"kakak terlalu berprasangka. itu hanya pedang biasa, ditempa oleh pembuat pedang dari desa. bukan sesuatu yang luar biasa." elak Amon sambil berusaha mengambil pedang itu kembali.
Bixi segera berkelit, lalu kemudian dia menatap lagi ke arah Amon, "Adik, aku paling tidak suka dibohongi!" ujarnya dengan tatapan seolah memaksa.
"Aku serius,itu hanya pedang tua dari seorang pembuat pedang di desa. dia memiliki barang rongsongan di salah satu gudangnya. karena benda itu benda gagal, maka aku membelinya dengan harga murah!" seru Amon berusaha mengambil kembali pedangnya.
"Kalau yang kau katakan benar, berarti kau tidak keberatan benda ini menjadi milikku bukan. toh, hanya barang rongsokan tua!" ucap Bixi yang langsung melempar pedang itu ke tangannya yang lain. seolah pedang itu tidak berharga dan bisa dipermainkan sesuka hati.
Wajah Amon menjadi berubah, sesaat dia tampak marah dan tidak suka dengan
"Bagaimana kau tahu?" tanya Amon dengan terperangah.Bixi menatap Amon dengan wajah seolah mengejeknya, dengan senyum menyeringai Bixi berkata, "Itu terlihat sekali dimataku. mungkin kau tidak menyadarinya, tapi aku yang dibesarkan oleh guru langsung tahu perlakukannya padamu istimewa. karena penasaran aku mencari tahu, dan sempat mencuri dengar ketika kau bertengkar dengan kakek tua itu karena merasa kesal oleh pelatihan berat guru." terang Bixi dengan santai, seolah-olah hal itu adalah sesuatu yang sudah lama dia ketahui.Amon menghela napas, "Apa kakak yang lain tahu?" tanya Amon merasa was-was. Selama ini dia telah begitu berusaha menutupi tentang hubungannya dengan sang kaisar langit.Bixi mengangkat bahunya, "AKu tidak tahu kalau orang lain. karena kau tahu, semua kakak-kakakmu itu sulit berinteraksi." ucap Bixi santai."Pedang itu warisan ayahku. ayah menitipkan pada kakek sebelum meninggal. jadi pedang itu bukan milik kakek, tapi dari awal memang
Amon terperanjat, sekian detik. Otaknya sulit memproses serangan tersebut, pemuda itu berada dalam dilematik, menendang ujung pedang itu, maka pedang hanya bergeser sedikit, yang pasti akan melukai Limey yang masih pingsan dan berada dalam dekapannya. Melepas limey dan menggunakan imdok untuk menangkis, Limey akan terjatuh, dan itu akan menyakiti Limey.Amon memilih untuk melengkungkan badannya ke belakang, menghindari pedang yang begitu deras menuju dirinya. Pedang melewati dirinya, hanya seukuran tinggi kelingking. Lalu, pedang itu menghantam sesuatu di belakang.sebuah suara seperti tercekik, Amon langsung bergegas menengok, dia melihat seorang lelaki, dengan wajah separuh rusak tergantung di batang pohon. dadanya tertembus pedang buntung itu. Anehnya, manusia yang dadanya sudah ditembus oleh pedang itu masih bergerak-gerak. Tangan dan kakinya bergerak berusaha melepaskan diri. Sesuatu mengalir dari bekas tusukan pedang yang masih menancap. bukan darah, tapi cairan
"Kau yakin kau meletakkan gadis itu disini?!" tanya Bixi memastikan."Bagaimana aku bisa lupa dimana aku meletakkan dia. dia kuletakkan disini, agar terhindar dari kepungan orang-orang aneh itu!"seru Amon dengan wajah panik."Mungkin dia sudah sadar, lalu berjalan ke sisi lain!" tukas Bixi.Amon segera berlari ke sisi samping, dia mendapati warna putih dimana-mana, tapi sejauh matanya memandang, Limey tidak terlihat.Amon bergegas kembali ke arah Bixi yang masih menunggunya di depan pintu gerbang Valta."Tidak ada!" keluhnya dengan kecewa sekaligus cemas.Bixi menarik napas, perasaannya sedikit tidak nyaman. Selama ini Bixi tidak pernah mencampuri segala hal yang berhubungan dengan adik-adik seperguruannya. Tidak dengan kisah cinta Gillian pada Merope, tidak dengan Amon yang melarikan diri dari perguruan lembah iblis, ataupun pada tindakan Merope di pertemuan delapan perguruan. Prinsip Bixi adalah bersikap tenang, tidak perlu melakukan perse
Valta berdiri di atas dahan-dahan dari pohon yang rubuh. tubuhnya kukuh walau berpijak pada dahan yang ringkih, menunjukkan kekuatan ilmu meringankan tubuhnya.Selama tinggal di Lembah Iblis, Amon hanya pernah bertemu Valta dahulu, ketika dia masih kecil. namun itu sudah sangat lama, Amon tidak bisa ingat seperti apa wujud Valta di masa lalu, namun sekarang lelaki berjubah biru dan bertudung itu menatap mereka dengan mata yang tajam dan senyum yang penuh misteri.Lelaki dihadapan mereka berdua sangat tampan. Dengan alis mata yang tebal dan bentuk wajah yang menarik."Seperti yang kau minta adik, aku sudah muncul dihadapanmu." ucap Valta dengan tenang."Valta, senang sekali bisa bertemu denganmu. maaf bila adik kelima membuat masalah!" Bixi mencoba menetralisir suasana. Bixi tahu, Amon sudah berhasil memancing emosi Valta. walau hal itu tidak terlihat dari raut wajah Valta, tapi Bixi bisa merasakan rasa marah pada diri Valta."se
Limey segera bangkit dari tidurnya, sesaat dia terhenyak karena merasa seluruh tulang dalam tubuhnya berderak kesakitan. Radja yang duduk di dekatnya langsung membantu Limey."Hei, kau! tenanglah....jangan bangun tiba-tiba. Tubuhmu itu mengalami memar dibeberapa bagian, luka dalam dan juga luka luar. Aku sudah mengecek kondisimu. Kau seperti habis bertarung dengan beruang!" seru Radja sambil memegangi tubuh Limey yang limbung.Limey menunduk, dia mengusap tangannya. Sial! sebenarnya apa yang terjadi, kenapa tubuhnya seperti habis dibanting berkali-kali. Sakit semua sendi sampai ke bagian otot dan tulangnya."Apa yang terjadi?" tanya Limey pada Radja."Aku tidak tahu apa yang terjadi, kau dibawa kesini sudah dalam kondisi seperti ini.""Siapa yang membawaku ke sini? Ah, tapi itu tidak penting. Radja, aku membutuhkan bantuanmu!" seru Limey sambil memegang lengan Radja."Hei, tenang dulu. Apa yang kulak
Bixi tersenyum mendengar gerutu Amon, "Kalau kau ingin bertanya, tanyakan saja langsung pada guru." setelah berkata seperti itu, Bixi berdiri, lalu kemudian menoleh ke arah Amon, "Kondisimu sudah lebih baik bukan?" "Ya. hanya sisa luka, bengkak karena gigitan tawonnya sudah hilang." "Bagus, karena aku akan masuk ke dalam gerbang Merope. Aku tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Jadi, kau bersiap-siaplah." Amon mengangguk, dia segera membawa pedang buntungnya, dan pedang itu diselipkan ke punggung. keduanya segera masuk ke dalam gerbang taman berbunga. Ketika masuk kedatangan mereka disambut oleh taman bunga aneka warna yang indah. bunga-bunga itu tumbuh membentuk labirin dengan tiga pintu. "Sampai ada pintu yang menyesatkan segala?" tanya Amon sambil berkacak pinggang memperhatikan pintu dihadapannya. Bixi mengamati, dia memang belum pernah sekalipun berk
Limey meneguk ludah, pertanyaan Radja sangat menjebak. salah-salah dia berbicara, bisa lepas informasi tentang kitab Phoenix.jadi, sebelum menjawab, Limey segera memutar otak, mencari jawaban paling aman dari pertanyaan Radja. "Dahulu, Guru pernah memberiku pil Dewa. pil yang diracik dari dari akar gingseng, daun mint, bisa kalajengking, rumput dewa dan bunga seribu warna. waktu itu aku terkena gigitan ular beracun, dan untuk menertralisir racun, Guru memberi pil tersebut dan mengajariku cara untuk meracik ramuan yang bisa menetralisir racun kelas ringan dan menengah.Pil dewa itu yang aku berikan pada kawanku untuk menahan laju racun Naga Putih. tapi, itu juga hanya bisa memperpanjang usianya tidak kurang dari dua bulan. Secara perlahan,racun itu akan memasuki peredaran darahnya, memecah kekuatannya dan menghilangkan kemampuan imdoknya sebelum kemudian menyerang jantung." terang Limey.Radja menatap ke arah Limey, "Tam
Amon masuk ke dalam gerbang taman sebelah kiri, sedang Bixi memilih gerbang tanaman ditengah.ketika keduanya masuk ke dalam tempat tersebut, yang menunggu Amon adalah puluhan tanaman mawar berduri berwarna merah. bau mawar menyengat kemana-mana, sampai membuat mual.tumbuhan tersebut tumbuh sampai menjalar ke tanah seolah tempat tersebut tidak pernah dirawat oleh Merope. melihat banyak tanaman yang tumbuh sembarangan sampai sulit sekali untuk lewat, Amon mengambil pedang buntung miliknya, lalu kemudian dengan pedang buntung itu dia menebas mawar dan batang-batangnyaAmon berusaha membuka jalan. seluruh batang dan bunga-bunga mawar berserakan ditanah. lalu, dari mawar-mawar yang terjatuh, berhamburan serbuk berwarna putih yang langsung berterbangan dan terhirup oleh Amon.sesaat Amon merasa pusing,kepalanya berdenyut-denyut dan perutnya menjadi tidak enak. namun, Amon menahan perasaan tidak nyamannya dan terus saja menebang bat
LukaDua tahun yang laluAmon terbangun dalam kondisi tubuh terluka. Bebat di sekujur dada tampak memerah oleh lumuran darah yang masih merembes dari bakal luka. Lelaki itu melihat ke kiri dan ke kanan, sunyi. Sebuah ruangan yang terbuat dari gubuk dengan tempat tidur dari dipan dilapis kain lapisan jerami. Di samping tempat tidurnya ada jendela yang separuh terbuka, menampakkan latar belakang pemandangan sebuah hutan yang terlihat sedikit jauh. Lalu mendadak pintu di sampingnya terbuka. Kinan datang membawa nampan dan menahannya dengan sisi tangan ketika tangan lainnya membuka engsel pintu.Kinan terperangah menemukan gurunya duduk sambil menatap ke arah jendela luar yang setengah terbuka.“Guru! Padahal jendela sudah sengaja aku tutup agar tidak masuk angin yang terlalu kuat!” Kinan buru-buru meletakkan nampan di meja lantas dia berjalan memutar menutup jendela.Amo
Limey menjadi kelimpungan dan gelagapan. Dia tidak menyangka bahwa akan ada yang bertanya tentang Sion, rasa malunya langsung merebak tidak terkendali. Semua yang terjadi barusan seolah terpapar di depan mata, membuat Limey menelan ludah.Dengan gugup gadis itu mencoba mencari alasan, “Ah, dia tadi pergi ke hutan untuk mencari binatang buruan…” jawab Limey sekenanya.“Ah, omong-omong tentang binatang buruang, aku juga sudah lapar,” Bixi langsung memukul perutnya dan sadar bahwa dia belum makan dari tadi.“Bagaimana kalau aku pergi berburu kak!” tawar Gillian.“menarik, aku juga ikut, sudah lama aku tidak berburu, kita cari rusa yang besar dan kita panggang dagingnya. Aku jadi ingat makanan yang kau berikan padaku sebelum ini.”“Ayo kalau begitu!” Gilian langsung mengangguk, kedua lelaki itu segera turun menggunakan ilmu meringankan diri. Terdengar gelak tawa dari keduanya, terpantul
Setelah Siulan keras, sebuah suara menyentak memanggil nama Limey.“Mey!!”Mendengar namanya dipanggil, gadis itu memutar arah pandanganya ke asal suara. Dari arah utara, tidak terlalu jauh, dua orang lelaki tengah berjalan ke arahnya. Lelaki yang satu tengah menggendong seseorang di bahu, dan lelaki yang satu lagi dengan tidak sabar melentingkan tubuh untuk berlari secepatnya mendekati Limey.“mey!” panggilnya lagi setelah sampai dihadapan Limey.“Gillian?” Limey membelalakkan matanya ketika melihat Gillian datang.“Aku membawa seseorang untuk kau tolong, dia adik kelimaku!” seru Gillian sambil menunjuk ke arah Bixi yang datang. Bixi pun kemudian melompat dengan sangat cepat, sehingga Limey seolah melihat Bixi berjalan layaknya hantu.Bixi sampai di depan Limey dan kemudian membungkuk untuk meletakkan Amon yang berada di dalam panggulannya.“Dia butuh perawatan. Dan aku rasa kau o
Wajah Sion tampak mulai memerah, tubuhnya bergetar. Tampak uap-uap berwarna merah menguar dari sekujur tubuhnya. Sesuatu seolah menggeliat di dalam perutnya, memusar, berputar dan menyebar di dalam tubuh.Sion tahu sensasi apa itu. Itu adalah pembukaan level imdok. Biasanya, ketika seseorang telah mencapai batas imdoknya, tubuh akan membuka kunci imdok pada level selanjutnya. Selama ini Sion tidak pernah bisa naik level dari enam ke tujuh, seberat apapun dia berusaha. Level imdok hanya sampai pintu gerbang, dan Sion selalu tidak memiliki kunci untuk membuka pintu Imdok.beberapa kali lelaki itu mencoba membuka paksa Imdok level tujuh, namun berbeda dengan pembukaan paksa level imdok pertama dan kedua, imdok tingkat tinggi tidak bisa dipaksakan. gelombangnya amat dasyat, dan bisa saja menghancurkan orang yang mencoba paksa. aliran tenaga dalam pasti akan berbalik, lalu menghujam seluruh aliran darah sebelum meledak.Sion tidak pernah melihat orang yang meledak ka
Sekarang Limey menatap ke arah Sion, lalu dia bertanya, “Sion, menurutmu aneh tidak warna mataku?”Sion memperhatikan, “Kenapa? Matamu sangat indah menurutku, seperti warna langit.”Limey langsung menepuk dahinya sendiri. Sion selama ini buta, dia tidak pernah melihat warna mata orang lain, jadi baginya warna mata Limey itu biasa saja.“Kau pernah tidak bertemu orang yang bermata sama denganku?”Sion tercenung, lantas menggeleng, “Memang selama ini tidak ada yang memiliki warna mata sepertimu, tapi kurasa karena aku belum pernah bertemu dengan orang-orang yang bermata seperti itu.” jelas Sion.Limey menghela napas, “Kau tahu, di tempatku warna mata ini hanya salah satu warna mata lain. Ada yang memiliki mata berwarna hijau, cokelat, hitam seperti mata kalian semua.”“Oh…” Sion menanggapi dengan tenang, tidak
Kedua orang saudara seperguruan itu berlari, sebelum mengambil jeda untuk melompat. Tangan keduanya dihantamkan ke depan. Amon dengan pedang buntungnya, dan Gillian dengan tapak dewanya. Warna pedang Amon berpendar, warna tangan Gillian berubah biru. Mereka akan saling hantam, dan kemungkinan keduanya akan terluka parah.Dalam pandangan Amon, Gillian serupa monster yang tengah mengulurkan cakarnya ke arah Amon, hingga pemuda itu bersiap menyalurkan imdoknya pada pedang untuk saling berbenturan, dan kalau berhasil membelah sang monster.Bixi membuka mata, melihat semua yang terjadi, lantas dia bergerak, tubuhnya diangkat terbang seringan bulu. Penyatuan kepribadian Bixi kecil dan dirinya membuat Bixi akhirnya benar-benar menguasai jurus bidadari. Dengan lesatan luar biasa, dia berada di tengah keduanya yang siap beradu tenaga dalam. Bixi mengulurkan tangannya untuk menghantam sisi samping Gillian dan Amon secara bersama-sama.Amon dan
Bixi melompat ke luar dan berlari dari gerbang Air. Percuma bertahan disana, selama Bixi dewasa tertidur, Bixi kecil hanya bisa berusaha agar tubuh milik mereka bersama tidak sampai terluka. Aduh! Bixi kecil mengeluh, karena kesadaran dirinya yang lain masih tertidur, padahal dia tahu untuk mengatasi pertarungan tingkat tinggi, dia membutuhkan Bixi dewasa mengambil alih kesadaran. Tampaknya obat yang masuk ke dalam tubuh Bixi telah berhasil menidurkan Bixi, namun membangunkan Bixi yang lain.Di lain Sisi, Amon dalam kondisi kemarahan yang aneh mengejar Bixi. Tangannya memegang pedang buntung miliknya. Benda yang seperti pedang berkarat itu memiliki daya hancur luar biasa bila dipadukan dengan penggunaan imdok. Amon pun keluar dari pintu labirin dan mengejar sampai depan gerbang. Matanya seolah bersinar dan ada api di dalamya.Sebenarnya, Racun halusinogen dari serbuk-serbuk mawar sudah terhisap dan mengubah kesadaran Amon. Apa yang amon liha
Sion terperangah, dia memperhatikan wajah Limey baik-baik, kebingungan. “Kau bilang apa?”Limey mengulang ucapannya, “Aku akan menjadi penawarmu.” jawab Limey.Sion menunduk, mengepalkan genggamannya, buku-buku jarinya menengang. Lalu dengan setengah bergetar lelaki itu berkata, “Kau tahu apa yang kau katakan? Kau tahu efek dari yang kau katakan dari Mey?”Limey mengangguk. Sebenarnya tangan gadis itu sudah gemetaran, ketakutan melanda hatinya seperti badai, tapi dia mencoba tegar dan menyembunyikan perasaannya yang kacau. Namun seolah paham, Sion langsung mengambil tangan gadis itu, dan merasakan getaran pada tangan itu, “Lihat!” seru Sion, “Kau gemetar….”Limey buru-buru menarik tangannya kembali, lalu berkata cepat-cepat, “Aku bukan gemetar karena takut padamu….aku hanya tidak pernah melakukannya…”
Limey menghela napas, “Seperti yang tadi aku bilang. Bila kau yang terkena racun,maka yang harus meminum penawar ini adalah pihak perempuan, lalu kalian harus bercinta untuk memindahkan penawar itu ditubuhmu dan memusnahkannya.” wajah Limey sampai memerah ketika menjelaskan hal tersebut.Sion merasa kakinya mendadak lemas, dia langsung menjatuhkan diri pada salah satu kursi bambu ditempat itu. Wajahnya menjadi memerah karena malu mendengar penuturan Limey.“Kalau begitu berarti aku akan mati.” desis Sion dengan lemah.“Tidak, enggak bisa begitu! Aku akan membuatkan lagi pil dewa secepatnya, lalu kita akan cari lagi cara lain! Jangan putus asa!” seru LImey yang langsung mendekat ke arah Sion, berlutut di sisi lelaki itu sambil memegang lutut Sion.Sion menggeleng, “percuma Mey. Sudahlah, lupakan saja. Itu adalah obat terjahat yang pernah aku dengar….&rd