersenyum, “Mata yang indah, siapa namamu nak?”“Limey," jawab Limey, kemudian dia menatap kakek tersebut, sedikit ragu, tapi akhirnya ikut bertanya juga, "Maaf kalau boleh tahu, kakek siapanya Amon?”“Aku—hohoho, kita belum berkenalan ya. Namaku Altis, itu namaku di masa lalu, orang-orang sekarang lebih suka menyebutku kaisar…”“Kaisar?” Limey mengernyitkan keningnya, “orang yang menyandang nama Kaisar di ranah sembilan ini hanya satu orang. Dia adalah kaisar langit. Apa anda kaisar langit?” mata Limey membulat terkejut. siapa sangka, dihadapanny
“Gadis kecil, kau pasti bukan orang dari dunia ini?!” tanya kaisar langit, yang membuat Limey tercengang. Bagaimana mungkin orang ini tahu. Apa terlihat jelas? kalau hanya karena warna matanya, bahkan Amon saja tidak mencurigai hal tersebut, tapi lelaki tua ini...“Kenapa anda berkata begitu?” tanya Limey dengan hati-hati.Kaisar langit mengais-ngais jenggotnya senyumnya terlihat lembut, seolah dia memahami perasaan Limey yang waspada. “Kau tahu Nak, di dunia ini tidak pernah ada seseorang yang memiliki mata berwarna biru.” terang Kaisar Langit.“Tapi, saya memilikinya…” jawab Limey. "Dunia ini luas, jadi pasti ada satu atau dua orang yang memilikinya bukan," ucap Limey lagi.“Itu semakin mengukuhkan bahwa kau bukan orang dari tempat ini.” terang Kaisar langit. “Dahulu, ada juga seseorang yang pernah mengaku bukan dari dunia ini. Seorang jenius yang luar biasa.” Kaisar langit m
keduanya jadi diam. Hanya suara gemericik api yang kini tertinggal. Daging yang Limey bakar sudah matang. Limey menyodorkannya pada Amon. Amon menerima dan memakannya. Lalu kemudian terdengar suara keras yang dikirim dengan imdok. “Amon!!! Kau ada di dalam—aku kakak seperguruanmu hendak bertemu!!” seru suara tersebut. Amon berdiri, dan Limey pun ikut berdiri. “siapa?” tanya Limey. “kakak tertua. Bixi!” “Kau terlihat tidak suka?” “aku tidak pernah suka dengan semua saudara seperguruanku. Semuanya gila!” “tidak disahuti?” Amon diam saja. Dia merasa sangat terganggu menerima kunjungan. Dari dulu Amon tidak pernah akur dengan semua kakak seperguruannya. Di antara semua kakak seperguruannya, dialah yang paling lemah. Suara lewat imdok dikirim kembali, Amon tidak menyahuti. Lalu mendadak seseorang berjalan dengan tenangnya masuk ke dalam hutan. "Amon, kau dengar! aku kakak tertuamua!" Limey men
“Tidak mungkin!” seru Gillian, “kalau pun ada, dia harusnya sudah menjadi tumpukan mayat seperti yang di ujung sana!” tunjuk Gillian pada sebuah kabut tebal. Sion mencoba melihat ke arah yang ditunjuk Gillian, tidak melihat apa-apa. lalu berjalan mendekat, dan terperanjat karena tampak tulang belulang orang yang mati. “Korbannya pasti akan diletakkan di depan gerbang begitu saja. Kalau di depan gerbang tidak ada siapa-siapa, itu tandanya, Limey tidak pernah masuk kemari. Merope tidak akan pernah membiarkan siapa pun masuk ke dalam wilayahnya dengan bebas, kecuali Valta!” terang Gillian. dalam ingatannya terbayang bahwa gerbang ini merupakan gerbang yang pernah sangat disukainya dan dia selalu menyempatkan waktu berkunjung. tapi waktu telah mengubah semua itu, gerbang ini menjadi gerbang yang dibencinya. “Kau tidak termasuk?” Sion bertanya heran, membuat wajah Gillian memerah. masa lalu yang ingin dikuburnya seolah menyeruak keluar, membuat perasaan Gillian tidak nyam
Karena kabut yang begitu pekat, Gillian dan Sion berjalan saling berdekatan. di sisi lain, Amon, Bixi dan Limey sudah sampai di depan gerbang Valta. gerbang sejuta jebakan. ketiganya berdiri di depan gerbang."Hei Adik ke empat, coba kau masuk ke dalam gerbang Valta. aku ingin melihat sampai di mana kemampuan Imdokmu berkembang." ucap Bixi seolah menantang.Amon yang mendengar tantangan tersebut langsung saja mimiknya memerah. dia sempat melirik ke arah Limey. AMon tahu, saat ini dia tengah dipermalukan oleh kakak seperguruannya. harga diri Amon yang tinggi membuat dia merasa kesal, "Kakak, kau mengujiku?""Jangan marah Dik, aku hanya ingin tahu kemampuanmu itu. diantara lima gerbang, hanya dua gerbang yang paling sulit dimasuki. gerbang Valta dan gerbang Merope. padahal dulu Merope sangat manis, tidak susah. namun sejak dia dekat dengan Valta, gerbangnya pun menjadi penuh rahasia." ucap Bixi seolah hendak menjelaskan."Apakah
"kakak terlalu berprasangka. itu hanya pedang biasa, ditempa oleh pembuat pedang dari desa. bukan sesuatu yang luar biasa." elak Amon sambil berusaha mengambil pedang itu kembali.Bixi segera berkelit, lalu kemudian dia menatap lagi ke arah Amon, "Adik, aku paling tidak suka dibohongi!" ujarnya dengan tatapan seolah memaksa."Aku serius,itu hanya pedang tua dari seorang pembuat pedang di desa. dia memiliki barang rongsongan di salah satu gudangnya. karena benda itu benda gagal, maka aku membelinya dengan harga murah!" seru Amon berusaha mengambil kembali pedangnya."Kalau yang kau katakan benar, berarti kau tidak keberatan benda ini menjadi milikku bukan. toh, hanya barang rongsokan tua!" ucap Bixi yang langsung melempar pedang itu ke tangannya yang lain. seolah pedang itu tidak berharga dan bisa dipermainkan sesuka hati.Wajah Amon menjadi berubah, sesaat dia tampak marah dan tidak suka dengan
LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo
Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul
Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o
Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka
Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak
Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan
Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha
Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”
Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd