Home / Pendekar / Pendekar Kujang Emas / 507. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Share

507. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

Author: Ramdani Abdul
last update Last Updated: 2023-04-06 22:35:29

Di atas tunggangan kelelawar raksasa, Kartasura dan Danuseka melihat bagaimana jalannya pertarungan antara keempat anggota Cakar Setan dengan Pendekar Hitam yang nyatanya adalah seorang tiruan.

Kartasura dan Danuseka mengerahkan kelelawar mereka untuk menjauh saat serangan dahsyat terjadi. Terjadi guncangan kuat hingga angin berembus ke arah mereka, disusul getaran kuat di tanah hingga membuat beberapa pohon bertumbangan.

“Kubah pelindung itu benar-benar kuat,” ujar Kartasura.

“Aku merasa aneh dengan kubah itu. Anggota Cakar Setan dan para siluman itu sudah diselimuti racun kalong setan terkuat, tapi kubah pelindung itu belum menandakan akan hancur, padahal seharusnya penawar racun kalong setan yang menyelimutinya tidak akan sekuat itu.” Danuseka menanggapi.

“Kau benar, Danuseka. Aku juga merasakan hal yang sama. Satu-satunya yang kupikirkan adalah para pendekar memiliki penawar racun kalong setan yang sama kuatnya dengan racun kalong setan yang digunakan anggota Cakar Setan dan para
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kujang Emas   508. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Kubah pelindung itu mulai melemah. Muncul retakan dan lubang di beberapa titik. Kita harus segera menyerang dengan kekuatan penuh,” ujar Bangkong Bodas.“Kau benar, Bangkong Bodas,” sahut Simeut Koneng, “aku yakin yang lain juga sudah menyadari hal ini. Para pendekar bodoh itu tidak akan bisa bertahan lagi.”Bangkong Bodas dan Simeut Koneng melompat ke belakang dalam waktu bersamaan, memutar tubuh di udara, menghimpun kekuatan di kedua tangan.Para siluman menyebar ke sekeliling gua, bersiap untuk melesatkan serangan.Wulung, Argaseni, Brajawesi dan Bangasera mengentak tubuh ke empat arah berbeda, melirik sekeliling dan bersiap dengan serangan. Tak ingin ketinggalan, Wintara dan Nilasari melesatkan serangan susuk dan tombak ke arah langit.“Gawat. Dengan serangan itu, kubah pelindung ini tidak mungkin bisa bertahan lagi. Aku harus melindungi para tabib,” ujar Wirayuda yang bersembunyi di balik pohon. Ia segera memberi tanda pada petinggi golongan putih yang lain untuk kembali.Wiray

    Last Updated : 2023-04-07
  • Pendekar Kujang Emas   509. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Keempat anggota Cakar Setan melesatkan serangan dari empat arah berbeda menuju gua. Serangan itu langsung menghantam kuat hingga beberapa bagian gua roboh dan rata dengan tanah. Guncangan dahsyat langsung terjadi di tempat para tabib dan para pendekat berada. Untungnya, mereka masih bisa bertahan.“Kubah pelindung berhasil dihancurkan,” ujar Limbur Kancana, “keempat anggota Cakar Setan, Wintara dan Nilasari serta para siluman sudah bergerak ke arah gua.”Semua orang sontak terkejut ketika mendengarnya. Para tabib kembali bekerja dengan cepat untuk menyelesaikan tahap akhir.“Kami masih membutuhkan sedikit waktu,” ucap Ganawirya.Limbur Kancana segera menghimpun kekuatan, melesatkan empat pukulan ke arah gua. Dari empat pukulan itu muncul empat harimau putih yang tiba-tiba mengaum keras. “Ini bisa menahan mereka meski sebentar.”Limbur Kancana melirik Ganawirya dan Sekar Sari yang masih berkutat dengan ramuan. Ia bergumam dengan tatapan tertuju pada atap gua yang sudah berlubang besar,

    Last Updated : 2023-04-08
  • Pendekar Kujang Emas   510. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Wintara, Nilasari,” ujar Wirayuda yang dengan cepat bersiaga. Para petinggi golongan utih dan pendekat ikut melakukan hal serupa.Ganawirya terdiam sesaat ketika melihat dua sosok siluman berwujud manusia di depannya. Ia bisa merasakan hawa membunuh yang sangat kuat. “Sedikit lagi sampai cairan ini aku masukan ke dalam ramuan lain.”Sekar Sari mendekat, menatap para pendekar yang sudah sepenuhnya bersiaga. “Guru.”“Setelah aku memasukkan cairan ini, kita membutuhkan sedikit tambahan waktu agar penawar racun kalong setan ini sempurna. Sayangnya, kita tidak memiliki banyak waktu untuk mencoban ramuan penawar ini lebih dahulu.”Para siluman muncul dari sekeliling arah, mengelilingi para pendekar. Sebuah serangan yang datang dari berbagai arah membuat seluruh gua sudah sepenuhnya hancur. Para pendekar dan tabib bisa melihat keadaan sekitar yang sudah porak poranda.Wintara dan Nilasari menghimpun kekuatan. Dari kedua lengan mereka muncul sisik-sisik ular yang kemudian melesat ke arah dep

    Last Updated : 2023-04-08
  • Pendekar Kujang Emas   511. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Lingga menggunakan jurus harimau putih untuk menghadapi sosok tiruan Wira. Pertarungan keduanya tampak imbang dengan serangan yang beberapa kali saling menumbuk. Di tengah keadaan yang masih dipenuhi oleh asap putih, Lingga berusaha mengalahkan sosok tiruan yang dahulu pernah menjadi rekannya dan sosok yang dikaguminya.Lingga terdorong mundur ketika serangannya lagi-lagi berbenturan dengan sosok tiruan Wira. Kedua tangannya yang diselimuti cahaya putih seperti cakar harimau mendadak menghilang. Lingga berusaha tenang di tengah bayangan menyakitkan saat tahu Wira adalah sosok pengkhianat yang menjadi dalang kematian Ki Petot.“Aku harus tenang. Aku pasti bisa mengalahkan sosok tiruan itu.” Lingga kembali bersiaga, mengamati setiap gerak-gerik sosok tiruan Wira. Saat akan melangkah, suara hinaan yang berasal dari sosok itu menghadangnya.“Dasar manusia bodoh. Karena kebodohan dan kelemahanmulah tua bangka itu mati. Kau adalah pembawa sial makhluk rendahan yang tidak pantas hidup.”Ling

    Last Updated : 2023-04-09
  • Pendekar Kujang Emas   512. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Sebuah ledakan terjadi akibat serangan yang diluncurkan keempat anggota Cakar Setan, Wintara, Nilasari dan para siluman. Guncangan terasa kuat ke sekeliling, menimbulkan embusan angin kencang, asap tebal dan hitam yang mengudara ke langit. Pepohonan di sekitar kawasan roboh hingga rata dengan tanah.Wulung, Argaseni, Brajawesi dan Bangasera melancarkan serangan jarak jauh. Asap seketika menghilang hingga keadaan gua terlihat dengan jelas. Sayangnya, tidak ditemukan satu pun pendekar maupun para tabib, yang terlihat justru sisa-sisa runtuhan gua yang sudah rata dengan tanah.“Apa? Ke mana para pendekar bodoh itu pergi?” Wulung berdecak kesal, memelotot tajam. “Bagaimana mungkin mereka bisa melarikan diri secepat ini? Limbur Kancana. Ini semua pasti ulahnya. Dia benar-benar membuat darahku mendidih.”Argaseni menarik dirinya ke arah reruntuhan kabah, mengawasi keadaan sekeliling. Ia menemukan sisa dan kendi bekas ramuan yang tercecer di tanah. “Mereka berhasil melarikan diri di saat-s

    Last Updated : 2023-04-11
  • Pendekar Kujang Emas   513. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Wulung melesatkan pecutnya ke arah utara, menarik dirinya, melakukan gerakan yang sama berkali-kali untuk mengejar kelima siluman. Argaseni dan Brajawesi segera menyusul dengan bantuan tongkat dan kapaknya.Sementara itu, Bangasera tertawa ketika melihat kekesalan di wajah Wintara dan Nilasari. “Akhirnya kalian merasakan bagaimana kejamnya penghinaan. Harga untuk membantu kalian tidaklah murah. Kalian harus membuktikan jika kalian pantas ditolong. Jika tidak, bisa saja kalian akan berakhir menjadi sampah tak berguna.”“Kau!” Nilasari bersiap menyerang, tetapi Wintara kembali menghadangnya.Bangasera mengubah wujudnya menjadi ular, lalu bergerak cepat menyusul yang lain.“Kakang, kenapa kau terus menghalangiku?” Nilasari berdecak kesal. “Pria hitam dan siluman ular jelek itu harus kita beri pelajaran.”“Tenanglah, Nilasari. Aku tahu kau sangat kesal. Perlu kau tahu jika aku juga merasakan hal yang sama. Tapi membalas perbuatan mereka saat ini tidak akan menguntungkan bagi kita. Kita ha

    Last Updated : 2023-04-11
  • Pendekar Kujang Emas   514. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    Indra, Meswara, Jaka dan Arya memberikan salam penghormatan khas pendekar pada Limbur Kancana dan Ganawirya.“Apa yang terjadi pada Sekar Sari, Kakang Guru, Guru?” tanya Indra dengan wajah penuh kekhawatiran, “dan siapa orang-orang ini?”“Tenanglah, Indra. Sekar Sari hanya tidak sadarkan diri. Setelah dia beristirahat, dia akan kembali seperti semula,” jawab Ganawirya, “lalu orang-orang ini adalah para tabib yang sudah berkerja sangat keras untuk membuat penawar racun kalong setan brsamaku. Mereka akan beristirahat di tempat ini untuk sementara waktu.”“Syukurlah.” Indra menoleh pada para murid yang mendekat ke arah tempat ini. “Lalu bagaimana dengan para murid yang lain, Guru? Mereka akan bertanya-tanya mengenai orang-orang ini, terutama Sekar Sari. Bisa saja ingatan mereka kembali ketika melihatnya.”“Biar aku yang mengatasi hal ini.” Limbur Kancana menciptakan dinding tak kasat mata. “Dalam pandangan orang biasa, ruangan ini akan terlihat seperti dinding tebal yang tidak mungkin bi

    Last Updated : 2023-04-14
  • Pendekar Kujang Emas   515. Dua Pendekar Hitam dan Serangan Siluman Kembar

    “Jadi kalian bertiga masih mengingat Lingga. Bagaimana hal ini bisa terjadi?” tanya Ganawirya dengan tatapan tajam.Geni, Jaya, dan Barma sontak terkejut dan ketakutan. Ketiganya dengan cepat berdiri, mundur hingga punggung mereka menempel di dinding gua.“Katakan sekarang juga. Kenapa kalian masih bisa mengingat Lingga?”Geni. Jaya dan Barma saling menyikut, menatap satu sama lain, memberi tanda siapa yang akan berbicara pada Ganawirya.“Kami mengingat Lingga saat kami tersadar. Kami menulis nama Lingga di senjata masing-masing sehingga kami bisa mengingat Lingga. Kami bertiga juga menayksikan kepergian Lingga, Kakang Guru dan Sekar Sari,” jawab Geni pada akhirnya.Ganawirya diam sesaat. Seperti yang dikatakan Limbur Kancana, jurus penghilang ingatan akan mudah dipatahkan oleh orang yang memiliki ingatan dan hubungan kuat dengan sosok yang ingin dilupakan. Hal ini juga terjadi pada Sekar Sari sebelumnya.“Aku tidak ingin jika kabar mengenai Lingga sampai bocor pada murid lain. Jika s

    Last Updated : 2023-04-16

Latest chapter

  • Pendekar Kujang Emas   676. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana dan Saraswati seketika berdiri dan membungkuk hormat ketika melihat kemunculan Tarusbawa. Lingga berdiri di belakang Tarusbawa, mengamati Ganawirya, Limbur Kancana, Sekar Sari, dan dua sosok asing yang membungkuk hormat pada Tarusbawa. “Siapa mereka? Aku baru pertama kali bertemu dengan mereka. Mereka terlihat kuat.” Panji Laksana dan Saraswati kembali berdiri tegak, menoleh pada Lingga. Keduanya saling melirik sesaat, memberi salam penghormatan untuk Lingga. “Aku Panji Laksana. Aku merasa bangga bisa bertemu dengan pemuda pewaris kujang emas,” ujar Panji Laksana. Saraswati menunduk malu, menyembunyikan pipinya yang memerah. “Pemuda itu memang sangat tampan sesuai dengan perkataan orang-orang,” gumamnya. Saraswati berdeham saat Panji Laksana menyikutnya. “Aku Saraswati. Aku juga merasa bangga bisa bertemu denganmu.” Lingga membalas salam dua saudara kembar itu. “Namaku Lingga. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa berteman dengan baik.” Sekar

  • Pendekar Kujang Emas   675. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Lingga segera mendekati Tarusbawa. “Guru, apa kau baik-baik saja?” Tarusbawa seketika berjongkok, menahan rasa panas dan sesak yang semakin menjalar di dadanya. Ia sontak terdiam saat mendengarkan ucapan seseorang. Sebuah cahaya merah seketika terlihat di dada Tarusbawa, bergerak beberapa kali. “Guru.” Lingga mengamati cahaya itu saksama, melompat mundur saat cahaya itu keluar dari dada Tarusbawa. “Cahaya merah apa itu?” Cahaya itu mengelilingi Lingga selama beberapa kali, terbang ke langit, kemudian perlahan turun hingga berhadapan dengan Lingga. Tak lama setelahnya, cahaya itu berubah menjadi sosok Prabu Nilakendra. “Prabu.” Lingga segera memberikan salam penghormatan. “Kau sudah menunjukkan perjuangan hingga sampai di titik ini. Dengan munculnya mustika merah ini dari Tarusbawa, maka waktu ujianmu akan segera dimulai,” ujar Prabu Nilakendra sembari menunjukkan sebuah benda bulat bercahaya merah di tangannya. “Waktu ujianku sudah dimulai?” “Aku ingin mengingatkanm

  • Pendekar Kujang Emas   674. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Baik, Guru.” Sekar Sari mengangguk.“Indra, antarkan Panji Laksana ke ruangan kalian. Dia juga akan tinggal bersamamu dan yang lain mulai sekarang,” ujar Ganawirya.Panji Laksana mengikuti Indra. Kedua pemuda itu menghilang saat melewati beberapa gubuk. Suasana masih terasa canggung, apalagi bagi Sekar Sari dan Saraswati yang saling mengamati satu sama lain.Sekar Sari dan Saraswati berjalan menuju gubuk para wanita, sedangkan Meswara, Jaka, dan Arya masih berada di depan gubuk saat Ganawirya memberi perintah pada mereka.Sekar Sari melirik Saraswati berkali-kali. Kepalanya penuh dengan pertanyaan saat ini. “Hanya dengan melihat matanya saja, dia pastilah gadis yang sangat cantik. Aku melihat Kakang Indra dan yang lain juga terpana saat melihatnya.”Saraswati mengamati keadaan sekeliling. “Padepokan ini sangat tenang dan menyenangkan. Aku menyukai tempat ini.”Sekar Sari berhenti di depan sebuah gubuk, menaiki undakan tangga kecil, membuka pintu. “Ini adalah gubuk tempat tinggalku. A

  • Pendekar Kujang Emas   673. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Panji Laksana mengangguk. “Aki kami, Sanjaya, memerintahkan kami berdua untuk menemui kalian bertiga atau salah satu dari kalian bertiga. Aki ingin memberi tahukan soal keberadaannya pada kalian. Beberapa bulan lalu setelah kami melihat dan merasakan kekuatan pusaka kujang emas, Aki mengingat semua kembali ingatannya yang telah hilang.”“Bangkitnya pusaka kujang emas terjadi untuk ketiga kalinya. Terakhir kali saat kami, pasukan pendekar golongan putih, melawan dua siluman kembar dan para pendekar golongan hitam. Lingga mengurung mereka di Jaya Tonggoh,” ujar Tarusbawa. Panji Laksana memberikan sebuah pisau pada Tarusbawa. “Aki memerintahkan kami untuk memberikan pisau ini pada pemuda pewaris kujang emas. Pisau itu adalah kunci untuk memasuki Nusa Larang, tempat di mana Aki dan kami berada selama ini. Saat pisau itu bersinar, maka saat itulah waktu yang tepat bagi si pewaris kujang emas untuk menemui Aki.”Tarusbawa mengambil pisau itu, mengamati saksama. “Lingga sedang berlatih saat

  • Pendekar Kujang Emas   672. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Atap-atap gubuk mulai terlihat saat Panji Laksana dan Saraswati keluar dari kungkungan pohon. Mereka melihat sebuah ari terjun dan sungai yang mengalir jernih. Begitu memasuki padepokan, mereka mendapati beberapa murid dan tabib yang tampak hilir mudik.Panji Laksana dan Saraswati mengamati keadaan sekeliling. Beberapa murid melihat kedatangan mereka dengan tatapan bertanya-tanya, saling berbisik-bisik.“Aku sudah lama tidak melihat sebuah padepokan, Kakang.” Saraswati tersenyum saat melihat beberapa gadis tampak berbondong-bondong menuju sebuah tepat.“Kau tampaknya menyukai tempat ini, Saraswati.” Panji Laksana mengamati beberapa pemuda seusianya yang beriringan menuju arah utara.“Tentu saja aku menyuai tempat ini, kakang. Sejak kecil, kita hidup bersama Aki di tempat rahasia yang tidak dimasuki oleh orang-orang. Kita hanya bisa melihat mereka dari jarak jauh. Aku sejujurnya ingin seperti gadis lainnya.”“Semua yang Aki perintahkan semata-mata untuk melindungi kita, Saraswati.”“Ak

  • Pendekar Kujang Emas   671. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Ganawirya menoleh pada Jaka sesaat. “Jaka, kau dan yang lain harus ikut bersama kami ke sisi Lebak Angin. Aku dan Raka Limbur Kancana akan menunggu kalian di sana.”Jaka mengangguk meski masih bingung dengan keadaan yang terjadi. “Aku mengerti, Guru. Aku dan yang lain akan segera pergi secepatnya.”Ganawirya dan Limbur Kancana segera menghilang dari gubuk.Jaka bergegas keluar dari gubuk, mengamati keadaan sekeliling. Ia melompat ke atap gubuk, bersiul beberapa kali.Sekar Sari berhenti meramu obat sesaat, menoleh saat melihat beberapa bayangan berkelebat sangat cepat di langit. “Aku melihat Kakang Indra dan Kakang Meswara berlari menuju gubuk Guru. Apa sudah terjadi sesuatu?”Sekar Sari berlari menuju luar gubuk setelah menyimpan ramuan ke lemari. Gadis itu terdiam saat melihat Indra dan yang lain bergerak sangat cepat. “Sepertinya memang sudah terjadi sesuatu. Tapi, kenapa mereka tidak memberi tahuku?”Sekar Sari bergegas menuju gubuk Ganawirya, mengintip keadaan di dalam ruangan me

  • Pendekar Kujang Emas   670. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Kalian bukankah anggota rombongan pengantar bahan baku dan makanan ke Lebak Angin. Kalian adalah pendekar,” ujar si pemimpin pendekar. Panji Laksana dan Saraswati turun dari kuda, mengamati para pendekar yang masih mengelilingi mereka. “Katakan siapa kalian dan tujuan kalian. Jika kalian tetap tutup mulut, kami akan bertindak kasar pada kalian!”“Tunggu, Kisanak. Kami memang bukanlah anggota rombongan, tetapi kami bukanlah orang jahat. Kami ingin pergi ke Lebak Angin untuk bertemu dengan pendekar bernama Ganawirya. Kami memiliki pesan penting,” kata Panji Laksana. “Kalian masih belum menjawab pertanyaan kami. Siapa kalian?”“Aku Panji Laksana dan gadis ini adalah adik kembarku, Saraswati. Kami berasal dari wilayah yang bernama Nusa Larang.” “Nusa Larang?” Para pendekar saling bertatapan sesaat, berbisik-bisik. “Periksa mereka sekarang juga!”Satu pendekar pria segera memeriksa Panji Laksana, dan seorang pendekar wanita bergegas mendekati Sarawati. Keduanya melakukan pemeriksaan

  • Pendekar Kujang Emas   669. Petaka di Gunung Sereh Awi

    Langit tampak sangat cerah. Kawanan burung bergerak ke arah timur. Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan. Beberapa tupai terlihat berada di sebuah dahan pohon, mengamati seorang pemuda yang tengah duduk di atas sebuah batu.Pemuda itu tidak lain adalah Lingga. Tak lama setelah tiba di tempat ini, ia segera berlatih. Tarusbawa memperhatikannya dari puncak pohon, tidak berkata apa pun.Lingga tiba-tiba melompat ke langit, melakukan gerakan pemanggil kujang emas. Begitu pusaka itu muncul dan berada di tangannya, beberapa hewan dengan segera menjauh.Lingga mendarat di sungai, mengambang di atas aliran air yang tenang. Begitu matanya terbuka, kakinya mengentak air dan melesat ke arah depan. Air seketika memercik ke sekeliling. Pemuda itu menggerakkan kujang ke kiri dan kanan.Tarusbawa duduk bersila, memejamkan mata, berusaha menghubungi sosok pendekar Sayap Putih bernama Sanjaya. Akan tetapi, ia masih belum bisa terhubung dengan temannya.Matahari terus b

  • Pendekar Kujang Emas   668. Petaka di Gunung Sereh Awi

    “Sanjaya,” ujar Tarusbawa yang kemudian termenung agak lama.Tarusbawa berdiri dari semedinya, mengamati keadaan ruangan yang temaram. Langit tampak gelap di mana cahaya bulan terhalang oleh awan hitam.Api obor bergerak-gerak saat Tarusbawa meninggalkan ruangan. Pendekar itu menuruni tangga kayu, berdiri di tengah-tengah tanah lapang. Saat mendongak ke langit, awan-awan hitam bergerak menjauh hingga bulan nyaris sempurna terlihat.Angin berembus ke sekeliling, menggoyangkan dedaunan ke kiri dan kanan.“Aku merasakan kekuatan Sanjaya. Dia kemungkinan sudah terlepas dari jurus Aji Panday sehingga bisa mengingat jelas semua kejadian yang lalu. Aku harus segera bertemu dengannya.”“Tidak. Ini bukan waktu yang tepat.” Tarusbawa mengepal tangan erat-erat, menyentuh dadanya. “Lingga harus lulus dari ujian lebih dahulu sebelum aku dan dia bertemu dengan Sanjaya. Dengan merasakan kekuatannya, aku bisa tahu jika Sanjaya masih hidup di suatu tempat.”Tarusbawa mengentak kedua kaki kuat-kuat, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status