Share

990. Part 5

last update Last Updated: 2025-01-26 01:01:25

Jeb jeb jeb jeb jeb.....!

"Hiaaaah....!" pekik Pendekar Kera Sakti untuk tendangan yang terakhir kalinya, yaitu melompat dan memutar tubuh dengan cepat. Kakinya melayang kuat menghantam wajah kiri Brajawisnu, Plokkkk...!

Telak sekali tendangan yang terakhir itu, membuat Brajawisnu terlempar dan jatuh menabrak Ekayana yang sudah siap menyerang Baraka kembali itu. Akibat tabrakan tersebut, Ekayana jadi ikut terpental dan jatuh tertindih Brajawisnu.

"Braja....!" pekik Pancakana yang hampir saja tadi ikut tertabrak tubuh Brajawisnu. Mata Pancakana menjadi terbelalak karena ia melihat dengan jelas pedang Ekayana menembus lambung Brajawisnu dan tembus ke pinggang sebelahnya.

"Ekayana! Kau telah membunuh Brajawisnu!" teriak Pancakana dengan panik. Ekayana sendiri terkejut luar biasa setelah menyadari pedangnya menembus tubuh teman sendiri.

"Bangsaaaattt....!" teriak Ekayana dalam amukannya yang meledak-ledak. Ia sangat menyesal karena merasa sepertinya di

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   991. Part 6

    "O, begitu dahsyatnya nama itu sendiri?" kata Baraka dengan kagum. "Kalau begitu, cepat bawa aku kepada Nyai Embun Salju! Kita perlu mengetahui dimana Ki Padmanaba menyimpan pusaka tersebut."Jongos Daki bertanya kepada Kirana, "Mengapa harus kepada Nyai Embun Salju kita bertanya!""Karena Nyai Embun Salju adalah kakak dari Ki Padmanaba, tapi mereka hanya satu ibu lain bapak!" jawab Kirana. "Yang kutakutkan kalau Nyai Embun Salju tidak mengetahui tempat pusaka itu di simpan, tapi justru kakak ipar Ki Padmanaba mengetahuinya.""Kakak ipar! Maksudnya kakak dari istrinya Ki Padmanaba?" tanya Baraka dengan semakin ingin tahu."Benar! Karena ketika Ki Padmanaba membunuh istrinya, kakak iparnya mengancam akan merebut pusaka itu! Dan kakak iparnya itulah yang mem pengaruhi istri Ki Padmanaba untuk membunuh mertua sang istri, yaitu membunuh orangtua Ki Padmanaba!""Siapa kakak iparnya Ki Padmanaba itu!""Logayo, ketua perguruan Kobra Hitam!" jawab K

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pendekar Kera Sakti   992. Part 7

    Seperti halnya seorang perempuan tua yang sengaja mencegat langkah kedua murid Embun Salju itu. Perempuan tersebut berpakaian jubah hitam dengan pakaian dalamnya yang serba putih kusam. Rambutnya yang putih dikonde tengah, sisanya meriap ke mana-mana. Perempuan tua yang layak dipanggil nenek itu membawa sebatang tongkat berujung lengkung dari kayu warna hitam. Tubuhnya yang kurus dan matanya yang cekung, membuat ia cepat dikenali oleh para tokoh tua di rimba persilatan. Nenek itu tak lain adalah saudara seperguruan mendiang Ki Padmanaba. Dia bernama Nini Pasung Jagat. Dialah yang berhasil membunuh Ki Padmanaba, yang dulu bergelar Dewa Pedang Pamungkas.Nini Pasung Jagat memburu pusaka milik Ki Padmanaba. Tapi ia tak berhasil mendesak Ki Padmanaba untuk menyerahkan pusakanya itu, sampai akhirnya Ki Padmanaba dibunuhnya. Ia mencoba mendesak Ekayana, cucu Ki Padmanaba, tapi Ekayana juga tidak tahu menahu tentang pusaka Ki Padmanaba tersebut, bahkan sekarang Ekayana telah m

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pendekar Kera Sakti   993. Part 8

    "Cara apa pun yang ingin kau lakukan, lakukanlah! Tapi kami tetap tak mau membawamu menghadap Guru!"Nini Pasung Jagat mengangkat kedua tangannya, dalam keadaan kedua telapak tangan tengkurap dan mengembang membuka, tangan itu disentakkan pendek-pendek saja.Bett...! Lalu dari kedua tangan itu muncul sinar kuning yang melesat bagaikan dua mata pisau. Sinar kuning itu terbang dengan cepatnya menyerang Mahasi dan Anjarwati.Seketika itu pula, Mahasi dan Anjarwati menundukkan kepalanya tanpa melakukan gerak apa pun. Dan tiba-tiba dalam jarak tiga jengkal di depannya, sinar kuning itu membelok arah masing-masing ke kanan dan ke kiri. Sinar kuning itu bagaikan membentur dinding transparan yang tak mudah ditembusnya. Sinar itu bagaikan dibuang oleh Anjarwati dan Mahasi.Akibatnya, dua buah pohon yang menjadi sasaran sinar kuning itu.Duarr, duarrr...!Kedua pohon itu tumbang dan menjadi hangus pada bagian yang terkena benturan sinar kuning. Sement

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pendekar Kera Sakti   994. Part 9

    Bukit gersang di depan Kuil Elang Putih itu dinamakan orang sebagai Bukit Perawan. Dikatakan demikian, karena bukit itu jika malam bulan purnama sering digunakan muda-mudi untuk saling memadu kasih. Kadang beberapa gadis yang belum punya pasangan, datang ke bukit itu untuk menikmati suasana terang bulan purnama, dan disana mereka mendapat teman bicara, mendapat kenalan, kemudian saling jatuh cinta.Namun sejak orang-orang Kobra Hitam dalam pimpinan Dewa Murka yang bernama asli Logayo bercokol di lembah Kabut, Bukit Perawan itu menjadi sepi. Orang-orang perguruan Kobra Hitam yang beraliran sesat itu sering datang ke bukit tersebut mencari mangsa. Karena, letak lembah kabut tak seberapa jauh dari Bukit Perawan. Dengan menyebrangi Perkampungan Orang-orang Kate, mereka bisa mencapai Bukit Perawan, tetapi jika dari Kuil Elang Putih, hanya berjalan lurus menerobos hutan kecil, sudah bisa mencapai Bukit Perawan yang tak seberapa tinggi itu.Kali ini, dua orang bertampang meny

    Last Updated : 2025-01-26
  • Pendekar Kera Sakti   995. Part 10

    Wajahnya yang dingin tapi berkesan angker itu ditatap Logayo, kemudian Logayo bertanya lagi, "Kita harus sabar menunggu, mengikuti aturan di sini!""Terjang saja!" ucap Rangka Cula, kemudian bergegas masuk dengan melompat mendobrak pintu. Tapi Logayo buru-buru menahannya."Jangan! Nanti bisa membuat rencana kita kacau! Kita harus tunjukkan sikap baik kepada Embun Salju, supaya Embun Salju mau membantu kita menangkap manusia serba hitam itu! Setidaknya kita bisa tahu, apakah orang dari sini atau bukan yang mempunyai Racun Getah tengkorak itu!""Baik!" jawab Rangka Cula dengan pandangan mata dingin.Dalam beberapa saat kemudian, Logayo dan Rangka Cula diterima oleh Embun Salju disebuah ruang semacam bangsal pertemuan. Embun Salju sempat memukau Logayo dengan kecantikannya yang serupa dengan bidadari kayangan. Berpakaian serba putih, dengan jubah putihnya juga yang dari bahan lembut bagaikan sutera, dengan pinjung sebatas dada yang berwarna putih dan menampa

    Last Updated : 2025-01-27
  • Pendekar Kera Sakti   996. Part 11

    Logayo memandang Rangka Cula lagi. Oang berjubah abu-abu itu mengeleng-geleng kepala pelan. Hampir tak terlihat. Kemudian Logayo menatap Embun Salju dan berkata, "Tidak. Kami tidak pernah berjumpa orang seaneh itu! Hmmm... di mana tempat tinggalnya orang itu!""Dia pengembara, aku tak tahu di mana ia tinggal. Tapi kalau kau mau menemui kuburannya, aku bisa menunjukkan di mana tempat ia dikuburkan!"Terperanjat Logayo seketika itu juga. Berkerut keningnya memandang Rangka Cula. Tapi yang dipandang hanya dingin-dingin saja, tanpa rasa kaget dan heran."Jadi, orang yang bernama Jompo keeling itu sudah meninggal?""Sudah lima tahun yang lalu!" jawab Embun Salju dengan tegas."Lima tahun...! Sudah lima tahun dia dikubur! Aneh...!" ucap Logayo semakin dibuat bingung oleh jawaban-jawaban Embun Salju.Kemudian sambungnya lagi, "Peristiwanya baru beberapa hari yang lalu, Embun Salju! Rangka Cula ini yang melihat sendiri orang serba hitam membawa lent

    Last Updated : 2025-01-27
  • Pendekar Kera Sakti   997. Part 12

    LEWAT tengah siang, penjaga pintu gerbang Kuil Elang Putih dikejutkan dengan munculnya Mahasi yang berwajah pucat pasi. Langkahnya gontai, namun berhasil mendekati pintu gerbang kuil dan segera ditolong oleh salah seorang penjaga pintu gerbang itu."Mahasi! Ada apa...!" seru orang yang menangkap tubuh Mahasi yang terkulai lemas itu. Ia segera berseru kepada rekannya yang ada di bagian dalam, di balik pintu gerbang itu, "Panggil Dewi Anjani! Mahasi terluka!"Orang yang menjaga bagian dalam itu terkejut melihat Mahasi mengeluarkan darah dari mulutnya, pakaiannya terkena bercak-bercak darah dan sangat mengkhawatirkan. Orang itu segera berlari menemui Dewi Anjani yang menjadi perantara antara Nyai Guru Embun Salju dengan para murid lainnya."Dewi Anjani....! Mahasi terluka!""Hah...! Di mana dia sekarang!""Ada di pintu gerbang!"Waktu itu, Dewi Anjani sedang bicara dengan Embun Salju mengenai Racun Getah Tengkorak dan musibah yang melanda Pergu

    Last Updated : 2025-01-27
  • Pendekar Kera Sakti   998. Part 13

    "Keji...!" geram Dewi Anjani, lalu dengan cepat ia menyentakkan kedua tangannya, melepaskan pukulan jarak jauh sebagai pendorong tubuh lawan.Wukkk...!Tenaga yang terkirim itu melesat menghantam Nini Pasung Jagat. Tenaga itu membuat Nini Pasung Jagat terlempar jauh bagai boneka kayu yang dibuang begitu saja.Brukk...!Nini Pasung Jagat jatuh di rerumputan beralang-alang lumayan tinggi. Tapi ia segera bangkit dalam satu sentakan pinggul, tahu-tahu ia sudah berdiri dan menggenggam tongkatnya dengan kuat. Matanya memandang seorang perempuan muda seusia Mahasi yang sedang menghampirinya.Di tempat yang agak jauh dari pintu gerbang itulah, Dewi Anjani mulai siap menghadapi lawannya yang menurutnya berjiwa kejam. Terlihat dari caranya membunuh Irandani dan Pujarini bagai tanpa mengenal belas kasihan sedikit pun. Bayangan yang ada di benak Dewi Anjani, seperti itulah adiknya dibunuh oleh nenek tua itu."Apakah kau orang andalan Elang Putih!" sindi

    Last Updated : 2025-01-27

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

  • Pendekar Kera Sakti   1026. Petilasan Teratai Dewa

    SEPERTI apa yang dikatakan Ki Sonokeling, di pelataran Petilasan Teratai Dewa terdapat tiga mayat. Tentu saja mayat itu adalah mayat si Cakar Macan, Julung Boyo dan Tapak Getih. Tetapi dua remaja yang dikatakan Ki Sonokeling itu tidak ada.Nyai Cungkil Nyawa mencari-cari kedua muda-mudi itu ke beberapa tempat sambil menggerutu, "Jangan-jangan mereka sedang mesra-mesraan di sini! Kugepruk habis kalau ketemu! Tempat suci kok mau dipakai remas-remasan!"Dalam keremangan cahaya langit yang sudah menjadi cerah dengan rembulan kece mengintip sangat sedikit, Nyai Cungkil Nyawa menyusuri tempat-lempat yang paling tidak memungkinkan dijamah manusia. Tetapi tetap saja dua remaja yang dikatakan Ki Sonokeling itu tidak ia temukan.Akhirnya Nyai Cungkil Nyawa kembali ke reruntuhan bagian depan. Mayat-mayat itu diseretnya satu persatu untuk dibuang ke jurang yang jaraknya tak seberapa jauh dari petilasan itu. Sambil menyeret mayat-mayat itu Nyai Cungkil Nyawa menggerutu,

  • Pendekar Kera Sakti   1025. Part 20

    Pendekar Kera Sakti manggut-manggut, lalu ia merenung panjang ketika matahari makin surut dan petang pun tiba. Nenek bergusik itu keluar sebentar dari gubuk. Ketika ia kembali lagi sudah membawa sebongkah batu satu genggaman tangan. Batu itu cekung di permukaannya, lalu diberinya kain sedikit dari sobekan ikat pinggangnya sendiri, dan dengan satu kali tunjuk jari, terpeciklah api yang segera menyambar kain bagaikan sumbu lentera itu, lalu menyala kain tersebut menjadi sebuah pelita yang cukup ajaib. Bisa menyala sampai beberapa saat lamanya, bahkan sampai besok pagi pun bisa, begitu kata si nenek bergusik itu.Rupanya percakapan itu ada yang menyadap dari luar gubuk. Nenek bergusik itu berkata lirih pada Pendekar Kera Sakti."Ada maling!"Baraka berkerut dahi, menelengkan telinganya, mencari dengar suara yang mencurigakan. Nenek itu berkata lagi dengan lirih, "Kau mendengar degub jantungnya?""Tidak.""Bodoh kamu!" ucap nenek itu seenaknya saja. "A

  • Pendekar Kera Sakti   1024. Part 19

    Tawa pun terdengar pelan. Nenek itu bertanya setelah memandang keadaan gubuk tersebut, "Ini rumahmu, Baraka?""Bukan.""Lalu, rumah siapa yang begini bagusnya?" sindir Nyai Cungkil Nyawa.Baraka tersenyum sambil menjawab. "Aku sendiri tidak tahu, Nek. Kutemukan gubuk reot ini dalam keadaan kosong. Kupikir tadi mau hujan, jadi untuk sementara kau kubawa kemari! Kalau kau tak suka tinggal di sini, aku tak keberatan kalau kau mau cari penginapan di desa terdekat sini, Nek.""Aku tidak bilang begitu. Aku cuma tanya saja!" katanya sambil bersungut-sungut, lalu bangkit dengan menggunakan tongkatnya.Rupanya tongkat itu pun tetap tergenggam di tangan saat ia terlempar dan membentur pohon tadi. Dan Baraka pun menyelamatkan nenek itu tanpa sadar kalau sang nenek masih menggenggam tongkatnya."Baraka....""Ada apa?""Aku hanya menggumam sendiri! Aku seperti pernah mendengar nama Baraka!” Nyai Cungkil Nyawa berkerut dahi sambil meng

  • Pendekar Kera Sakti   1023. Part 18

    "Kau pasti lupa padaku, Rangka Cula, karena cukup lama kita tidak bertemu!""Setan Bangkai.""Oh ohh... oho oho ho ho...!" orang itu semakin tertawa. "Ternyata kau masih ingat namaku, Rangka Cula! Ya. Benar. Akulah si Setan Bangkai! Syukurlah kalau kau masih ingat aku. Berarti kau masih ingat dengan istriku yang kau bunuh seenaknya di Rawa Kebo itu, hah! Masih ingat!""Masih!" jawab Rangka Cula dengan tegas."Bagus!" Setan Bangkai segera mencabut goloknya pelan-pelan dan berkata tanpa senyum, juga tanpa tawa."Kalau begitu kau masih ingat, bahwa kau punya hutang nyawa padaku, Rangka Cula!""Ya!""Kalau waktu itu aku terluka oleh ilmumu, tapi sekarang kau tak akan bisa melukaiku lagi! Sudah kusiapkan jurus istimewa untuk memenggal kepalamu, Rangka Cula!""Silahkan!""Tapi terlebih dulu aku ingin kau menjawab pertanyaanku!""Katakan.""Mana si raksasa yang bergelar Dewa Murka itu! Mana Logayo!""Sudah

  • Pendekar Kera Sakti   1022. Part 17

    Tepat mengenai mulut Rangka Cula, sehingga Rangka Cula terpental ke belakang dan terhuyung-huyung nyaris jatuh. Ada antara lima tindak ia tersentak ke belakang, setelah itu kembali berdiri tegak walau ia merasakan ada sesuatu yang mengalir dari dalam hidungnya. Sesuatu itu tak lain adalah darah. Pukulan nenek tua itu jelas dibarengi dengan tenaga dalam. Jika tidak, tak mungkin bisa membuat hidung Rangka Cula mengucurkan darah.Rangka Cula diam saja memandangi Nyai Cungkil Nyawa. Mata nenek itu mulanya berseri-seri karena bisa membuat hidung Rangka Cula berdarah. Tapi mata itu jadi menyipit heran begitu melihat darah yang mengalir dari hidung itu tiba-tiba meresap hilang, seperti masuk ke dalam pori-pori kulit. Dan wajah Rangka Cula menjadi bersih tanpa setitik noda merah pun. Bahkan tangannya yang tadi dipakai mengusap darah itu juga kering tanpa bekas darah setetes pun."Semakin sakti saja kau rupanya!" gumam Nyai Cungkil Nyawa dengan pelan, seakan bicara pada dirinya

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status