Share

780. Part 11

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 01:03:03

Ketika mereka sampai di kuil, tiga orang itu sedang menggempur dinding kamar semadi. Mereka pikir pintu itu lebih sulit digempur ketimbang dindingnya. Tetapi pada waktu Sambar Jantung ingin melepaskan pukulan penggempurnya, Pendekar Kera Sakti segera berteriak, "Kuncinya ada di sini! Tak perlu menggempur dinding itu! Ambil saja kunci ini!"

"Bocah monyet itu muncul lagi!" geram Ratu Teluh Bumi. Sengaja Baraka memancingnya ke arah luar halaman kuil, karena keadaan di dalam halaman kuil sangat tak baik jika untuk pertempuran. Bahkan Baraka sengaja memancing mereka untuk mengejarnya ke sebuah gugusan cadas yang menyerupai bukit kecil itu. Baraka berdiri di sana, sementara Intan Selaksa bersembunyi di balik kerimbunan pohon yang ada tak jauh dari bukit cadas itu.

Dalam waktu singkat Sambar Jantung, Ratu Teluh Bumi, dan Dewi Kelambu Darah sudah mengepung Baraka. Mata mereka sama-sama memandang ke arah leher Pendekar Kera Sakti yang berkalung kunci warna hitam dari batuan jen

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pendekar Kera Sakti   781. Part 12

    Wuttt...!Gemerincing bunyinya menerjang angin, menuju ke arah Baraka. Rupanya serombongan pecahan beling atau logam-logam tajam. Dengan kibasan tangan bagai memercikkan air, rombongan benda tajam itu pecah berhamburan ke mana-mana. Satu di antaranya masuk ke rahang Ratu Teluh Bumi. Perempuan itu tersentak bagai tersengat bisa kalajengking. Dan tiba-tiba kulit rahangnya itu mengelupas. Bergerak pelan mengelupas sendiri sampai ke bagian pipi. Ratu Teluh Bumi cepat pejamkan mata. Kejap berikutnya luka itu kembali seperti semula. Mulus lagi wajahnya.Namun ia segera meniup telapak tangannya ke arah Baraka. Dan Baraka segera putarkan Suling Naga Krishna ke atas. Sesuatu yang berwarna serbuk hitam dari tiupan tangan Ratu Teluh Bumi itu menyebar ke mana-mana terkena kibasan angin suling. Bahkan kibasan angin itu semakin besar dan menghantam keras kepala Ratu Teluh Bumi.Plokk...!"Ahhg...!" Ratu Teluh Bumi terpelanting. Kepalanya mengucurkan darah, sep

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pendekar Kera Sakti   782. Part 13

    Berdebar-debar Pendekar Kera Sakti melihat pedang itu. Ternyata di situlah, di perairan telaga itulah pedang itu disimpan oleh Begawan Sangga Mega. Jelas tak akan mudah ditemukan atau dilihat orang, karena pedang itu ada di antara lapisan alam nyata dan alam gaib. Hanya orang-orang yang bisa melihat alam gaib saja yang bisa melihat seperti apa Pedang Guntur Biru itu.Berbentuk sangat indah, menarik sekali. Setiap orang pasti berminat untuk memilikinya. Tapi Pendekar Kera Sakti menahan hatinya dan berhasil untuk tidak memegangnya. Sekalipun ia bisa melihat alam gaib jika mengusap keningnya dengan tangan kiri, sekalipun ia bisa memegang, tapi ia tak mau gegabah melakukannya. Sekalipun ia bisa membawa lari dan memilikinya, tapi ia tak mau membawanya lari. Ia hanya berkata dalam hatinya, "Bukan aku pewarisnya, tapi mungkin Siluman Selaksa Nyawa itu, kalau memang dia bisa berusia tiga ratus tahun. Jika ia sebelumnya sudah mati, berarti satu-satunya pewaris pedang itu adalah.... Si

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Pendekar Kera Sakti   783. Part 14

    Kejap berikutnya mereka yang menjadi penghuni tanah kuburan melompat keluar menerabas gundukan tanah yang menimbun jenazah mereka masing-masing. Ada yang sudah bertulang, ada yang sudah dimakan rayap, ada yang baru sebagian saja tubuhnya digerogoti rayap, ada yang masih baru dua-tiga hari dimakamkan. Semuanya menerobos keluar dari kubur masing-masing.Brusss...!Glegar guntur di langit menyambut kemunculan mereka.Blarrr...! Glur glur glur glur...!Suara itu menghilang.Blarrr...! Glur glur glur glur....!Menghilang lagi. Kini mereka yang baru bangkit dari kubur melangkah meninggalkan tempatnya, mereka mulai berdiri mendekati jalan yang akan dilewati oleh para pengusung tandu itu. Begitu para pengusung tandu dan rombongan muncul dari jalanan yang menanjak, para mayat yang bangkit dari kubur itu segera menyerang mereka."Kkkrrr...!"Mereka serukan suara tak jelas. Tapi langkah dan gerakan mereka terlihat jelas serba pasti.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Pendekar Kera Sakti   784. Part 15

    "Jangan! Aku tak berani. Takut tak mau berhenti mulutku menempel terus di bibirnya! Tidak. Aku tidak boleh begitu! Aku sudah punya kekasih sendiri. Aku tak mau mengkhianati cintaku! Aku... aku... tapi ini demi pengobatan! Apa salahnya? Yang penting tujuanku baik, tidak punya niat ingin mengecup bibirnya!"Pendekar Kera Sakti kerutkan dahi dan berpikir beberapa saat. Lalu setelah itu, Pendekar Kera Sakti segera berkelebat pergi. Tak lama, sudah kembali. Ditangannya tampak sebuah gentong kecil terbuat dari tanah liat, dimana di dalam gentong itu tampak dipenuhi air.Tanpa menunggu waktu lagi. Baraka segera merendam Suling Naga Krishna-nya, segera diteguknya air dalam gentong itu. Sisanya dibiarkan di mulut, tidak ikut ditelan. Pendekar Kera Sakti segera mendekati mulut gadis itu. Tapi begitu memandang semakin dekat keindahan bibir tersebut, air di mulut jadi tertelan sendiri.Glek...!"Yah, habis airnya!" gumam Baraka. Ia buru-buru menenggak air la

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Pendekar Kera Sakti   785. Part 16

    "Jahanam Kupret! Kau mau main-main denganku, hah!" geram si muka lonjong."Kubuat mampus kau sekarang juga! Hiiih...!"Wusttt...!Perwira Loyang melancarkan tendangan kipas dengan berbalik melingkar kakinya menendang wajah Pendekar Kera Sakti dengan sentakan keras. Tetapi apa yang ditendang itu ternyata tempat yang kosong.Pendekar Kera Sakti telah lebih dulu melesat saat si muka lonjong bergerak memutar. Mata orang itu jelalatan mencari lawannya. Bahkan ia sempat mencari sampai tubuhnya berkeliling. Tapi ia tak melihat lawannya yang seharusnya tadi terkena tendangan jika tidak menghindar."Perwira Loyang... lawanmu ada di atas pohon!"Mendongaklah si Perwira Loyang. Terbengong ia melihat Baraka sudah berdiri di sebuah dahan dan sedang menggaruk-garuk pantatnya."Turun kau, kalau memang jagoan!" bentak Perwira Loyang."Perwira Loyang....""Diam!" bentak Perwira Loyang kepada temannya yang ada di atas kuda. Kemudian ia me

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Pendekar Kera Sakti   786. Part 17

    "Mengapa kalian menyerangku? Apakah aku punya urusan dengan kalian? Padahal aku tidak kenal siapa kalian!" kata Baraka tenang sekali."Jangan pura-pura bodoh di depanku, Cecunguk!" gertak orang berpakaian hitam itu."Namaku Baraka, bukan Cecunguk" sanggah Pendekar Kera Sakti."Persetan dengan namamu! Yang jelas kau adalah cecunguknya si keparat itu!""Si keparat siapa?”"Laksamana Cho Yung!" sentak orang berpakaian abu-abu.Pendekar Kera Sakti melepaskan tawa pelan namun berkesan kegelian. Lalu dengan tetap kalem ia ucapkan kata, "Aku malahan tidak tahu siapa itu Laksamana Cho Yung!""Terlalu banyak bicara dia, Ki!" kata si rompi hijau."Hantam saja dia!""Memang bangsat dia! Haiiit...!"Wesss...!Orang gundul itu cepat melompat dan menerjang Baraka dengan sebuah tendangan kaki besarnya. Lompatan itu cukup cepat, kakinya dalam sekejap sudah sampai di depan mata Baraka. Maka dengan cepat pula Baraka se

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pendekar Kera Sakti   787. Part 18

    Ia tepuk dadanya sendiri, sombongkan diri. Dari ucapannya itu Baraka tahu bahwa si kepala botak itu bernama Pawang Jenazah. Jelas itu hanya nama julukan saja. Siapa nama aslinya, Pendekar Kera Sakti tak berminat untuk mengetahuinya. Baraka hanya berkata, "Aku tak bermaksud menundukkan kamu, Pawang Jenazah! Aku hanya menahan seranganmu dan mengembalikannya, karena aku bukan orang bersalah!""Kau memang tidak bersalah, tapi juraganmu itu manusia yang penuh dengan kesalahan!""Aku tidak punya juragan! Aku juga tidak punya pimpinan!""Kau mau mengelak karena takut berhadapan denganku! Kau mau pungkiri diri dan mengaku bukan anak buahnya Laksamana Cho!""Memang bukan! Kau salah sangka, Pawang Jenazah!""Mataku belum bolong, Cecunguk! Kulihat kau tadi berunding dengan Perwira Loyang!""Aku tidak kenal dengan Perwira Loyang!" sanggah Pendekar Kera Sakti dengan tetap kalem. "Kalau yang kau maksud Perwira Loyang adalah orang berkuda yang tadi berada

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Pendekar Kera Sakti   788. Part 19

    Cahaya merah melesat dari kedua telapak tangan Pawang Jenazah. Cahaya itu berbentuk seperti uang logam yang menyala-nyala dan bergerak cepat ke arah Baraka. Oleh Pendekar Kera Sakti cahaya itu dapat dihindari dengan satu sentakan kaki secara pelan ke tanah dan tubuhnya terangkat melesat ke atas dan berjungkir balik satu kali di udara. Cahaya merah itu akhirnya menghantam pohon yang jauh di belakang Baraka.Duarr...! Duarr...!Pohon itu pecah bagai disambar petir. Pawang Jenazah menggerakkan tangannya dengan cepat, wut wut wut...!Dua jari tahu-tahu sudah ada di dahinya. Dua jari yang ada di dahi itu disentakkan ke depan dan melesatlah sinar merah kecil seperti ranting panjang yang menuju ke arah tubuh gadis pingsan itu."Celaka! Dia mau menghancurkan gadis itu!" pikir Baraka.Maka, dengan cepat Baraka lompatkan diri menghadang sinar merah itu di samping tubuh gadis yang terbaring. Baraka berguling sambil hadangkan Serulingnya. Sinar merah seperti r

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1040. Part 15

    "Gandarwo! Sekarang giliran kau bertarung melawanku secara jantan! Serahkan jubah itu atau kulenyapkan nyawamu sekarang juga!"Gandarwo diam saja, tapi matanya memandang dan mulutnya menyeringaikan senyum. Dan tiba-tiba kepala Mandraloka jatuh sendiri dari lehernya bagai ada yang memenggalnya dalam gaib. Gandarwo tertawa terbahak-bahak, karena ia membayangkan kepala Mandraloka terpenggal, dan ternyata menjadi kenyataan.Tiba-tiba tubuh Gandarwo tersentak jatuh dari kuda karena punggungnya ada yang menendangnya dengan kuat. Gandarwo terguling-guling di tanah, dan begitu bangkit ternyata Marta Kumba sudah berdiri di depannya, pedangnya pun dicabut dengan cepat.Gandarwo menggeram dengan pancaran mata kemarahannya, "Kau juga ingin memiliki jubah ini, Anak Dungu!""Ya! Untuk kekasihku, aku harus bertarung melawanmu!""Kasihan...!""Uhg...!" Marta Kumba tiba-tiba menghujamkan pedangnya sendiri ke perutnya dengan sentakan kuat.Gandarwo mem

  • Pendekar Kera Sakti   1039. Part 14

    "Ha ha ha ha...! Kalau sudah begini, siapa yang akan melawanku? Siapa yang akan mengalahkan Gandarwo, hah! Huah ha ha...! O, ya... aku akan membuat nama baru! Bukan Gandarwo lagi namaku! Biar wajahku angker menurut orang-orang, tapi aku punya jubah keramat begini, aku menjadi seperti malaikat! Hah...! Tak salah kalau aku memakai nama Malaikat Jubah Keramat! Ya... itu nama yang cocok untukku! Malaikat Jubah Keramat! Huah ha ha ha...!"Clapp...!Seekor kuda muncul di depan Gandarwo. Karena ia memang membayangkan seekor kuda yang akan dipakainya mengelilingi dunia persilatan dan mengalahkan jago-jago silat dari mana saja. Sesuai dengan apa yang ada dalam bayangan pikirannya, kuda itu adalah kuda jantan berbulu hitam yang kekar, dengan pelana indah berlapis emas pada tepian pelananya.Gandarwo naik di atas punggung kuda dengan gagahnya. Tapi pada saat itu, dua pasang mata ternyata sedang memperhatikan dari kejauhan. Dua pasang mata itu adalah milik Ratna Prawitasari

  • Pendekar Kera Sakti   1038. Part 13

    Crakk...!Ujung-ujung tombak itu mengenai lantai marmer, dan sebagian lantai ada yang gompal. Tetapi tubuh Gandarwo selamat dari hujaman tombak-tombak itu. Kalau ia tak cepat bergerak dan berguling ke depan, matilah ia saat itu juga."Jebakan!" ucap Gandarwo sambil matanya membelalak tapi mulutnya menyunggingkan senyum kegirangan."Pasti ini jebakan buat orang yang tak hati-hati dalam perjalanannya menuju makam itu! Ah, tak salah dugaanku! Pasti ini jalan menuju makam Prabu Indrabayu!"Semakin beringas girang wajah Gandarwo yang angker. Semakin banyak ia menghadapi jebakan-jebakan di situ, dan masing-masing jebakan dapat dilaluinya, sampai ia tiba di jalanan bertangga yang arahnya menurun. Setiap langkah sekarang diperhitungkan betul oleh Gandarwo. Tangga yang menurun berkelok-kelok itu tidak menutup kemungkinan akan ada jebakannya pula.Ternyata benar. Salah satu anak tangga yang diinjak membuat dinding lorong menyemburkan asap hitam. Gandarwo bur

  • Pendekar Kera Sakti   1037. Part 12

    "Aku tidak membawa almari! Untuk apa aku bawa-bawa almari!"Nyai Cungkil Nyawa berteriak jengkel, "Kataku, mau apa kau kemari!""Ooo... mau apa kemari?" Hantu Laut nyengir sambil menahan sakit. Nyai Cungkil Nyawa tidak tahu bahwa Hantu Laut adalah orang yang agak tuli, karena dulunya ketika ikut Kapal Neraka, dan menjadi anak buah Tapak Baja, ia sering digampar dan dipukul bagian telinganya, jadi sampai sekarang masih rada budek. (Baca serial Pendekar Kera Sakti dalam episode: "Tombak Kematian")."Aku ke sini tidak sengaja, Nek. Tujuanku cuma mau cari orang yang bernama Baraka! Dia harus segera pergi mengikutiku, karena aku mendapat perintah untuk menghubungi dia dari kekasihnya, bahwa....""Nanti dulu jangan cerita banyak-banyak dulu...!" potong Nyai Cungkil Nyawa, "Apakah kau teman Baraka?""Aku anak buahnya Baraka! Aku diutus oleh Gusti Mahkota Sejati Ratu Ayu Sejagat untuk menyusul dia, sebab akan diadakan peresmian istana yang sudah selesai di

  • Pendekar Kera Sakti   1036. Part 11

    Nyai Cungkil Nyawa terlempar dan jatuh di atas reruntuhan bekas dinding dua sisi. Ia terkulai di sana bagaikan jemuran basah. Tetapi kejap berikutnya ia bangkit dan berdiri di atas reruntuhan dinding yang masih tegak berdiri sebagian itu. Ia tampak segar dan tidak mengalami cedera sedikit pun. Tetapi Mandraloka kelihatannya mengalami luka yang cukup berbahaya. Kedua tangannya menjadi hitam, sebagian dada hitam, dan separo wajahnya juga menjadi hitam. Tubuhnya pun tergeletak di bawah pohon dalam keadaan berbaring.Pelan-pelan Mandraloka bangkit dengan berpegangan pada pohon, ia memandangi kedua tangannya, dadanya, sayang tak bisa melirik sebelah wajahnya, ia tidak terkejut, tidak pula merasakan sakit yang sampai merintih-rintih. Tapi ia melangkah dengan setapak demi setapak, gerakannya kaku dan sebentar-sebentar mau jatuh.Ia menarik napas dalam-dalam. Memejamkan mata beberapa kejap. Setelah itu, membuka mata sambil menghembuskan napas pelan tapi panjang. Pada waktu itu

  • Pendekar Kera Sakti   1035. Part 10

    Nenek itu geleng-geleng kepala. "Sayang sekali wajahmu tampan tapi bodoh! Aku adalah si Cungkil Nyawa, penjaga makam ini!""Makam...! Bukankah ini petilasan sebuah keraton?""Keraton nenekmu!" umpat Nyai Cungkil Nyawa dengan kesal. "Ini makam! Bukan keraton! Kalau yang kalian cari reruntuhan bekas keraton, bukan di sini tempatnya! Kalian salah alamat! Pulanglah!""Kami tidak salah alamat!" bentak Ratna Prawitasari."Di reruntuhan inilah kami mencari jubah keramat itu! Karena kami tahu, di bawah reruntuhan ini ada ruangan penyimpan jubah keramat itu!""Dan kami harus menemukan jubah itu!" tambah Marta Kumba."Tak kuizinkan siapa pun menyentuh jubah itu! Dengar...!""Nenek ini cerewet sekali dan bandel!" geram Ratna Prawitasari."Pokoknya sudah kuingatkan, jangan sentuh apa pun di sini kalau kau ingin punya umur panjang dan ingin punya keturunan!" Setelah itu ia melangkah memunggungi Ratna Prawitasari dan Marta Kumba.Terd

  • Pendekar Kera Sakti   1034. Part 9

    Wuttt...! Kembali ia bergerak pelan dan sinar kuning itu ternyata berhenti di udara, tidak bergerak maju ataupun mundur."Menakjubkan sekali!" bisik Kirana dengan mata makin melebar.Sinar kuning itu tetap diam, tangan Ki Sonokeling terus berkelebat ke sana-sini dengan lemah lembut, dan tubuh Mandraloka bagai dilemparkan ke sana sini. Kadang mental ke belakang, kadang terjungkal ke depan, kadang seperti ada yang menyedotnya hingga tertatih-tatih lari ke depan, lalu tiba-tiba tersentak ke belakang dengan kuatnya dan terkapar jatuh.Dalam keadaan jatuh pun kaki Mandraloka seperti ada yang mengangkat dan menunggingkannya, lalu terhempas ke arah lain dengan menyerupai orang diseret.Sementara itu, Ki Sonokeling memutar tubuhnya satu kali dengan kaki berjingkat, hingga ujung jari jempolnya yang menapak di tanah.Wuttt...! Kemudian tangannya bergerak bagai mengipas sinar kuning yang sejak tadi diam di udara. Kipasan itu pelan, tapi membuat sinar kuning m

  • Pendekar Kera Sakti   1033. Part 8

    "Maksudmu!" Baraka terperanjat dan berkerut dahi."Lebih dari lima orang kubunuh karena dia mau mencelakaimu!""Lima orang!""Lebih!" tegas Kirana dalam pengulangannya."Waktu kau berjalan bersama orang hitam ini, tiga orang sudah kubunuh tanpa suara, dan kau tak tahu hal itu, Baraka!""Maksudmu, yang tadi itu?" tanya Baraka."Semalam!" jawab Kirana.Ki Sonokeling menyahut, "Jadi, semalam kita dibuntuti tiga orang?""Benar, Ki! Aku tak tahu siapa yang mau dibunuh, kau atau Baraka, yang jelas mereka telah mati lebih dulu sebelum melaksanakan niatnya!" jawab Kirana dengan mata melirik ke sana-sini.Ki Sonokeling jadi tertawa geli dan berkata, "Kita jadi seperti punya pengawal, Baraka!""Baraka," kata Kirana. "Aku harus ikut denganmu! Aku juga bertanggung jawab dalam menyelamatkan dan merebut pedang itu!"Baraka angkat bahu, “Terserahlah! Tapi kuharap kau...!"Tiba-tiba melesatlah benda mengkilap

  • Pendekar Kera Sakti   1032. Part 7

    "Bagaimana dengan Nyai Cungkil Nyawa, apakah dia punya minat untuk memiliki pedang pusaka itu?""Kurasa tidak! Nyai Cungkil Nyawa hanya mempertahankan makam itu sampai ajalnya tiba. Tak perlu pedang pusaka lagi, dia sudah sakti dan bisa merahasiakan pintu masuk ke makam itu. Toh sampai sekarang tetap tak ada yang tahu di mana pintu masuk itu.""Apakah Adipati Lambungbumi tidak mengetahuinya? Bukankah kakeknya dulu ikut mengerjakan makam itu?""O, kakeknya Lambungbumi hanya sebagai penggarap bagian atas makam saja. Dia penggarap pesanggrahan, tapi tidak ikut menggarap makam Prabu Indrabayu!""Ooo...!" Baraka manggut-manggut."Kau tadi kelihatannya tertarik dengan pedang pusakanya Ki Padmanaba, ya!""Tugasku adalah merebut pedang itu dari Rangka Cula!""Ooo...," kini ganti Ki Sonokeling yang manggut-manggut."Aku sempat terkecoh oleh ilmu sihirnya yang bisa mengubah diri menjadi orang yang kukenal. Kuserahkan pedang itu, dan tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status