Beranda / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 586. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

586. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Penulis: Ramdani Abdul
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-06 17:24:35
“Kita berhasil mengalahkan mereka!”

“Kita menang!”

“Kita menang!”

“Pertarungan sudah usai!”

Para pendekar golongan putih mulai bersorak gembira menyadari para pendekar golongan hitam sudah sepenuhnya lenyap dari Jaya Tonggoh. Mereka melompatlompat kegirangan, saling memeluk dengan rekan mereka masing-masing. Air mata jatuh bersama suara pekikan yang menggema ke seluruh Jaya Tonggoh.

Lingga tersenyum, menghadap semua pendekar di dekatnya. “Kita semua menang.”

Kesepuluh petinggi golongan putih terkejut ketika melihat Lingga dari dekat. Mereka terdiam selama beberapa waktu, saling menoleh satu sama lain. Mereka tidak menduga jika pewaris kujang emas nyatanya adalah pendekar yang masih sangat muda.

“Masa depan kita bergantung pada pendekar muda itu,” ujar Wiryuda dengan perasaan sangat lega.

“Ini benar-benar di luar dugaan. Kita berhasil memenangkan pertempuran ini. Wintara dan Nilasari, bahkan para kelima anggota Cakar Setan dan para siluman berhasil dikalahkan.”

“Pemuda itu data
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Kanoe
terima kasih Thor.. semoga lebih cepat keluar bab terbarunya
goodnovel comment avatar
Edmund Eddy
cerita seru. bosan nunggu upgradenya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pendekar Kujang Emas   587. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Lingga!” Lingga terhuyung ke samping tepat saat ia kehilangan kesadaran. Limbur Kancana segera menahan tubuh pemuda itu, membaringkannya di tanah. “Aku akan mengobatinya.” Ganawirya segera mengalirkan kekuatannya ke tubuh Lingga. “Dia hanya kelelahan karena terlalu banyak menggunakan kekuatan.” “Memanggil kujang emas dan menggunakan kekuatan besar pusaka itu pastinya membutuhkan kekuatan yang tidak sedikit,” ujar Tarusbawa. Tarusbawa menatap kesepuluh petingi golongan putih. “Kabar mengenai kemenangan kita harus disebarkan ke seluruh pelosok tanah Pasundan. Kabar ini akan menjadi titik balik bagi kehidupan para pendekar dan warga. Meski kemenangan berada di tangan kita, tapi tidak menutup kemungkinan jika musuh-musuh baru akan datang dan membawa kekacauan lebih buruk. Kita harus segera mempersiapkan langkah berikutnya.” “Aku mengerti,” ucap Wirayuda, menoleh pada petinggi golongan putih yang lain. “Aku dan Limbur Kancana akan bertugas untuk meliatih Lingga di suatu tempat. Kalia

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-09
  • Pendekar Kujang Emas   588. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Di mana aku?” “Bukankah aku sedang berada di Jaya Tonggoh setelah bertarung dengan pasukan pendekar golongan hitam?” “Bagaimana aku bisa berada di tempat ini?” Lingga mengamati keadaan sekeliling. “Aku belum pernah berada di tempat ini sebelumnya. Aku juga tidak pernah melihat bangunan megah itu.” “Tunggu.” Lingga berusaha mengingat-ingat. “Tangga dan batu-batu runcing itu mengingatkanku pada bangunan yang berada di alam lain yang pernah aku naiki.” Lingga melompat ke depan, melihat lebih jelas bangunan bertingkat dengan halaman yang sangat luas. “Benar. Tangga berbatu dan batu-baru runcing itu mengingatkanku pada bangunan di alam lain yang pernah aku naiki. Di tempat itulah aku mendapatkan tugas untuk mendapatkan ketiga mustika untuk bisa menguasai kekuatan kujang emas sepenuhnya.” Lingga bergeser ke samping ketika melihat pasukan berkuda memasuki gerbang istana. Tubuhnya berhasil ditembus oleh beberapa prajurit yang berjalan kaki. Lingga terdiam agak lama. “Apa mungkin aku te

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Pendekar Kujang Emas   589. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Di mana aku?” Lingga mengerjap-ngerjapkan mata, duduk dengan satu tangan memegang kepala yang berdenyut-denyut kencang.Lingga menoleh ke samping. “Talaga Asri. Aku berada di dalam gua. Tapi, keadaan gua sudah nyaris hancur. Mungkinkah gua ini menjadi salah satu tempat pertempuran?”“Lingga, akhirnya kau sadar,” ujar Geni yang mendekat bersama Jaya dan Barma. Murid padepokan lain segera mendekat.Sekar Sari dengan buru-buru melompat, tersenyum. “Kakang, syukurlah kau sudah sadar. Kami semua sangat mengkhawatirkanmu.”Lingga mengamati teman-teman seperguruannya. Ia berdiri dengan bantuan, Geni, Jaya, dan Barma. “Apa kalian baik-baik saja?”“Kami berhasil selamat karena bantuanmu, Lingga.” Geni menggeleng. “Maksudku, kami semua termasuk para pendekar selamat karena bantuanmu.”Ganawirya mendadak muncul di tengah kerumunan para murid padepokan, menggantikan posisi Geni, Jaya, dan Barma. “Lingga, duduklah. Aku akan memeriksa keadaanmu. Dan kalian semua, bersiaplah untuk pertemuan yang se

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Pendekar Kujang Emas   590. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Ampun, Gusti.” Nyi Genit bersujud. “Dengan kekuatan hamba sekarang, hamba tidak bisa banyak bergerak. Hamba juga akan sangat mudah dikalahkan oleh para pendekar, bahkan pendekar kecil sekalipun.”Totok Surya menggeram penuh amarah, menyentuh dadanya. “Saya akan membagi sedikit kekuatan saya pada kamu, Genit. Terimalah jika kamu memang tetap ingin hidup.”“Terima kasih, Gusti. Aku akan menerimanya dengan senang hati.” Nyi Genit tersenyum.Totok Surya berdiri dari kursi singgasana, melesatkan serangan ke arah Nyi Genit. “Jika kau sangat menginginkan kekuatan ini, kau akan bisa menahan rasa sakitnya, Genit.”“Ah!” Nyi Genit tiba-tiba menjerit sangat keras, memegang leher yang seperti tengah dicekik, berguling-guling hingga jatuh ke lantai bawah. Tubuhnya mendadak diselimuti oleh api hitam kemerahan.Totok Surya tertawa terbahak-bahak dan seketika berhenti ketika merasakan lukanya kembali terasa. “Aku terlalu banyak menggunakan kekuatanku. Terkutuklah kau, Nilakendra. Kau sudah mengutukk

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Pendekar Kujang Emas   591. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar (Akhir)

    Keharuan dan kenangan masa lalu seketika menyesaki perasaan Lingga. Matanya tampak bercaka-kaca, menunjukkan kerinduan, amarah, dan penyesalan. Lingga bisa membayangkan kehidupan lamanya di padepokan kecil ini. Pendekar muda itu bahkan bisa melihat sosok dirinya yang sedang dikejar-kejar oleh Ki Petot. Waktu terasa berjalan sangat cepat hingga ia kini kembali datang dalam sosok berbeda. Lingga juga bisa membayangkan halaman yang dipenuhi murid-murid padepokan untuk berlatih, bangunan kayu yang dijadikan sebagai rumah dan tempat berkumpulnya para murid dan kamar Ki Petot serta ruangan kecil di dekat dapur yang menjadi kamarnya. Menoleh ke atas, Lingga melihat beberapa pohon yang sempat ia gunakan sebagai tempat persembunyian ketika para murid berlatih. Ia akan mencacat dan menggambar gerakan dan jurus di gulungan-gulungan yang sudah ia persiapkan sebelumnya. Bayangan masa lalu akhirnya hanya akan menjadi masa lalu. Padepokan Maung Bodas yang menjadi tempatnya tumbuh kini tak ubahn

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Pendekar Kujang Emas   592. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Kabar kemenangan pasukan pendekar golongan putih dari golongan hitam serta munculnya pemuda pewaris kujang emas dengan cepat menyebar ke seluruh tanah Pasundan.Kabar ini menjadi berita kedua setelah kejadian berbulan-bulan lalu di mana pemuda pewaris kujang emas pertama kali muncul ke rimba persilatan. Berbeda dengan sebelumnya, warga lebih menyambut baik peristiwa ini karena bersatunya seluruh pendekar golongan putih.Begitu para petinggi golongan putih kembali ke tempat masing-masing, semua rencana yang sudah disusun segera dilakukan. Para pendekar terbaik dari seluruh padepokan di tanah Pasundan berbondong-bondong pergi untuk berlatih di bawah arahan kesepuluh petinggi golongan putih di gunung Padaherang. Para tabib terbaik pun berbondong-bondong pergi menuju Lebak Angin untuk berlatih di bawah bimbingan Ganawirya.Para bawahan kesepuluh petinggi golongan putih mulai mengumpulkan anak-anak dan remaja untuk berlatih silat dan pengobatan di berbagai padepokan yang sudah ditunjuk. Pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • Pendekar Kujang Emas   593. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Golongan putih sudah memasuki masa-masa baru. Mereka mulai bersatu setelah peristiwa pertarungan di Jaya Tonggoh. Rombongan pendekar, tabib, serta warga terlihat memadati beberapa padepokan dan beberapa gunung untuk memulai pelatihan.Di saat yang sama, Nyi Genit terus bergerak di tengah kegelapan hutan, melompati satu per satu dahan pohon. Ia bertemu dengan beberapa siluman yang menyamar menjadi manusia, lalu memerintahkan mereka untuk mengumpulkan siluman lain. Dalam waktu cukup singkat, ia berhasil mengumpulkan bawahan sebanyak lima puluh siluman dari berbagai jenis.Nyi Genit mengamati kepergian tiga siluman di langit. Siluman wanita itu mengembus napas panjang, duduk di sebuah batang pohon yang tumbang untuk beristirahat. “Sungguh menyebalkan. Aku masih merasakan rasa sakit karena pertarungan waktu itu. Aku beruntung karena Gusti Totok Surya menyelamatkanku di saat-saat terakhir. Aku tidak tahu bagaimana nasib Munding Hideung, Bangkong Bodas, dan Simuet Koneng sekarang. Aku harap

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01
  • Pendekar Kujang Emas   594. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kau benar.” Nyi Genit berbalik, menoleh pada langit yang bertabur bintang. “Untuk sekarang, kau hanya bisa membesarkan kedua tangan dan lenganmu. Semakin kau bertambah kuat, kau akan mampu mengubah wujudmu menjadi Jurig Lolong.” “Terima kasih, Nyi.” Darmasena membungkuk, mengamati kedua tangannya. “Aku akan menggunakan kekuatan ini sebaik mungkin.” Nyi Genit berbalik. “Katakan, apa yang sedang dilakukan oleh pemuda bernama Lingga, Tarusbawa, Limbur Kancana, dan yang lain?” Darmasena menjelaskan, “Aku tidak mengetahui keberadaan Lingga, Tarusbawa, dan Limbur Kancana, Nyi. Kabar mengenai mereka sangat dirahasiakan oleh para pendekar golongan putih. Aku hanya mendengar jika para petinggi golongan putih sedang melakukan pelatihan pada para pendekar terpilih di gunung Padaherang. Para pendekar muda dan anak-anak juga dilatih di beberapa padepokan terpilih dengan pengawasan ketat. Selain itu, para tabib berlatih di bawah bimbingan Ganawirya di Lebak Angin, dan para tabib baru berlatih di

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-01

Bab terbaru

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status