Share

939. Part 13

last update Last Updated: 2025-01-16 01:03:49

"Aku tak pernah mengharap ampunan darimu, Tulang Neraka! Apa yang ingin kau lakukan padaku, lakukanlah sepanjang kau mampu melakukannya! Tapi kau pun harus bersiap-siap kehilangan nyawamu seperti kedua adikmu dan satu kakakmu itu, Tulang Neraka!"

Lelaki yang berjuluk Tulang Neraka itu, ternyata adik dan kakak dari ketiga orang yang telah dibunuh oleh Arum Kafan di tempat itu juga. Rupanya mereka adalah empat bersaudara yang berhadapan dengan satu musuh mereka, yaitu perempuan cantik tersebut. Apa masalahnya, belum jelas. Yang sudah pasti, Tulang Neraka merasa sangat sakit hati melihat ketiga saudaranya mati di tangan Arum Kafan.

Kapak dua mata yang berpenampang lebar itu digenggam kuat pada bagian pertengahan gagangnya!

Tulang Neraka melangkah berkeliling pelan-pelan sambil berkata penuh geram, "Bukan hanya tubuhmu yang akan kucacah-cacah di sini, Arum Kafan, tapi kedua tubuh adikmu pun akan kuburu dan kucacah-cacah sama seperti aku mencacah tubuhmu!"

"Ja

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   940. Part 14

    Bruss...!Tulang Neraka seperti diseruduk tiga banteng yang mengamuk. Tubuh Tulang Neraka terpental lebih dari lima tombak jauhnya. Ketika ia jatuh dalam keadaan miring, ia sempat melihat sesosok manusia muda berbaju keemasan.Pemuda itu segera menghampiri Arum Kafan. Mengangkat kepala Arum yang tersentak-sentak karena menahan rasa panas yang mulai menjalar sampai di perutnya.Dalam keadaan seperti itu, Arum Kafan merasa ada yang menghantam dadanya. Begitu menyejukkan. Kemudian kepalanya diletakkan di rerumputan kembali oleh si pendatang tak dikenal itu.Baraka sudah berdiri di sana. Matanya memperhatikan si Tulang Neraka dengan tenang dan kalem. Tulang Neraka saat itu sedang berusaha bangkit dengan menyeringai kesakitan. Tapi matanya yang menyipit karena menahan sakit itu tiba-tiba jadi terbelalak terbuka cepat. Ada sesuatu yang mengejutkan dirinya. Ada sesuatu yang dicari-carinya. Tanpa sadar ia bicara sendiri,"Mana kapakku...! Mana senjataku! L

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pendekar Kera Sakti   941. Part 15

    Maka dengan kelebat cepat Pendekar Kera Sakti melepaskan pukulan tenaga dalamnya tanpa sinar dengan gerakan memutar balik dan menyentakkan tangan kirinya.Wuttt...! Brasss...!Semak-semak diterjang pukulan jarak jauh itu, dan seseorang melompat keluar dari sana sambil menyerukan pekik yang tertahan."Uuhg...!" Orang itu melompat bukan karena menghindar, tapi karena terpental oleh kekuatan pukulan jarak jauh Pendekar Kera Sakti. Orang itu sempat melayang dan jatuh di bawah gugusan tanah cadas setinggi tiga tombak itu.Breggh...!Arum Kafan memandang dengan mata terbuka lebar dan mulutnya segera menyerukan suara, "Delima Ungu...!""Siapa dia? Kudengar dia melangkah mendekati kita untuk mencuri dengar percakapan kita! Haruskah dia kulenyapkan juga?""Jangan! Dia adik bungsuku!" kata Arum Kafan.Lalu, tampak olehnya Baraka menghembuskan napas lega, melepas ketegangannya. Arum Kafan pun segera menghampiri adik bungsunya, gadis muda

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pendekar Kera Sakti   942. Part 16

    Arum Kafan yang menjawab, "Nyai Pancung Layon adalah nenek dari Tulang Neraka. Perempuan keji itu sebenarnya adalah kakak dari eyang kami, yaitu Eyang Panjar Pitu. Antara Eyang Panjar Pitu dan Nyai Pancung Layon sama-sama mempunyai ayah Manusia Tembus Raga. Kakak-beradik ini dari sejak kecil sudah saling bermusuhan dan tak pernah akur. Kemudian, Eyang Panjar Pitu mempunyai tiga anak lelaki, satu di antaranya adalah Ayah kami. Dan Nyai Pancung Layon mempunyai anak lelaki dua orang. Kedua anak Nyai Pancung Layon membunuh kedua saudara Ayah kami. Tinggal Ayah kami yang masih hidup. Pada saat itu, Ayah mempelajari kitab pusaka dari gurunya sendiri, dan berhasil membunuh Nyai Pancung Layon dan kedua anaknya. Tapi salah satu anaknya Nyai Pancung Layon itu sudah sempat mempunyai keturunan empat orang, yaitu Tulang Neraka dan saudara-saudaranya. Sedangkan Ayah mempunyai anak kami berempat yang terdiri dari perempuan semua, sementara dari keluarga Tulang Neraka lelaki semua."Kembang

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pendekar Kera Sakti   943. Part 17

    Ia tiba di depan Nyai Tanduk Setan sambil mencabut kedua kipas kembar yang menjadi senjata di tangan kanan-kirinya. Kembang Darah pun cepat melompat keluar karena mencemaskan keadaan adiknya, disusul kemudian Arum Kafan yang segara melesat ke luar rumah tanpa menghiraukan Pendekar Kera Sakti yang masih sibuk garuk-garuk kepalanya."Bagus! Ada baiknya kalian bertiga menghadapi aku, biar mampus secara serentak! Sayang sekali kakak sulung kalian tidak ikut keluar dari rumah itu! Suruh dia keluar sekalian!" kata Nyai Tanduk Setan.Delima Ungu berkata dengan tegas bernada dingin "Hadapi aku dulu, si bungsu! Kalau kau bisa melangkahi mayatku, baru hadapi kakak-kakakku!""Hebat," gumam Baraka mendengar ucapan Delima Ungu dari tempat duduknya."Biar kecil dan muda, tapi nyalinya gede juga gadis itu!"Pendekar Kera Sakti menampakkan diri, berdiri di ambang pintu yang jebol itu dengan sedikit bersandar pundaknya pada tepian kusen pintu. Ia memandang ke pelat

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pendekar Kera Sakti   944. Part 18

    Dan sekarang kekuatan tenaga dalam itu sedang berusaha membunuh lawan. Melihat keadaan seperti itu, Pendekar Kera Sakti segera menyentilkan jari telunjuknya yang kukunya sudah menyala putih keperakan itu. Sentilan jurus 'Jari Guntur' melesat mengenai ketiak Nyai Tanduk Setan yang sedang menahan pedang dengan telapak tangannya itu.Dess...!Sentilan tenaga dalam itu menyetakkan tubuh Nyai Tanduk Setan. Tangan penahan ujung pedang terangkat kaget. Akibatnya pedang itu terlepas dari tahanan telapak tangannya.Brrukk...!Tubuh Arum Kafan jatuh bersama pedangnya yang menancap di tanah. Tapi pedang itu sudah tidak menyala merah lagi. Tubuh Arum Kafan sudah tidak tertotok lagi. Sedangkan tubuh Nyai Tanduk Setan tersentak mundur tiga tindak akibat terkena sentilan jarak jauh dari Baraka itu.Pada waktu itu, Delima Ungu sudah berada di samping Pendekar Kera Sakti dan melihat gerakan jari Pendekar Kera Sakti saat menyentil dari jarak jauh. Karena Delima Ungu

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pendekar Kera Sakti   945. Part 19

    "Dasar bocah monyet...!" umpatnya dengan menahan sakit yang tak bisa diatasi lagi itu. Dari kulitnya yang memar biru empuk itu keluar semacam darah kotor yang berbau busuk akibat ketiban kelapa tadi. Terutama bagian pusarnya, merembeskan cairan merah kehitamhitaman. Nyai Tanduk Setan rasa-rasanya ingin menangis, rasa-rasanya ingin mencekik leher bocah itu sampai mati.Sedangkan sang bocah yang tidak memandang ke bawah itu segara tersenyum begitu mendengar teriakan suara orang. Ia berpikir, "Pasti ibu tiriku jatuh ke lubang jebakan yang dibuat almarhum Ayah dulu. Pasti tubuhnya tertancap bambu-bambu runcing di dalam lubang tersebut. Hmm...! Rasakan! Jadi ibu tiri kalau jahat ya begitu nasibnya! Sebaiknya aku turun dan melihat seperti apa wujud ibu tiriku saat ini...!"Tass...!Kakinya menjejak buah kelapa, ia hampir jatuh karena kelapa itu lepas dari rangkainya, bahkan bergandengan dua buah. Kelapa hitam kering itu akhirnya meluncur kembali jatuh ke bawah dan men

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pendekar Kera Sakti   946. Part 20

    Sayangnya ia tidak mau datang, justru malah menyebarkan berita tentang adanya manusia busuk di pinggir pantai. Maka, berbondong-bondong masyarakat desa nelayan itu menghampiri tempat terdapatnya manusia berbau busuk itu. Jumlah mereka lebih dari sepuluh orang. Mulanya mereka hanya ingin melihat dan bilamana perlu menolong, tapi tiba-tiba hati mereka menjadi geram setelah salah seorang berkata, "O, dia si Tanduk Setan yang sering mencuri bayi tak berdosa itu!""Wah, benar! Dia bayi setan, eh... dia pencuri bayi yang berjuluk Nyai Tanduk Setan! Kalau begitu, habisi saja dia selagi sekarat!"Tanpa banyak berembuk lagi, akhirnya rombongan penduduk desa yang sudah menaruh dendam dan kebencian cukup lama kepada Tanduk Setan itu, beramai-ramai menyerang Tanduk Setan. Keadaan Tanduk Setan yang tidak berdaya merupakan peluang emas bagi para orang tua yang bayinya pernah dicuri dan sampai sekarang tak pernah kembali itu.Maka, nasib Nyai Tanduk Setan yang sakti itu habis

    Last Updated : 2025-01-16
  • Pendekar Kera Sakti   947. KIDUNG MANTERA GAIB

    MENYUSURI sungai bening merupakan salah satu dari beberapa kegemaran Baraka. Pendekar Kera Sakti sangat menyukai dengan kebeningan, terlebih kebeningan yang mengandung ketenangan. Karena jiwanya senantiasa merindukan sebentuk kehidupan yang tenang, damai, dan menyegarkan di antara sesama. Tetapi kali ini Baraka menyusuri sungai bening bukan dengan maksud semata-mata ingin menikmati kegemarannya saja, melainkan punya tujuan tertentu, yaitu mencari pondok Ki Darma Paksi. Karena setelah Baraka menginap beberapa saat di rumah keluarga Arum Kafan itu, percakapan mengenai hilangnya Kitab Lontar Gegana menarik perhatiannya.Dari pembicaraan ke pembicaraan, akhirnya Baraka menemukan langkah awal untuk melacak jejak hilangnya kitab pusaka itu. Langkah itu diawali dari menemui Ki Darma Paksi yang pondoknya berada di tepian sungai bening tersebut. Sungai berair bening itulah yang mengalir di samping tempat tinggal tiga gadis cantik itu. Ki Darma Paksi adalah bekas pelayan Eyang Panjar P

    Last Updated : 2025-01-17

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

  • Pendekar Kera Sakti   1248. Part 15

    RESI Wulung Gading mengatakan, bahwa Seruling Malaikat tidak mempunyai kelemahan. Satu-satunya cara menghadapi Seruling Malaikat adalah, "Jangan beri kesempatan Raja Tumbal meniup Seruling itu!"Pendekar Kera Sakti punya kesimpulan, "Harus menyerang lebih dulu sebelum diserang. Karena jika Raja Tumbal diserang lebih dulu, maka ia tidak punya persiapan untuk meniup serulingnya. Syukur bisa membuat dia tidak punya kesempatan untuk mengambil pusaka itu!Itu berarti Baraka harus lakukan penyerangan mendadak ke Lumpur Maut. Padahal ia tidak mengetahui di mana wilayah Lumpur Maut. Maka, hatinya pun membatin, "Aku harus minta bantuan Angin Betina! Di mana perempuan itu sekarang?"Pendekar Kera Sakti dihadapkan pada beberapa persoalan yang memusingkan kepala. Pertama, ia harus mencari di mana Angon Luwak, agar Pedang Kayu Petir yang ada di tangan anak itu tidak jatuh ke tangan orang sesat. Kedua, ia harus temukan Delima Gusti dan memberi tahu tentang siasat Raja Tumbal

  • Pendekar Kera Sakti   1247. Part 14

    Diamnya Baraka dimanfaatkan oleh Angin Betina untuk berkata lagi, "Aku suka padamu, dan berjanji akan melindungimu!""Berani sekali kau berkata begitu padaku. Apakah kau tak merasa malu, sebagai perempuan menyatakan isi hatimu di depanku?""Aku lebih malu jika kau yang menyatakan rasa suka padaku lebih dulu!""Aneh!" Baraka tertawa, tapi tiba-tiba Angin Betina menyentak lirih, "Jangan tertawa!""Kenapa" Aku tertawa pakai mulutku sendiri!""Tawamu makin memancing gairahku," jawabnya dalam desah yang menggiring khayalan kepada sebentuk kehangatan. Baraka hanya tersenyum, matanya sempat melirik nakal ke dada Angin Betina. Perempuan itu pun berkata lirih lagi, "Jangan hanya melirik kalau kau berani! Lakukanlah! Tunjukkan keberanianmu sebagai seorang lelaki yang mestinya mampu tundukkan wanita sepertiku!"Baraka kian lebarkan senyum dan menggeleng. "Tidak. Anggap saja aku pengecut untuk urusan ini! Selamat tinggal!"Zlaaap...! Weesss...!

  • Pendekar Kera Sakti   1246. Part 13

    "Apa bahaya itu?""Mereka terancam oleh orang-orang Lumpur Maut."Baraka berkerut dahi secepatnya. "Raja Tumbal, maksudmu?""Ya. Raja Tumbal bermaksud menaklukkan kedua biara itu, sebab kedua biara itu dianggap perguruan yang berbahaya jika sampai bersatu. Selama ini kedua biara itu tidak bisa bersatu karena ada perbedaan pendapat mengenai aliran kepercayaan mereka. Ancaman dari Raja Tumbal itulah yang membuat mereka harus bisa mendapatkan Pedang Kayu Petir, sebab mereka tahu bahwa Raja Tumbal telah memiliki pusaka Seruling Malaikat.""Bukankah Pedang Kayu Petir sudah ada di tangan Raja Tumbal?"Angin Betina gelengkan kepala dengan tenang."Tidak mungkin, sebab jika Raja Tumbal sudah memiliki pedang yang asli, tentunya kedua biara sudah diserangnya, negeri Muara Singa sudah direbutnya, dan negeri-negeri lain sudah ditumbangkannya. Sampai sekarang Raja Tumbal belum mau bergerak, sebab ia punya firasat munculnya pedang maha sakti itu. Ia harus

  • Pendekar Kera Sakti   1245. Part 12

    Tak ada jawaban. Ilmu ‘Ilmu Menyadap Suara Angin’ digunakan. Ternyata memang tak ada suara siapa-siapa ditempat itu. Akhirnya Baraka duduk di salah satu tepi danau itu."Ke mana anak itu? Jika tak ada di sini, berarti dia berlari dan bersembunyi di tempat lain. Tapi di mana kira-kira? Haruskah kutanyakan kembali kepada Sabani, kakaknya? Ah, capek kalau harus bolak-balik ke sana."Sesaat kemudian di hati Pendekar Kera Sakti timbul kecemasan yang samar-samar. "Jangan-jangan dia terperosok di jurang sebelah timur tadi? Ah, mudah-mudahan tidak demikian. Biarlah kedua pendeta bodoh itu yang terperosok di jalanan tepi jurang timur itu. Kalau tidak terperosok pasti mereka sudah mengejar dan menemukanku di sini. Seandainya mereka menemukanku di sini dan menyerangku, apakah aku harus melumpuhkan mereka?"Pikiran Baraka sempat melayang-layang tak tentu arah. Tapi segera dikembalikan pada pokok persoalannya, ia masih merasa tak habis pikir, mengapa ked

  • Pendekar Kera Sakti   1244. Part 11

    Jaaab...!Tanah keras itu merekah, dari rekahannya keluar asap putih dan cahaya sinar biru membara di dalamnya. Kejap berikutnya tanah itu kembali utuh, namun rumput-rumputnya rontok dan mengering kecoklatan."Mana dia tadi?" Pendeta Jantung Dewa mencari-cari Baraka tanpa menengok kepada kakaknya. Pendeta Mata Lima juga menengok ke sana-sini dan begitu menengok ke belakang terpekik kaget."Hahhh...!"Wajahnya lucu. Wajah tua berkumis dan berwibawa itu membelalakkan mata dan melebarkan mulut karena kaget. Bahkan tubuhnya sempat terlonjak satu tindak ke samping. Tapi wajah itu buru-buru dibuat tenang dan berwibawa, walau yang terlihat adalah wajah menahan rasa malu dan jengkel. Sedangkan Pendeta Jantung Dewa tetap tenang memandangi Baraka yang tersenyum geli melihat kelucuan wajah Pendeta Mata Lima itu."Hebat sekali kau bisa hindari jurus 'Jala Surga'-ku," kata Pendeta Jantung Dewa sambil manggut-manggut."Tapi dapatkah kau tetap bertahan den

  • Pendekar Kera Sakti   1243. Part 10

    Baraka ingin berkecamuk lagi di dalam hatinya, tapi ia batalkan karena kecamuknya akan diketahui oleh Pendeta Mata Lima. Kini ia bahkan berkata dengan tegas dan lebih bersikap berani."Eyang-eyang Pendeta, saya mohon maaf tidak bisa membantu maksud Eyang. Jadi, izinkan saya lewat tanpa ada sikap memaksa!""Tidak bisa!" si Mata Lima berkata dengan tegas juga. "Kami tak bisa lepaskan orang yang tahu tentang pedang itu! Dengan menyesal dan sangat terpaksa, aku harus tunjukkan padamu bahwa kami benar-benar membutuhkannya!""Apa maksud kata-katanya?" pikir Baraka setelah mereka bertiga sama-sama diam. Tapi mata Baraka segera melihat bahwa tasbih hitam yang ada di tangan Pendeta Mata Lima itu diremas-remas semakin kuat.Remasan itu kepulkan asap putih, dan tiba-tiba Baraka rasakan perutnya bagai dipelintir sekuat tenaga, hingga akhirnya ia jatuh terbanting."Uuhg...!"Bruuk...!"Gila! Rupanya dia telah serang diriku dengan kekuatan batinnya

  • Pendekar Kera Sakti   1242. Part 9

    "Sangat kebetulan sekali kita bertemu di sini, Baraka," kata si Jantung Dewa. "Sesungguhnya adalah hal yang paling sulit menemui Pendekar Kera Sakti yang sedang banyak dibicarakan oleh kalangan tokoh tua belakangan ini.""Apakah Eyang berdua memang bermaksud menemui saya?""Tidak utama!" sahut Mata Lima. Kata-kata selanjutnya diteruskan oleh si Jantung Dewa, "Yang paling utama adalah melacak benda pusaka itu.""Benda pusaka apa maksudnya?"Pendeta Mata Lima yang sebenarnya hanya punya dua mata, empat dengan mata kaki itu, segera menjawab dengan suaranya yang agak besar dan berwibawa, "Sebagai pendekar yang sedang kondang namanya, tentunya kau sudah mengerti pusaka yang kami maksudkan. Tak perlu lagi berlagak bodoh di depan kami. Kau punya pikiran dan angan-angan yang dipenuhi oleh pusaka itu.""Pedang maha sakti itu, maksudnya?""Nah, kau sudah menjawab pertanyaanmu sendiri, Anak Muda!"Tak ada gentar bagi Pendekar Kera Sakti menatap

  • Pendekar Kera Sakti   1241. Part 8

    "Tidak ada, Kang Pendekar! Ibu saya juga bilang belum lihat dia pulang.""Wah, ke mana anak itu, ya?" gumam Baraka."Coba biar saya yang cari, Kang. Kang Pendekar diam di sini dulu."Sabani sangat menghormati kedatangan Baraka, sehingga tak segan-segan bergerak cepat ke rumah teman-teman adiknya. Beberapa saat kemudian ia kembali dengan tangan hampa dan napas terengah-engah pertanda habis lari."Tidak ada, Kang! Semua rumah temannya sudah saya sambangi tapi Angon Luwak tidak ada di sana. Malah beberapa temannya bilang, Angon Luwak habis membunuh Saladin! Saya jadi takut, Kang!""Tidak. Angon Luwak tidak sejahat itu. Apakah kau tidak bertemu Saladin?""Bertemu! Lalu saya tanya, 'Apakah kau tadi dibunuh sama Angon Luwak"', dan Saladin bliang; 'tidak'. Lalu saya pikir, benar juga. Kalau dia sudah dibunuh pasti dia tidak bisa menjawab 'tidak'."Baraka tersenyum tipis, tertawa pendek dalam gumam. Lalu ia berkata, "Kalau begitu biar kucari

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status