"Aaaaow...!"
Dewi Kelambu Darah terpekik kesakitan, satu kakinya terselip batang pohon dan menghimpitnya kuat-kuat. Sementara yang lainnya terjungkal di semak-semak atau ke mana saja. Masing-masing jarak jatuh mereka mencapai tujuh langkah dari tempat semula mereka berdiri. Sementara itu, bola kristal di tongkat Raja Nujum masih menyala berkejap-kejap warna merah membara. Sebelum tongkat itu dikibaskan lagi, Raja Nujum segera berbisik ke belakang,
"Cepat lari dan...."
Ia terhenti bicara bisiknya, karena ketika melirik ke belakang, ternyata Pendekar Kera Sakti dan Intan Selaksa sudah menghilang, entah sejak kapan dan ke arah mana. Raja Nujum tak mendengar gerakan pergi Baraka dan Intan.
Intan Selaksa bagaikan sedang bermimpi, ia tak sadar jika telah diangkat dan dibawa lari oleh Pendekar Kera Sakti menggunakan jurus ‘Gerak Kilat Dewa Kayangan’-nya yang luar biasa cepat itu. Dalam waktu singkat, mereka sudah berada di depan kuil. Baraka
"Amanat mendiang Guru, aku harus menjaga kuil dan kamar itu khususnya, agar jangan sampai ada yang menjamah atau merusaknya. Aku hanya tunaikan tugas dari mendiang Guru!"‘Mengapa mendiang gurunya Intan Selaksa mengkhususkan kamar itu? Jika tidak ada apa-apanya, pasti tidak perlu dikhususkan,’ pikir Baraka dalam renungan panjangnya.-o0o-MATAHARI pagi telah pancarkan sinarnya sejak tadi. Pendekar Kera Sakti bergegas bangkit ketika menyadari dirinya telah semalaman tertidur di saung tepi telaga itu. Nyenyak sekali tidurnya, sampai ia tak terasa bahwa Intan Selaksa telah bangun dan tinggalkan saung."Ke mana dia!" pikir Baraka mencari-cari Intan Selaksa. "Mungkin sedang buang air di balik rumpun bambu merah itu? Hmm... tak perlu kususul. Nanti sangkanya mataku seperti keranjang!" gumam Pendekar Kera Sakti sambil melangkahkan kakinya mendekati telaga, kemudian ia meraup air telaga untuk mencuci muka.Namun tiba-tiba ada gelombang tenaga
Ketika mereka sampai di kuil, tiga orang itu sedang menggempur dinding kamar semadi. Mereka pikir pintu itu lebih sulit digempur ketimbang dindingnya. Tetapi pada waktu Sambar Jantung ingin melepaskan pukulan penggempurnya, Pendekar Kera Sakti segera berteriak, "Kuncinya ada di sini! Tak perlu menggempur dinding itu! Ambil saja kunci ini!""Bocah monyet itu muncul lagi!" geram Ratu Teluh Bumi. Sengaja Baraka memancingnya ke arah luar halaman kuil, karena keadaan di dalam halaman kuil sangat tak baik jika untuk pertempuran. Bahkan Baraka sengaja memancing mereka untuk mengejarnya ke sebuah gugusan cadas yang menyerupai bukit kecil itu. Baraka berdiri di sana, sementara Intan Selaksa bersembunyi di balik kerimbunan pohon yang ada tak jauh dari bukit cadas itu.Dalam waktu singkat Sambar Jantung, Ratu Teluh Bumi, dan Dewi Kelambu Darah sudah mengepung Baraka. Mata mereka sama-sama memandang ke arah leher Pendekar Kera Sakti yang berkalung kunci warna hitam dari batuan jen
Wuttt...!Gemerincing bunyinya menerjang angin, menuju ke arah Baraka. Rupanya serombongan pecahan beling atau logam-logam tajam. Dengan kibasan tangan bagai memercikkan air, rombongan benda tajam itu pecah berhamburan ke mana-mana. Satu di antaranya masuk ke rahang Ratu Teluh Bumi. Perempuan itu tersentak bagai tersengat bisa kalajengking. Dan tiba-tiba kulit rahangnya itu mengelupas. Bergerak pelan mengelupas sendiri sampai ke bagian pipi. Ratu Teluh Bumi cepat pejamkan mata. Kejap berikutnya luka itu kembali seperti semula. Mulus lagi wajahnya.Namun ia segera meniup telapak tangannya ke arah Baraka. Dan Baraka segera putarkan Suling Naga Krishna ke atas. Sesuatu yang berwarna serbuk hitam dari tiupan tangan Ratu Teluh Bumi itu menyebar ke mana-mana terkena kibasan angin suling. Bahkan kibasan angin itu semakin besar dan menghantam keras kepala Ratu Teluh Bumi.Plokk...!"Ahhg...!" Ratu Teluh Bumi terpelanting. Kepalanya mengucurkan darah, sep
Berdebar-debar Pendekar Kera Sakti melihat pedang itu. Ternyata di situlah, di perairan telaga itulah pedang itu disimpan oleh Begawan Sangga Mega. Jelas tak akan mudah ditemukan atau dilihat orang, karena pedang itu ada di antara lapisan alam nyata dan alam gaib. Hanya orang-orang yang bisa melihat alam gaib saja yang bisa melihat seperti apa Pedang Guntur Biru itu.Berbentuk sangat indah, menarik sekali. Setiap orang pasti berminat untuk memilikinya. Tapi Pendekar Kera Sakti menahan hatinya dan berhasil untuk tidak memegangnya. Sekalipun ia bisa melihat alam gaib jika mengusap keningnya dengan tangan kiri, sekalipun ia bisa memegang, tapi ia tak mau gegabah melakukannya. Sekalipun ia bisa membawa lari dan memilikinya, tapi ia tak mau membawanya lari. Ia hanya berkata dalam hatinya, "Bukan aku pewarisnya, tapi mungkin Siluman Selaksa Nyawa itu, kalau memang dia bisa berusia tiga ratus tahun. Jika ia sebelumnya sudah mati, berarti satu-satunya pewaris pedang itu adalah.... Si
Kejap berikutnya mereka yang menjadi penghuni tanah kuburan melompat keluar menerabas gundukan tanah yang menimbun jenazah mereka masing-masing. Ada yang sudah bertulang, ada yang sudah dimakan rayap, ada yang baru sebagian saja tubuhnya digerogoti rayap, ada yang masih baru dua-tiga hari dimakamkan. Semuanya menerobos keluar dari kubur masing-masing.Brusss...!Glegar guntur di langit menyambut kemunculan mereka.Blarrr...! Glur glur glur glur...!Suara itu menghilang.Blarrr...! Glur glur glur glur....!Menghilang lagi. Kini mereka yang baru bangkit dari kubur melangkah meninggalkan tempatnya, mereka mulai berdiri mendekati jalan yang akan dilewati oleh para pengusung tandu itu. Begitu para pengusung tandu dan rombongan muncul dari jalanan yang menanjak, para mayat yang bangkit dari kubur itu segera menyerang mereka."Kkkrrr...!"Mereka serukan suara tak jelas. Tapi langkah dan gerakan mereka terlihat jelas serba pasti.
"Jangan! Aku tak berani. Takut tak mau berhenti mulutku menempel terus di bibirnya! Tidak. Aku tidak boleh begitu! Aku sudah punya kekasih sendiri. Aku tak mau mengkhianati cintaku! Aku... aku... tapi ini demi pengobatan! Apa salahnya? Yang penting tujuanku baik, tidak punya niat ingin mengecup bibirnya!"Pendekar Kera Sakti kerutkan dahi dan berpikir beberapa saat. Lalu setelah itu, Pendekar Kera Sakti segera berkelebat pergi. Tak lama, sudah kembali. Ditangannya tampak sebuah gentong kecil terbuat dari tanah liat, dimana di dalam gentong itu tampak dipenuhi air.Tanpa menunggu waktu lagi. Baraka segera merendam Suling Naga Krishna-nya, segera diteguknya air dalam gentong itu. Sisanya dibiarkan di mulut, tidak ikut ditelan. Pendekar Kera Sakti segera mendekati mulut gadis itu. Tapi begitu memandang semakin dekat keindahan bibir tersebut, air di mulut jadi tertelan sendiri.Glek...!"Yah, habis airnya!" gumam Baraka. Ia buru-buru menenggak air la
"Jahanam Kupret! Kau mau main-main denganku, hah!" geram si muka lonjong."Kubuat mampus kau sekarang juga! Hiiih...!"Wusttt...!Perwira Loyang melancarkan tendangan kipas dengan berbalik melingkar kakinya menendang wajah Pendekar Kera Sakti dengan sentakan keras. Tetapi apa yang ditendang itu ternyata tempat yang kosong.Pendekar Kera Sakti telah lebih dulu melesat saat si muka lonjong bergerak memutar. Mata orang itu jelalatan mencari lawannya. Bahkan ia sempat mencari sampai tubuhnya berkeliling. Tapi ia tak melihat lawannya yang seharusnya tadi terkena tendangan jika tidak menghindar."Perwira Loyang... lawanmu ada di atas pohon!"Mendongaklah si Perwira Loyang. Terbengong ia melihat Baraka sudah berdiri di sebuah dahan dan sedang menggaruk-garuk pantatnya."Turun kau, kalau memang jagoan!" bentak Perwira Loyang."Perwira Loyang....""Diam!" bentak Perwira Loyang kepada temannya yang ada di atas kuda. Kemudian ia me
"Mengapa kalian menyerangku? Apakah aku punya urusan dengan kalian? Padahal aku tidak kenal siapa kalian!" kata Baraka tenang sekali."Jangan pura-pura bodoh di depanku, Cecunguk!" gertak orang berpakaian hitam itu."Namaku Baraka, bukan Cecunguk" sanggah Pendekar Kera Sakti."Persetan dengan namamu! Yang jelas kau adalah cecunguknya si keparat itu!""Si keparat siapa?”"Laksamana Cho Yung!" sentak orang berpakaian abu-abu.Pendekar Kera Sakti melepaskan tawa pelan namun berkesan kegelian. Lalu dengan tetap kalem ia ucapkan kata, "Aku malahan tidak tahu siapa itu Laksamana Cho Yung!""Terlalu banyak bicara dia, Ki!" kata si rompi hijau."Hantam saja dia!""Memang bangsat dia! Haiiit...!"Wesss...!Orang gundul itu cepat melompat dan menerjang Baraka dengan sebuah tendangan kaki besarnya. Lompatan itu cukup cepat, kakinya dalam sekejap sudah sampai di depan mata Baraka. Maka dengan cepat pula Baraka se
"Sayang sekali sewaktu Baraka ada di tempat kita, aku dan Pita Biru sedang menjalankan tugas ke Pulau Gayung, sehingga aku dan Pita Biru tidak melihat seperti apa ketampannya.” Desah resah Kesuma Sumi"Sudah, sudah..., jangan bicara soal ketampanannya. Nanti kalian terkulai lemas membayangkannya!" sergah Rindu Malam. "Sebaiknya kita pergi temui Sumbaruni di pantai semberani!""Apakah Sumbaruni alias Pelangi Sutera itu mengenal Pendekar Kera Sakti?!"Rindu Malam menjawab dengan mulut runcing, "Bukan hanya kenal, tapi juga jatuh cinta kepada Pendekar Kera Sakti!"Kesuma Sumi menyahut. "Kalau begitu, ku rasa Pendekar tampan itu sedang terlena dalam pelukan Sumbaruni!?"Rindu Malam tarik napas dalam-dalam, karena masih ada sisa kecemburuan yang bikin dia deg-deg-an. Betapa pun juga ia harus bisa sisa kecemburuan itu karena takut melanggar peringatan dari ratunya."Jangan bayangkan dia ada dalam pelukan Sumbaruni. Bayangkan saja dia ada dal
Dari semadi yang dilakukannya, Ratu Asmaradani mendapatkan petunjuk kalau kalau Baraka adalah sang pewaris para dewa. Maka, Ratu Asmaradani pun mengirim ilmu 'merambah bhatin' untuk hadir ke alam mimpi Baraka. Tetapi sudah beberapa kali hal itu dilakukan, ternyata Baraka belum datang juga. Terpaksa tiga utusan diperintahkan mencari Pendekar tampan yang namanya sering menjadi bahan pembicaraan para tokoh rimba persilatan itu. Sebab Ratu Asmaradani curiga, pasti ada kesulitan yang di alami Baraka sehingga pemuda itu tidak bisa datang ke negeri Samudera Kencana. Karenanya, sang Ratu berpesan kepada Rindu Malam, jika ada sesuatu yang menyulitkan sang Pendekar Kera Sakti, Rindu Malam bergegas membantu melepaskan si Pendekar tampan itu dari kesulitan tersebut. Kesulitan apa yang dihadapi Baraka sebenarnya?Titik pangkal kesulitan itu terletak pada hilangnya Pedang Kayu Petir yang sebenarnya sudah ada di tangan Angon Luwak, bocah penggembala kambing itu namun pedang tersebut jatuh k
Kapak bergagang panjang dicabut dari selipan sabuk, lalu tubuh Roh Gepuk berkelebat menerjang Pita Biru. Tapi mendadak tubuh itu terpental ke samping. Baru saja melompat belum jauh dari tempat, sebuah pukulan jarak jauh tanpa sinar dilepaskan dari tangan Kusuma Sumi. Roh Gepuk terpekik pendek. Lalu jatuh tak tentu keseimbangan.Pita Biru memandang Kusuma Sumi dengan sikap masih berdiri tegak dan kedua kaki sedikit merenggang. Saat itu Kusuma Sumi segera melangkah maju dan berkata dengan tegas. “yang ini biar kutangani, mundurlah!”Pita Biru segera melompat ke samping. Kejap berikut sudah berdiri tak jauh dari Rindu Malam, yang bersidekap dengan tenang di bawah pohon. Dan ketika Roh Gepuk bangkit kembali, ia terkesiap melihat lawannya sudah berganti pakaian. Tapi segera sadar, bahwa lawannya bukan berganti pakaian, tetapi berganti orang.“Kau yang akan menggantikan nyawa temanmu itu untuk menebus nyawa temanku, ha?!”Kusuma Sumi dia
“Ya, kami tahu. Tapi Nila Cendani sudah mati, kabarnya dibunuh Pendekar Kera Sakti. Entah benar atau tidak, kami tidak ikut terbunuh waktu itu. Tapi kami tahu, Ratu Samudera Kencana pernah terlibat bentrokan dengan Nila Cendani dan mengejarnya sampai ke Teluk Sumbing. Tentunya ratumu tahu dimana Teluk itu berada. Tentu ratumu pun tahu bahwa disana terpendam harta karun rampasan Nila Cendani semasa menjadi ketua Rompak Samudera. Dan tentunya sebagai anak buah Ratu Asmaradani, kalian juga diberitahu letak Teluk itu, untuk sewaktu-waktu menggali harta karun disana”.“Ratu kami tidak pernah memikirkan harta yang bukan miliknya. Kami sudah cukup kaya tanpa merampas harta yang bukan milik kami!” Kata Rindu Malam.Roh Gepuk segera menyahut, “Begini saja nona-nona cantik. Aku akan membuka sayembara. Barang siapa di antara kalian ada yang bisa menyebutkan dimana letak Teluk Sumbing. Akan mendapat hadiah dikawinkan dengan temanku ini, si Cucur Sangi
MEREKA baru saja mendarat di pantai dengan gunakan sebuah sampan. Tiga wanita berambut cepak, seperti potongan rambut lelaki itu mempunyai paras ayu yang berbeda nilai kecantikannya. Namun ketiganya sama-sama menggiurkan seorang lelaki yang memandang dari sisi kemesuman. Karena ketiganya mempunyai bentuk tubuh nan elok, bak lambaian perawan menunggu pelukan.“Ingat ciri-cirinya!” kata wanita muda yang berpakaian putih bertepian benang emas. “Tampan, rambut poni, pakaian rompi kulit ular emas tanpa lengan, memiliki rajah naga emas melingkar di punggung lengannya”.Si cantik berpakaian putih yang mempunyai pedang di punggung bergagang balutan kain beludru merah itu menyebutkan ciri-ciri seorang pendekar tampan yang tak lain adalah Pendekar Kera Sakti, Baraka.Si cantik berdada seksi dan berkulit kuning langsung memberi isyarat dengan tangan agar kedua gadis seusianya itu bergerak mengikuti langkahnya jauh ke dalam hutan. Sesekali ia berpali
"Bocah bodoh kau! Gurumu saja tak mampu kalahkan aku, apalagi kau yang hanya muridnya!" geram Tengkorak Liar."Mendiang Guru tidak mempunyai ilmu 'Pedang Bintang', tapi aku punya jurus itu dari seorang guru pedang tersohor: Ki Argapura alias si Penggal Jagat! Tentunya kau kenal, Tengkorak Liar!""Persetan dengan Argapura!" geram Tengkorak Liar."Buktikan kehebatannya di depanku! Hiaaah...!"Tengkorak Liar sentakkan kedua tangannya ke depan. Dua larik sinar merah yang melingkar-lingkar pada ujungnya bagaikan mata bor itu melesat ke arah Angin Betina. Kecepatannya amat tinggi, membahayakan sekali bagi Angin Betina. Dihindari akan terlambat, ditangkis akan telat. Untung Baraka selalu siap siaga. Begitu sinar merah itu terlepas, sinar biru berkelok-kelok bagai lidah petirpun keluar dari sentakan kedua tangan Baraka.Claaap...!Jurus 'Cahaya Kilat Biru' warisan Ki Ageng Buana yang biasanya membuat lawan hangus dan keropos itu menghantam sinar mer
Blaaar...!Gelombang ledakan menghentak sangat kuat membuat tubuh Pendekar Kera Sakti sebelum sempat mendarat sudah terlempar lagi bagaikan terbuang ke arah belakang.Wuuus...! Brrukk...!Benturan tersebut bukan saja hasilkan gelombang ledakan tinggi, namun juga kerliapan cahaya merah yang lebar dan menyilaukan. Tongkat itu sendiri pecah dan terpotong-potong tidak beraturan. Pandangan mata Baraka menjadi gelap bagaikan menemui kebutaan.Ketika ia jatuh terpuruk dan mencoba untuk bangkit, ia tak melihat apa-apa kecuali kegelapan yang pekat. Tetapi suling mustika masih ada di tangannya, sehingga Baraka buru-buru menyalurkan hawa murni ‘Kristal Bening’-nya!Maka dalam beberapa kejap saja pandangan matanya sudah kembali seperti semula. Kesesakan dadanya mulai lancar, dan rasa sakit pada sekujur tubuh serta tulang-tulangnya yang merasa patah telah pulih segar seperti semuia."Edan! Kekuatannya begitu tinggi. Hampir saja aku celaka!" p
Orang pertama yang menghadapi Baraka adalah Tongkang Lumut yang bersenjata rencong terselip di depan perutnya. Yang lain mundur, memberikan tempat untuk pertarungan maut itu. Tongkang Lumut mulai buka kuda-kudanya, tapi Baraka malahan menggaruk-garuk pantatnya dengan seenaknya saja. Ketenangan itu sengaja dipamerkan Baraka untuk membuat ciut nyali lawannya, sekalipun hanya sedikit saja kedutan nyali itu dialami oleh lawan, tapi punya sisi menguntungkan bagi Baraka.Tongkang Lumut rendahkan kakinya. Kedua tangan terangkat, yang kanan ada di atas kepala dengan bergetar pertanda tenaga dalam mulai disalurkan pada tangan tersebut. Tangan kirinya menghadang di depan dada. Menggenggam keras dan kuat sekali.Slaaap...!Tiba-tiba Tongkang Lumut bagai menghilang dari hadapan Baraka. Tahu-tahu dia sudah berpindah tempat di belakang Baraka dalam jarak satu jangkauan tangan. Tentu saja punggung Pendekar Kera Sakti dijadikan sasaran tangan yang sudah berasap itu. Menyadari h
JUBAH hitam berambut putih panjang terurai sebatas punggung adalah tokoh sakti dari Nusa Garong. Biar badannya kurus, wajahnya bengis, matanya cekung, tapi kesaktiannya tak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ketua perguruan aliran hitam, yaitu Perguruan Lumbung Darah. Namanya cukup dikenal di kalangan aliran sesat sebagai Tengkorak Liar. Anak buahnya pernah berhadapan dengan Baraka ketika Baraka selamatkan Sabani, kakak Angon Luwak dalam peristiwa Keris Setan Kobra. Orang kurus bersenjata cambuk pendek warna merah itu berdiri tepat berhadapan dengan Baraka. Usianya diperkirakan sama dengan orang yang berpakaian serba hijau, sampai ikat kepalanya juga hijau, sabuknya hijau, gagang rencongnya hijau dan pakaian dalamnya hijau lebih tua dari jubah lengan panjangnya. Orang itu dikenal dengan nama Tongkang Lumut, dari Perguruan Tambak Wesi.Dalam usia sekitar delapan puluh tahun ke atas ia masih mempunyai mata tajam dan rambut serta kumisnya abu-abu. Badannya masih tegap, walau tak