Share

953. Part 7

last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 01:02:01

Wrettt...! Dan tiba-tiba lengan si baju kuning berdarah. Lengan itu koyak tertebas pedang si jubah hijau

"Hmm...! Tak seimbang!" kata Pendekar Kera Sakti dalam hati. "Bisa mampus itu si baju kuning! Jubah hijau bukan lawannya...! Dan... dan... oh, hampir aku lupa! Aku harus cepat-cepat memberitahukan Arum Kafan bahwa air sungai itu beracun! Aku harus segera mencegahnya supaya jangan ada yang minum atau memasak menggunakan air sungai itu!"

Baraka memutuskan untuk meninggalkan pertarungan dua perempuan tersebut, ia segera melesat pergi dalam kecepatan tinggi, menuju ke rumah Arum Kafan. Tak peduli lagi ia dengan si wajah cantik yang mampu menggetarkan hatinya tadi.

-o0o-

REMBULAN bertengger di pucuk awan. Cahaya purnama menyiram bumi, membias di celah-celah dedaunan, menghadirkan bunga-bunga kemesraan yang tumbuh sendiri di dalam hati setiap manusia yang sedang dilanda damai. Di sela-sela bias purnama itu, Baraka berdiri memandang curahan air

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   954. Part 8

    Perempuan itu tidak langsung menjawab, tapi ia semakin mendekati Pendekar Kera Sakti, hingga kini jaraknya tinggal dua langkah dari depan Baraka. Hati Baraka semakin berdebar-debar digeluti rasa tertarik kepada perempuan itu. Semakin lama ia dipandangi perempuan cantik yang punya bibir indah itu, semakin cepat detak jantungnya."Maaf, kala itu kutinggalkan dirimu dengan si baju kuning, karena aku harus memberitahukan sahabat-sahabatku tentang air sungai yang beracun itu! Dan... dan aku tak tahu di mana kau berada, sehingga aku tak sempat mendatangi tempat tinggalmu!"Tiba-tiba terdengar suara dari belakang perempuan itu, "Jauhi dia! Kali ini jangan ganggu dia! Kami akan, melawanmu kalau kau menggangu dia!"Ucapan itu jelas terdengar dari mulut Arum Kafan. Ucapan itu merupakan sebuah larangan sekaligus ancaman untuk perempuan cantik berjubah hijau itu.Baraka berkerut dahi melihat Arum Kafan mendekati perempuan itu dengan wajah bermusuhan, juga Kembang Dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pendekar Kera Sakti   955. Part 9

    Lalu Arum Kafan muncul, dan semua menjadi diam. Karena di belakang Arum Kafan muncul juga Dewi Taring Ayu yang melangkah dengan angker namun punya kesan wibawa tersendiri di mata adik-adiknya. Ia langsung menemui Baraka, membuat Delima Ungu dan Kembang Darah cemas. Arum Kafan memberikan isyarat agar mereka tenang, dan berbisik kepada mereka."Sudah kubicarakan dengannya saat di bawah tadi! Dia tak akan mengganggu Baraka! Tenang saja!"Terdengar Pendekar Kera Sakti yang beradu pandang dengan Dewi Taring Ayu itu berkata di sela senyum ketenangannya, "Tak kusangka kalau kau adalah kakak dari ketiga saudara ini!""Tak kusangka pula kau mencari Kitab Lontar Gegana!" kali ini Dewi Taring Ayu bicara dengan berhadapan muka dengan Pendekar Kera Sakti, tak malu lagi memperlihatkan giginya yang bertaring runcing itu."Rupanya Arum Kafan sudah bicara padamu siapa aku?""Ya. Dan aku tahu kau mencurigai aku sebagai si pembawa Kitab Lontar Gegana dari tangan Cakr

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pendekar Kera Sakti   956. Part 10

    Sebaris kidung dilagukan dalam ucapan seperti orang membaca mantera. Dari bait ke bait, baris ke baris, kata ke kata, semua mempunyai aturan pengucapannya, termasuk tekanan suaranya. Jika salah tekanannya, maka harus diulang dari awal lagi. Pengucapan dan tekanan harus sesuai dengan gerak yang diperintahkan dalam keterangan tersebut, jari melengkung, atau kepala miring, atau pundak berguncang ke depan atau apa lagi yang bersifat gerak.Kelihatannya memang mudah, tapi sebenarnya sulit bukan main. Dan itulah yang dinamakan ilmu 'Kidung Mantera Gaib'. Tentu saja pelajaran ilmu tersebut diperoleh dari Kitab Lontar Gegana. Dan memang benar, kitab itu ada di tangan Tulang Neraka.Tak seorang pun tahu, bahwa saat terjadi pencurian yang dilakukan oleh Loh Pati, Nyai Pancung Layon memanfaatkan kesempatan emas itu untuk mencuri Kitab Lontar Gegana. Tetapi ia sendiri berlagak mengamuk dan mencari kitab tersebut. Bahkan setiap saat ia selalu menyatakan kesedihannya atas hilangnya

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Pendekar Kera Sakti   957. Part 11

    "Kutitiskan ilmu ini kepadamu, Tulang Neraka! Karena kulihat kau sangat berkemauan keras untuk memilikinya. Jika kau mempelajarinya, tak akan berhasil sebelum mencapai seribu hari. Tetapi, batinmu terbaca olehku, betapa ingin kau memiliki ilmu 'Kidung Mantera Gaib', karenanya kutitiskan kepadamu dengan tanggung jawab pada dirimu sendiri! Apa yang akan terjadi di dalam jiwamu, adalah bukan tanggung jawabku, Tulang Neraka! Kau mau jadi sesat atau baik, itu pilihan jiwamu dan merupakan bagian dari pribadimu! Mulai saat ini, kau telah memiliki ilmuku, yaitu 'Kidung Mantera Gaib'. Kau akan menjadi seperti aku dan bergelar Manusia Tembus Raga...!""Ttteett... tteet... terima... ttee... terima kasih, Eyang..,!""Tetapi ingatlah, setinggi-tinggi ilmu ini, masih ada yang lebih tinggi lagi! Jadi, rendahkan dirimu, tundukkan kepalamu, jadilah bijak dan jangan sombong, Cucuku!""Ttee... teriima... terima kasih, Eyang...! Ssa... saya akan patuhi pesan Eyang...!"Setel

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pendekar Kera Sakti   958. Part 12

    "Ada apa lagi!""Sebaiknya... sebaiknya silakan Guru mengenakan pakaian kembali, baru pergi mencari mereka!""Maksudmu...! Hahh...!" Tulang Neraka terbelalak begitu melihat tubuhnya sendiri yang ternyata masih polos, tanpa selembar benang pun. Ia lupa, bahwa saat semadi ia melakukannya tanpa mengenakan pakaian, dan ketika siuman ia juga belum berpakaian. Karena itu, Tulang Neraka segera kembali masuk ke gua tanpa membuka batu penutup pintu gua itu.Plosss...! Ia tembus ke dalam bagaikan bayangan yang hilang entah ke mana. Dogol membelalakkan matanya. Mengucak-ngucak sebentar dan memandang lagi ke arah pintu gua yang masih tertutup. Ia masih kurang percaya dengan penglihatannya sendiri. Maka didekatinya pintu gua itu.Dirabanya dengan tangan pelan-pelan. Didorongnya pintu gua dari batu itu, ia bergumam sendiri, "Keras...! Tapi kelihatannya tadi Guru masuk tanpa mendorong batu penutup ini!"Dogol terheran-heran dan bimbang dengan keyakinan apa yang d

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pendekar Kera Sakti   959. Part 13

    "Sial! Aku tidak punya senjata apa-apa!" gerutu Tulang Neraka di dalam hatinya."Hmm... mereka bertiga, masing-masing memegang senjata! Aku harus bisa merebut senjata yang berbaju putih itu. Kurasa pedangnya itu cukup lumayan untuk menebas lehernya sendiri! Tapi, siapa mereka sebenarnya?"Tulang Neraka masih diam, memandangi tiap wajah mereka. Segera terdengar suara Musang Putih berseru dari tempatnya, "Tulang Neraka! Seharusnya kau muncul bersama ketiga saudaramu, jadi mempermudah pekerjaan kami membantai kalian berempat!""Ke mana saudaramu yang tiga lagi? Sedang mulas perutnya!" Wadal tersenyum-senyum sinis mengejek Tulang Neraka. Tetapi orang berjubah abu-abu tanpa mengenakan baju dalaman itu masih diam saja dan mempelajari sifat ketiga lawannya melalui wajah mereka. Mana yang paling galak, itulah yang diserang lebih dulu nantinya."Tulang Neraka! Kuizinkan kau pulang kembali ke pulau itu untuk memanggil ketiga saudaramu, setelah itu datanglah kemari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pendekar Kera Sakti   960. Part 14

    Wadal membatin dalam hatinya, "Celaka! Bagaimanapun tingginya ilmuku, tak mungkin aku bisa melawan dia! Dia seperti angin, tak bisa disentuh dan dilukai! Kalau begini caranya aku bisa mati di tangannya! Sebaiknya aku melarikan diri saja sebelum kutemukan jurus maut untuk menandingi ilmunya itu!"Blasss...!Wadal segera melompat meninggalkan tempat itu dengan cepatnya. Ia ditertawakan oleh Tulang Neraka. Bahkan ia mendengar suara Tulang Neraka berseru dari tempatnya, "Ke mana pun larimu, kukejar kau sampai dapat, Tikus Busuk! Hah ha ha ha...!"Pelarian Wadal semakin kencang dan cepat. Api saja diterabasnya selagi masih bisa dipakai untuk lewat. Ia benar-benar ketakutan sekali, ketika dilihatnya ke belakang, ternyata Tulang Neraka benar-benar mengejarnya. Kecepatan lari mereka seimbang, sehingga jarak mereka pun selalu sama. Tapi ketika Wadal tersungkur jatuh dan segera bangkit lagi, jarak mereka menjadi lebih pendek. Ini membuat Wadal makin mempercepat larinya. B

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Pendekar Kera Sakti   961. Part 15

    Dewi Taring Ayu diam, seakan membenarkan kesimpulan adiknya. Tetapi Pendekar Kera Sakti segera berkata, "Ki Darma Paksi pernah mengatakan padaku, bahwa eyang buyut kalian pernah mengeluarkan semacam wasiat, bahwa kelak pada suatu saat, ia akan menitiskan ilmu itu kepada salah satu keturunannya.""Menitiskan...?" gumam Arum Kafan sambil memandang Pendekar Kera Sakti dengan dahi berkerut."Ya. Itu yang kudengar dari mulut Ki Darma Paksi."Dewi Taring Ayu segera berkata, "Jelas sudah sekarang! Kitab itu pasti ada pada Tulang Neraka, mungkin disimpan di Pulau Neraka. Selama ini ia mendekam di sana hanya dengan alasan mencari titisan ilmu setan itu, jelas tak mungkin! Dari mana dia tahu bahwa Eyang Buyut Bayan Maruto ingin menitiskan ilmunya kepada dia? Pasti ia tekuni ilmu itu, sampai tiba ilmu itu menitis dengan sendirinya di luar rencana sebenarnya."Delima Ungu segera berkata, "Yang perlu kita pikirkan sekarang, apa yang harus kita lakukan! Menyerangnya de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

  • Pendekar Kera Sakti   1031. Part 6

    Reruntuhan cadas bercampur karang itu menimbun celah sempit tersebut dan menutup rapat. Bahkan sebongkah batu jatuh di depan mulut gua dan membuat mulut gua semakin kuat tertutup batu besar. Tak sembarang orang bisa mendorong batu tersebut, sebab bagian yang runcing menancap masuk ke dalam celah, menutup dan mengunci.Marta Kumba berkata, "Kalau begitu caranya, dia tidak akan bisa keluar dari gua itu, Ratna!""Biar! Biar dia mati di sana. Kurasa gua itu adalah sarang ular berbisa! Orang ganas macam dia memang layak mati dimakan ular, daripada kerjanya mengganggu perempuan-perempuan lemah!""Rupanya kau kenal dia, Ratna!""Ya. Dia yang bernama Gandarwo! Setiap dia masuk kampung, penduduk menjadi ketakutan, masuk pasar, pasar jadi bubar! Dialah biang keributan dan momok bagi masyarakat di mana ia berada!"Ratna Prawitasari menghembuskan napas kecapekan, ia duduk di atas batang pohon yang telah tumbang beberapa waktu lamanya. Marta Kumba pun duduk di

  • Pendekar Kera Sakti   1030. Part 5

    "Lakukanlah kalau kau berani! Lakukanlah!" Ratna Prawitasari maju setindak seakan menyodorkan tubuhnya agar dimakan."Grrr...!" Gandarwo mundur satu tindak dengan erangan gemas mau menerkam namun tak berani."Ayo, lakukanlah...!" Ratna Prawitasari maju lagi."Ggrr...! Nekat kau...!" Gandarwo mundur dengan makin gemas."Lakukanlah,..!Bedd...!"Uuhg....!" Gandarwo menyeringai dengan membungkuk dan memegangi 'jimat antik'-nya yang tahu-tahu ditendang kuat oleh Ratna Prawitasari.Tubuhnya merapat, meliuk ke kanan-kiri dengan mata terpejam, mulutnya mengeluarkan erang kesakitan. Sementara itu, Marta Kumba tersenyum-senyum menahan tawa. Marta Kumba pun segera berkata, "Baru sama perempuan saja sudah nyengir-nyengir begitu, apalagi mau melawan aku!"Begitu mendengar suara Marta Kumba berkata demikian, Gandarwo segera tegak dan menggeram, lalu dengan cepat ia lepaskan pukulan jarak jauhnya ke arah Marta Kumba. Sinar hijau tadi melesat

  • Pendekar Kera Sakti   1029. Part 4

    PANTAI berpasir putih mempunyai riak ombak yang tenang. Deburannya di pagi itu terasa lebih pelan dan damai ketimbang semalam. Tetapi pantai itu sekarang sedang dijadikan ajang pertarungan konyol, yaitu pertarungan yang bersambung dari semalam, berhenti untuk istirahat sebentar, kemudian paginya dilanjutkan lagi. Rupanya dua remaja yang dicari Nyai Cungkil Nyawa itu sudah berada di pantai tersebut. Mereka saling kejar dari Petilasan Teratai Dewa sampai ke pantai itu. Mereka adalah Marta Kumba dan gadis yang menyelamatkannya dari gigitan ular berbahaya itu.Gadis tersebut menyerang dengan pedangnya, tapi setiap kali serangan itu tak pernah dibalas oleh Marta Kumba. Hanya dihindari dan kadang ditangkis jika sempat. Sikap Marta Kumba yang tidak mau menyerang membuat gadis itu penasaran, sehingga selalu melancarkan pukulan dan serangan ke arah Marta Kumba, ia ingin mengenai pemuda itu walau satu kali saja, tapi tidak pernah berhasil."Sudah kukatakann kau tak akan berhasil

  • Pendekar Kera Sakti   1028. Part 3

    Orang itu mempunyai rambut hitam, panjangnya sepunggung tapi acak-acakan tak pernah diatur, sehingga penampilannya semakin kelihatan angker, menyeramkan. Di pinggangnya terselip kapak bermata dua yang masing-masing mata kapak berukuran lebar melengkung, ujungnya mempunyai mata tombak yang berwarna merah membara, kalau kena kegelapan malam mata tombak itu menjadi sangat terang bagai cahaya lampu. Gagang kapaknya agak panjang. Kapak itu kadang ditentengnya, jika capek diselipkan di sabuk hitamnya itu. Melihat wajahnya yang angker dan berbibir tebal karena memang mulutnya lebar, jelas kedatangannya ke petilasan itu bukan untuk maksud yang baik.Terbukti ketika ia melihat Nyai Cungkil Nyawa sedang tertidur di salah satu sudut dinding reruntuhan, orang itu segera mengangkat batu sebesar perutnya dan dilemparkan ke arah Nyai Cungkil Nyawa dengan mata mendelik memancarkan nafsu membunuh.Wusss...!Batu itu melayang di udara, menuju ke tubuh nenek kurus itu. Tapi tiba-t

  • Pendekar Kera Sakti   1027. Part 2

    Dalam perjalanan menuju rumah kediaman Ki Sonokeling, yang tinggal bersama cucu dan keponakannya itu, Baraka sempat menanyakan tentang diri Nyai Cungkil Nyawa."Ki Sonokeling sudah lama mengenal Nyi Cungkil Nyawa?""Cukup lama. Sejak aku berusia sekitar tiga puluh tahun, aku jumpa dia dan naksir dia. Tapi dia tidak pernah mau membalas taksiranku, hanya sikapnya kepadaku sangat bersahabat.""Saya kaget tadi waktu dia tiba-tiba menghilang dari pandangan. Tak sangka dia punya ilmu bisa menghilang begitu.""Dia memang perempuan misterius. Kadang kelihatan cantik dan muda, kadang kelihatan tua seperti itu. Kadang mudah dicari dan ditemukan, kadang dia menghilang entah pergi ke mana dan sukar ditemukan. Tapi karena aku suka sama dia, aku bersedia dijadikan pengurus taman di petilasan itu. Maka jadilah aku juru tamannya sejak berusia tiga puluh tahun, sedangkan dia adalah juru kunci penjaga makam Prabu Indrabayu itu. Kami saling kerja sama jika ada orang berilmu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status