Beranda / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 574. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

574. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Penulis: Ramdani Abdul
last update Terakhir Diperbarui: 2023-08-05 16:01:09

Angin berembus kencang dari arah Jaya Tonggoh, disusul guncangan kuat ke sekeliling. Perjalanan Galih Jaya, Dharma, Malawati dan para pendekar muda lainnya terhenti karena pepohonan berguncang kuat hingga ranting berjatuhan dan daun berguguran.

Asap tebal tampak mengelilingi Jaya Tonggoh dari kejauhan. Kawanan burung dan hewan lain berlari menjauh ke hutan lebih dalam. Untuk sementara waktu, para pendekar terdiam dengan tatapan tertuju ke arah Jaya Tonggoh.

“Pertarungan kembali terjadi,” ujar Galih Jaya dengan wajah cemas, mengepal tangan erat-erat. Saat menoleh pada rekan-rekannya, ia melihat raut khawatir dan ketakutan.

“Kita harus melanjutkan kembali perjalanan, Galih Jaya.” Dharma menyentuh bahu Galih Jaya. “Aku tidak bermaksud buruk dan meremehkan perjuangan para pendekar yang sedang bertarung di Jaya Tonggoh. Hanya saja, kita harus bisa memikirkan keadaan terburuk dari pertarungan yang sekarang terjadi.”

Galih Jaya menarik napas panjang, menatap satu per satu pendekar yang sud
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kujang Emas   575. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Benar.” Ajisoka menoleh ke arah Jaya Tonggoh sesaat. “Setelah kami semua pulih dan mendengar penjelasan dari para pendekar yang menjaga kami, kami semua memutuskan untuk pergi ke Jaya Tonggoh untuk ikut dalam pertarungan.”“Kami tidak ingin menjadi beban terus-menerus. Selama kami tidak sadarkan diri, sudah banyak hal yang terjadi, termasuk korban yang terus berjatuhan,” ujar Amarsa.“Syukurlah, kau berhasil selamat, Malawati.” Gendis memeluk Malawati erat. “Kami akan membayar waktu isitrahat kami dengan bergabung dalam pertarungan.”“Sayangnya keadaan tidak menguntung bagi kita,” ujar Dharma, “para pertinggi golongan putih justru memerintahkan kami untuk menjauhkan diri dari pertarungan.”Ajisoka, Amarsa, Gendis, dan para pendekar yang menjadi korban Wintara dan Nilasari saling berpandangan satu sama lain.“Pasukan pendekar golongan hitam berhasil memukul mundur pasukan pendekar golongan putih hingga ke sisi Jaya Tonggoh. Dilihat dari berbagai sisi, para pendekar golongan putih suda

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-06
  • Pendekar Kujang Emas   576. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Di dalam gua, Sekar Sari, Indra, Jaka, Arya, dan para murid padepokan merasakan guncangan sangat hebat berkali-kali. Sementara itu, para tabib masih tidak sadarkan diri.Arya melompat ke atas, bersembunyi di balik reruntuhan batu di sela-sela aru sungai yang akan jatuh menjadi air terjun. Ia melihat jalannya pertarungan di mana para pendekar golongan putih sudah sangat terdesak. Wintara dan Nilasari beberapa kali mengubah para pendekar yang tumbang menjadi pasukan siluman mereka, tetapi Ganawirya dengan dibantu beberapa pendekar kembali berhasil mengubah para pendekar kembali.“Guru Ganawirya dan para pendekar golongan putih tengah bertarung mati-matian dengan para pendekar golongan hitam. Mereka sudah sangat terdesak dan nyaris kalah. Anehnya, aku tidak melihat Kakang Guru dan Tuan Guru. Sepertinya mereka sedang menyiapkan rencana.”Arya terdiam saat Wintara dan Nilasari dalam wujud ular raksasa menghantam para pendekar ke sisi Jaya Tonggoh meski para pendekar kembali bangkit. “Para

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-07
  • Pendekar Kujang Emas   577. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Ekawira, Galisaka, Jatiraga, Kolot Raga, Bakti Jaya dan Tapasena sudah terbaring di tanah bersama para pendekar golongan putih yang lain. Sementara itu, Ganawirya dan Wirayuda masih berjuang untuk menghadapi rentetan serangan dari para pendekar golongan hitam meski sudah sangat terdesak dan penuh luka.Ganawirya tengah bertarung dengan Argaseni, Bangasera, Brajawesi, Munding Hideung dan Bangkong Bodas. Hampir sekujur tubuhnya sudah dipenuhi dengan darah. Di sisi lain, Wirayuda tengah bergelut dengan Nyi Genit, Kartasura, Wulung, Simeut Koneng dan lima Jurig Lolong meski akhirnya terpental hingga mendarat di tanah dengan cukup kuat. Ganawirya menyusul setelah tidak mampu menahan serangan gabungan.Nyi Genit tertawa, menatap seluruh pendekar yang sudah terbaring tak berdaya di tanah. “Mencoba hingga berkali-kali pun kalian akan tetap kalah. Kalian hanya menyia-nyiakan kesempatan untuk hidup.”Nyi Genit mengamati keadaan sekeliling, mencari keberadaan Tarusbawa dan Limbur Kancana yang me

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-10
  • Pendekar Kujang Emas   578. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Asap mengepul ke sekeliling untuk sementara waktu. Nyi Genit dengan segera mengibaskan kedua selendangnya hingga asap menghilang.“Terkutuk!” Nyi Genit melesat turun. Setengah bagian tubuhnya menjadi keriput. “Aku terlalu banyak menggunakan kekuatanku. Aku tidak mengira pertarungan kali ini membutuhkan banyak kekuatan.”Wulung, Argaseni, Brajawesi, Bangasera, Kartasura, Wintara, Nilasari, Munding Hideung, Bangkong Bodas, dan Simeut Koneng mendarat di tanah.Tongkat perak yang tertancap di tanah seketika meluncur ke arah utara Jaya Tonggoh.“Para pendekar, tiga Jurig Lolong, dan hampir setengah dari siluman hitam menghilang.” Nyi Genit mendengkus, memelotot tajam. “Mereka berhasil terisap oleh jurus dari tombak perak. Tapi keadaan para pendekar bodoh itu tentu—”“Apa?” Nyi Genit terkejut ketika melihat sebuah kubah pelindung. “Mereka berhasil selamat dengan berlindung di kubah pelindung itu. Padahal jurus yang kugunakan tergolong jurus yang cukup kuat.”“Limbur Kancana menggunakan kend

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-12
  • Pendekar Kujang Emas   579. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Tubrukan dua kekuatan itu seketika menciptakan gelombang dahsyat ke sekeliling, disusul angin kencang dan asap yang menyebar ke sekitar. Para pendekar golongan putih terpental ke belakang. Ganawirya mengerahkan kekuatannya untuk melindungi Limbur Kancana, Tarusbawa serta seluruh pendekar. Di saat yang sama, para golongan hitam ikut terdorong mundur meski dilindungi oleh dua Jurig Lolong.Di balik asap yang masih menyebar ke sekeliling, tiga bayangan bergerak sangat cepat menuju kerumunan para pendekar golongan putih. Jejak kaki mulai terdengar bersahutan dari arah utara. Banyak bayangan berkelebat cepat menuju arah Jaya Tonggoh.Seseorang menghempaskan asap dengan dua buah kipas di tangannya. Dalam waktu singkat, keadaan kembali seperti semula.Nyi Genit, kelima anggota Cakar Setan, Wintara, Nilasari, Munding Hideung, Bangkong Bodas, dan Simet Koneng terkejut ketika melihat tiga orang asing yang berada di barisan para pendekar golongan putih. “Kalian bertiga,” gumam Wirayuda yang mas

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Pendekar Kujang Emas   580. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Jaya Sasana memekik kencang hingga suaranya terdengar hingga ke sisi Jaya Tonggoh dan sekitarnya. Wira dan Danuseka yang tengah berada di sisi sungai seketika menoleh ke arah Jaya Tonggoh ketika mendengar teriakan itu.Jaya Sasana melompat tinggi bersamaan dengan para pendekar yang melesat maju. Pendekar berusia empat puluh tahunan dengan tubuh tinggi tegap itu segera menghimpun kekuatan, memanggil kesepuluh tiruan, lalu bergerak cepat menyusul para pendekar. Di saat yang sama, golongan hitam ikut menyerang.Seorang pendekar dengan rambut panjang menoleh pada Wirayuda, Ekawira, Galisaka, Jatiraga, Kolot Raga, Bakti Jaya, dan Tapasena, tersenyum. “Akan sampai kapan kalian terduduk menyedihkan seperti itu? Aku datang bukan untuk melihat kalian bersantai.”“Tutup mulutmu, Manggala Putra,” ujar Ekawira, “di saat kau tertidur pulas, kami semua sudah mempertaruhkan nyawa untuk menghadapi kedua siluman itu dan juga pasukan musuh. Kau sebaiknya segera menyusul Jaya Sasana dan para pendekar ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-14
  • Pendekar Kujang Emas   581. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman kembar

    “Suara siapa itu?” tanya Candra Kirana seraya berdiri dari tanah. Ia merasakan seluruh tubuhnya gemetar hebat.“Suasana ini membuatku tidak nyaman.” Manggala Putra mengawasi keadaan sekeliling, mengeratkan pegangan pada tombaknya.Jaya Sasana mengarahkan pedangnya ke atas, menghimpun kekuatan, menajamkan seluruh indranya untuk mengetahui dari mana suara itu berasal. Pedanganya tiba-tiba menunjuk arah langit. “Di sana. Suara itu muncul dari arah langit.”Semua perhatian para pendekar golongan putih seketika mendongak ke langit. Nyi Genit, kelima anggota Cakar Setan, Wintara, Nilasari, Munding Hideung, Bangkong Bodas, Simeut Koneng tertawa meremehkan. Tarusbawa berdiri dengan bantuan Indra dan Meswara. Ia mengerahkan kekuatannya, tetapi kekuatannya sudah sepenuhnya terkunci. “Suara ini berasal dari Totok Surya. Dia adalah pemimpin para pendekar golongan hitam.”“Totok Surya.” Para pendekar terkejut ketika mendengar nama tersebut, ditambah keadaan yang semakin mencekam dengan angin dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15
  • Pendekar Kujang Emas   582. Dua Pendekar HItam dan Serangan Siluman Kembar

    “Aku benar-benar malu karena disadarkan oleh seorang gadis muda.” Kolot Raga terkekeh. “Aku melewati masa muda yang kotor, tapi aku ingin memilih akhir hidupku di jalan yang putih.”“Aku akan benar-benar malu pada diriku sendiri jika aku menyerah setelah melewati semua hal menyulitkan yang aku alami di pertempuran ini.” Ekawira berusaha melawan tekanan. “Siapa pun pemuda pewaris kujang emas itu dan di mana pun dia berada sekarang, aku menaruh kepercayaanku padanya sekarang.”“Tekanan ini tidak akan membunuhku.” Galisaka mengerahkan kekuatan. “Aku masih harus melakukan sesuatu sebelum aku mati.”“Jika aku menyerah, aku hanya akan menjadi contoh buruk untuk pendekar setelahku.” Jatiraga menghimpun kekuatan.“Aku sudah mengatakan jika aku siap mati dalam pertarungan ini. Untuk itu, akan memalukan jika aku menyerah.” Bakti Jaya memusatkan seluruh kekuatan dalam satu titik.“Aku nyaris berkali-kali mati dalam pertempuran ini dan hingga saat ini aku berhasil bertahan. Untuk itu, aku tidak a

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-15

Bab terbaru

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status