Share

583. Part 3

last update Last Updated: 2024-10-27 01:02:49

"Baik, Guru!" jawab Pendekar Kera Sakti tegas dan bersikap patuh. "Saya pamit sekarang, Guru!"

"Ya."

"Saya pamit, Nyai!"

"Tunggu," cegah Nyai Betari Ayu, membuat Baraka menghentikan langkahnya yang sudah sampai di mulut gua, juga membuat Setan Bodong kerutkan dahi dalam menatapkan pandangannya. "Bawalah cincin ini. Kau yang berhak memakainya, Baraka. Bukan aku!" Nyai Betari Ayu melepaskan Cincin Pusaka Manik Bidari yang mempunyai kekuatan sangat dahsyat itu. Tempo hari Pendekar Kera Sakti mengenakan di jari Betari Ayu sebagai sikap berjaga-jaga dari serangan mendadak, karena pada waktu itu Betari Ayu dalam keadaan terluka.

"Sebenarnya aku ingin menitipkan cincin ini padamu sebagai ganti diriku menjaga keselamatanmu, Nyai!"

"Tidak, Baraka. Aku tidak berhak memakai cincin pusaka ini! Kaulah yang berhak memakainya."

Setan Bodong segera menyahut, "Masukkan saja di polongan Suling Naga Krishna-mu. Senjata mustikamu itu akan semakin mempunyai keku

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   584. Part 4

    Baraka tak asing lagi dengan wajah itu, yang tak lain adalah wajah Perawan Sesat. Karenanya, Pendekar Kera Sakti sangat terkejut melihat Perawan Sesat telah menjadi mayat di situ. Dewa Racun sendiri terperanjat, karena dia tahu Perawan Sesat adalah salah satu dari tiga kelompok perempuan patah hati. Temannya yang dua adalah Selendang Maut dan Peri Malam. Perawan Sesat inilah yang membujuk Baraka setengah mendesak untuk tetap hadir dalam pertarungan di Bukit Jagal melawan Dirgo Mukti."Ada apa sebenarnya? Apa yang telah terjadi di sini? Bukankah tempat ini sudah dekat dengan pondok kediaman Peramal Pikun?" pikir Baraka dalam renungan sejenaknya.Dewa Racun membalikkan tubuh mayat itu. Ia terkesiap sejenak melihat permukaan dada Perawan Sesat hangus bagai terbakar api yang amat dahsyat. Di sekitar lehernya ada bilur-bilur luka, dan di kedua lengannya juga ada luka terkoyak bagai sabetan senjata tajam beberapa kali.Dewa Racun memandang mata Pendekar Kera Sakti. Pe

    Last Updated : 2024-10-27
  • Pendekar Kera Sakti   585. Part 5

    Dewa Racun segera sentakkan kaki dan melesat pergi dari tempatnya menuju pondok itu. Wajah tegangnya memperhatikan Baraka yang mencoba masuk ke dalam pondok dengan susah, karena terhalang reruntuhan sebagian atap."Pikun...!" desis Baraka dengan mata tak berkedip, jantungnya berdetak dengan kuat. Di belakangnya segera menyusul masuk Dewa Racun yang juga berdesis tegang."Renggono...?"Tubuh Renggono atau Peramal Pikun yang kurus kering itu terkapar di atas balai-balai bambu bertikar anyaman pandan. Tubuhnya dalam keadaan berdarah di bagian mulut dan telinga serta hidungnya. Melihat letak kaki sebelah masih terkulai di luar balai-balai, berarti Peramal Pikun baru saja berniat baringkan badan di situ dengan keadaan susah payah. Hal yang membuat mata Dewa Racun terkesiap adalah bintik-bintik merah yang memenuhi tubuh Peramal Pikun. Bintik-bintik itu seperti cacar berdarah, menggelembung kecil dan akhirnya pecah memercikkan darah segar. Sedangkan wajah Peramal Pikun

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pendekar Kera Sakti   586. Part 6

    "Heeb... hebb... hebat sekali ilmumu.""Ah, sekadar ilmu pengobatan biasa, untuk menolong sesama," Pendekar Kera Sakti merendahkan diri, tak lupa tangannya mengaruk kepalanya yang tak gatal.Dewa Racun geleng-geleng kepala, ia segera duduk di batu depan Baraka dan bertanya, "App... apakah... ilmu 'Tenaga Matahari Merah' bisa untuk... untuk mengobati segala macam luka raac... raac... racun?"Pendekar Kera Sakti sunggingkan senyum rikuh, namun ia anggukkan kepala, "Ya. Bisa.""Wah, ilmuku biiis... biisa... bisa kalah. Seemmua... semua racunku biiis... bisa kau tawarkan dengan ilmu 'Tenaga Matahari Merah'"Sebelum Dewa Racun bicara lagi, tiba-tiba dari pondok reot itu muncul Peramal Pikun, seperti baru saja bangun tidur, ia menguap di depan pintu, dan segera berseri setelah memandang Dewa Racun."Dewa Racun, oh... rupanya kau datang membawa teman baru? Hmm... siapa namanya? Kulihat anak muda itu cukup gagah dan ganteng."

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pendekar Kera Sakti   587. Part 7

    "Maksudmu?""Per... peeer... perkelahian itu timbul karena Dadung Amuk tersinggung, atau merasa jengkel dengan jaaa... jaaa....""Janda?""Bukan. Jengkel dengan jaaa... jawaban Perawan Sesat. Seb... seeeb... seeb....""Sebul?""Sebab! Sebab, Dadung Amuk orang yang mudah tersinggung dan cepat marah. Kaaal... kaaal... kalau sedang marah, tak segan-segan membunuh orang walaupun perkaranya kee... keee....""Kecil!""Bukan! Eh, iya... kecil! Perkara kecil bisa bikin Dadung Amuk bunuh ooor... orrr... orrr...""Orok?""Orang!" sentak Dewa Racun."Kau tahu banyak tentang dia rupanya?""Kka... kare... karena dia peer... pernah mengamuk di Puri Gerbang Kayangan. Ak... aku... aku pernah terdesak melawannya."Semakin sangsi hati Baraka. Jika benar Singo Bodong itu adalah Dadung Amuk, tak mungkin Dewa Racun terdesak melawan Singo Bodong. Tapi pengakuan Dewa Racun itu agaknya bukan pengakuan yang dibuat-buat.

    Last Updated : 2024-10-28
  • Pendekar Kera Sakti   588. Part 8

    Ulah Dewa Racun mendatangkan banyak orang. Mereka menonton kedua orang berbulu itu dengan kasihan dan geli, karena gerakannya menjadi seperti monyet kegatalan. Tontonan itu memancing seseorang untuk datang melihat, dan orang itulah yang ditunggu-tunggu oleh Baraka.Dewa Racun terkesiap sejenak, lalu berbisik pada Baraka, "Lihat ooor... orr... orang yang baru ddaaa... daa... datang itu. Dialah... dialah yyyaaah... yyyang namanya Dadung Amuk!"Baraka kerutkan dahi. Setahu Baraka, orang tinggi besar yang baru datang itu bernama Singo Bodong, bukan Dadung Amuk. Dan, dipundaknya tidak ada tambang seperti ciri-ciri Dadung Amuk. Maka Baraka pun membantah. "Dia bukan Dadung Amuk. Dia yang kukatakan tadi bernama Singo Bodong!""Buk... buk... bukan! Dia itu Dadung Amuk. Aaak... aaak... aku pernah ketemu dengan dia. Dddi... dia pasti mengenaliku, Baraka! Kaaal... kalau... kalau tidak percaya, cobalah kau panggil dia!"Orang berkumis tebal yang jari-jarinya besar dan

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Kera Sakti   589. Part 9

    Pendekar Kera Sakti mengajak Singo Bodong duduk di dalam kedai, dan memperkenalkan Dewa Racun kepada Singo Bodong. "Ini temanku, Dewa Racun julukannya. Dia orang sakti, berilmu tinggi. Jangan coba-coba menghina kekerdilannya, kau bisa dibuat berbulu seperti kedua orang tadi.""Oh, eh... hmm... ya... aku percaya. Aku tak akan menghina.... Hmmm... kau mau minum juga, Dewa Racun?"Pertanyaan itu tak dijawab oleh Dewa Racun, melainkan ia ganti bertanya kepada Singo Bodong,"Bukkk... bukankah kamu yang ber... berr... bernama Dadung Amuk?""Bukan. Namaku Singo Bodong," jawab Singo Bodong dengan polos, tanpa ngotot sedikit pun."Setahuku kam... kamu Dadung Amuk, orangnya Siluman Selaksa Nyawa!"Singo Bodong tertawa geli, "Mana ada siluman kok punya Selaksa Nyawa? Orang mana dia itu?""Jja... jang... jangan berlagak bodoh, Dadung Amuk!" sentak Dewa Racun dengan kegeramannya. Singo Bodong ketakutan dan segera berlindung di belakang Baraka.

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Kera Sakti   590. Part 10

    "Maafkan temanku itu. Dia salah duga. Kau disangka Dadung Amuk.""Dadung Amuk, Dadung Amuk, mukanya kusut itu yang seperti dadung sedang mengamuk!" gerutu Singo Bodong.Dewa Racun tertegun diam memandangi Pendekar Kera Sakti melangkah bersama Singo Bodong ke arah bawah pohon. Dewa Racun hanya membatin, "Cukup berbahaya pukulanku tadi. Tak mungkin ia biarkan begitu saja. Mestinya ia tangkis walau secara diam-diam. Tapi darah yang keluar dari mulutnya itu menandakan pukulanku kena pada sasaran. Kalau tidak segera ditolong Baraka, bisa mati dia! Apakah dia memang bukan Dadung Amuk? Rasa-rasanya sulit aku mempercayai dirinya bukan Dadung Amuk!"Baraka berbisik kepada Dewa Racun, "Kurasa sudah cukup, jangan kau jajal lagi ilmunya. Dia kosong. Tidak punya ilmu apa-apa.""Jang... jang... jangan mudah tertipu oleh permainan liciknya, Baraka," balas Dewa Racun berbisik."Waktu kusalurkan hawa murni di dalam tubuhnya, aku tidak merasakan getaran membalik sed

    Last Updated : 2024-10-29
  • Pendekar Kera Sakti   591. Part 11

    Pendekar Kera Sakti ganti bicara pada Singo Bodong, "Kalau begitu, kita berangkat sekarang juga!""Hmmm... tapi... tapi bolehkah aku pulang sebentar, Baraka? Aku harus pamit pada ibuku dulu, supaya dia tahu ke mana aku pergi!""Jabang bayi! Sud... sudah tua begitu kalau pergi mass... masih harus pamit ibunya segala!" kata Dewa Racun."Soalnya, ibuku hanya tinggal sendirian di rumah.""Tak ada temannya?""Ada. Adik perempuanku. Yah, cuma adik perempuanku yang menemani ibuku. Adik perempuanku dan suaminya, dan keenam anaknya, dan dua adik iparnya!""Itu namanya tidak sendirian! Ibumu banyak teman!" kata Pendekar Kera Sakti sedikit membentak dan menahan rasa geli."Ya, sudah... cepatlah pulang dan bawa makanan kalau memang ada.""Singkong rebus! Ibuku punya singkong rebus yang tadi pagi tidak laku dijual. Apa kalian mau?""Ambil saa... saa... saja!" jawab Dewa Racun berlagak acuh tak acuh tapi kelihatan butuh.Singo

    Last Updated : 2024-10-30

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1050. Part 8

    Baraka kerutkan dahi, karena merasa asing dengan nama tersebut. Gadis berkepang dua yang punya tahi lalat kecil di sudut mata kirinya itu hanya mencibir sinis melihat keheranan Baraka."Aku tidak kenal dengan nama itu.""Bohong!""Aku berani bersumpah. Justru kalau kau mau, tolong jelaskan siapa orang berjuluk Iblis Raja Naga itu?""Tentu saja orang yang mempunyai Pedang Raja Naga!""Aku tidak tahu siapa pemilik pedang tersebut, Nona."Gadis itu diam. Tangannya membersihkan tanah yang melekat di pakaian hijau cerahnya itu. Sambil menepiskan tanah-tanah dari pakaiannya, matanya memandang tajam penuh selidik. Dari ujung rambut Baraka diperhatikan sampai ke bagian kakinya. Baraka tetap kalem. Bahkan ia sempat menggaruk kepalanya. Kesannya menganggap ringan kepada gadis yang sedang cemberut itu."Baiklah, Nona," kata Baraka, "Kalau kau tak mau jelaskan apa sebab kau menangis dan apa hubungannya dengan Iblis Raja Naga, aku akan teruskan la

  • Pendekar Kera Sakti   1049. Part 7

    Ternyata harapan Baraka terkabul. Ia berhasil bertemu dengan kakek penyerang Wiratmoko. Mata Baraka memperhatikan dengan seksama. Kakek itu mengenakan jubah putih lusuh dan menggenggam tongkat berkelokkelok seperti seekor ular warnanya hitam. Rambutnya yang panjang sepunggung tidak diikat apa pun, sehingga hembusan angin memainkan rambut itu, menyingkap dan menutup sebagian wajahnya. Kakek kurus itu mempunyai sapasang mata yang cekung dan tubuh yang kurus. Namun sorot pandangan matanya itu bagai mempunyai kekuatan yang membuat lawan atau orang lain menjadi segan kepadanya. Baraka pun merasa demikian, namun ia memaksakan diri untuk tetap berdiri menghadang kakek tersebut."Maaf, Pak Tua...." sapa Baraka dengan sopan, "Aku terpaksa menghentikan langkahmu. Ada sesuatu yang ingin kuketahui darimu dan membuatku sangat ingin tahu."Kakek berambut panjang itu berkata, "Menyingkirlah, Murid Setan Bodong. Jangan campuri urusanku!"Baraka terkejut mendengar kakek itu meng

  • Pendekar Kera Sakti   1048. Part 6

    Setelah keduanya menyalurkan hawa murni dalam tubuh masing-masing, rasa sakit yang mereka alami pun mulai reda. Napas mereka yang terengah-engah menjadi tenang kembali. Tapi kedua mata mereka masih saling beradu pandang dengan sama-sama tajamnya."Aku tak akan membiarkan kau lolos, Tandak Ayu. Sebelum ku peroleh benda itu darimu, akan kusiksa dirimu dengan jurus 'Pembakar Jantung'-ku nanti!""Persetan dengan anggapanmu! Aku bukan Tandak Ayu!""Omong kosong! kau pasti Tandak Ayu yang merubah diri menjadi wujud lain!""O, kurasa kau benar-benar salah anggapan. Perlu kuluruskan. Aku bukan Tandak Ayu. Namaku adalah Kirana, murid Nyai Punding Sunyi dari Perguruan Mawar Seruni!"Citradani diam sebentar, mulai merenungi kemungkinan salah pahamnya. Wajah Kirana diperhatikan baik-baik dengan hati dililit kebimbangan. Sementara itu, Kirana sendiri segera ajukan tanya kepada Citradani."Sebutkan siapa dirimu, supaya kesalahpahaman ini tidak merenggut n

  • Pendekar Kera Sakti   1047. Part 5

    Kelinci putih itu melompat di balik karang. Citradani segera menghantamkan pukulan jarak jauhnya bercahaya merah.Wuuut...!Blaaar...!Karang hancur seketika menjadi serbuk warna merah membara dan panas. Kelinci itu hilang. Entah kemana perginya.Citradani mencari kebingungan. Hatinya kian panas, dadanya ingin meledak karena kehilangan lawannya. Ia hanya bisa menggerutu, "Kurang ajar! Dia pasti berubah menjadi undur-undur!"Sambil mengorek-ngorek tanah berpasir mencari undur-undur jelmaan Tandak Ayu, Citradani bertanya-tanya dalam hatinya, "Bagaimana mungkin kalung itu bisa ada di tangannya? Apakah ia berhasil merebut kalung itu dari si tampan berhati iblis itu? Semudah itu kah Tandak Ayu mampu merebutnya"Padahal aku tahu persis ilmu si Tandak Ayu tidak seberapa tinggi. Sekalipun ia murid Nyai Demang Ronggeng yang kesohor dengan ilmu 'Tarian Mayat'-nya, tapi aku yakin ia belum mewarisi ilmu itu. Nyai Demang Ronggeng tak akan semudah itu men

  • Pendekar Kera Sakti   1046. Part 4

    "Nama yang sederhana, tapi mudah diingat, mudah pula dihilangkan dari ingatan," kata Wiratmoko bernada angkuh."Apakah kau tersesat di hutan ini?""Tidak semata-mata tersesat.""Ha, ha, ha, ha...," Wiratmoko tertawa melecehkan. "Jangan menutupi kebodohanmu. Baraka. Aku tahu kau benar-benar tersesat. Buktinya kau tidak mengetahui bahwa tanah yang kau lalui tadi adalah permukaan sebuah lubang maut yang bernama Sumur Tembus Jagat."Baraka berkerut dahi, matanya memandang ke arah tanaman rambat yang tadi dilaluinya. Ia baru tahu bahwa lubang itu adalah Sumur Tembus Jagat. Tapi ia tak paham apa artinya."Sumur Tembus Jagat ini termasuk sumur tanpa dasar. Jika seseorang masuk ke dalamnya ia tak akan bisa ditemukan lagi. Mungkin mati di pertengahan lorong sumur atau terbuang ke sisi belahan bumi lainnya. Yang jelas tak akan ada orang bisa selamat dari maut yang ada di Sumur Tembus Jagat itu. Beruntung sekali kau mempunyai ilmu peringan tubuh cukup tinggi,

  • Pendekar Kera Sakti   1045. Part 3

    Sebuah senjata rahasia telah terselip di antara jemari Baraka. Citradani terperanjat dan segera menyadari apa sebenarnya yang dilakukan oleh Baraka. Ternyata Pendekar Kera Sakti baru saja menyelamatkan jiwa Citradani dari ancaman senjata rahasia yang dilemparkan oleh seseorang dari tempat yang tersembunyi. Senjata rahasia itu berupa sepotong bulu landak yang tajam dan beracun ganas. Jika tangan Baraka tidak menutup ujung bukit dada Citradani maka senjata rahasia itu yang akan menancap di sana. Tapi dengan gerakan tangan Baraka menutup ujung bukit dada Citradani, maka senjata rahasia itu hanya terselip di sela jari Baraka dan dijepit kuat agar tak menyentuh kulit dada gadis itu."Kau mengenal siapa pemilik senjata ini?" tanya Baraka."Tidak. Tapi aku melihat sekelebat bayangan lari ke sana. Aku akan mengejarnya!""Tunggu dulu, aku akan...."Wuuusss...!Citradani sudah melesat lebih dulu sebelum Baraka selesai bicara. Kecepatan gerakannya yang menyer

  • Pendekar Kera Sakti   1044. Part 2

    Brrug...!Jaraknya hanya empat langkah dari tempat Pendekar Kera Sakti berdiri. Kalau saja Baraka mau menyerangnya, itu bukan pekerjaan yang sulit. Tapi ternyata Baraka tidak mau memberikan serangan balasan. Ia hanya melangkah satu tindak lagi dan si gadis buru-buru bangkit dari kejatuhannya. Kuda-kuda terpasang lagi, mata semakin tajam, napas kian menderu."Tulangku terasa ngilu semua," pikir gadis itu. "Kekuatan apa yang ada pada senjata itu, sehingga tenaga dalamku menjadi berbalik menyerangku? Rupanya pemuda ini bukan manusia hutan sembarangan. Aku tak boleh menganggap remeh kepadanya. Hmmm... tapi ketampanannya membuat keberanianku sempat susut beberapa kali. Kurang ajar! Persetan dengan ketampanan itu. Aku harus bisa melupakannya kalau tak ingin mati di ujung senjatanya itu!""Tahan seranganmu, Nona," kata Baraka dengan kalem. "Aku bukan musuhmu. Toh aku telah melepaskanmu dan tak jadi menyantapmu," tambah Baraka karena ia yakin gadis itu jelmaan dari keli

  • Pendekar Kera Sakti   1043. IBLIS RAJA NAGA

    SEKELEBAT bayangan melintasi hutan di kaki bukit. Orang mengenal bukit itu dengan nama Bukit Mata Langit. Tak ada orang yang berani melintasi hutan di Bukit Mata Langit itu, karena mereka takut terperosok ke sebuah lubang yang amat dalam. Lubang itu tertutup oleh tanaman rambat sehingga tidak mudah diketahui oleh siapa pun. Tanaman rambat yang menutup rapat lubang tersebut seolah-olah berguna sebagai tanaman penjebak. Kelihatannya tempat itu datar dan bertanaman rambat biasa, tapi sebenarnya di bawah tanaman rambat itu terdapat lubang besar yang mengerikan. Lubang itu dikenal orang dengan nama Sumur Tembus Jagat.Hanya orang-orang yang tersesat saja yang berani masuk dan melintasi hutan Bukit Mata Langit itu. Salah satu orang yang tersesat adalah pemuda berpakaian keemasan. Pemuda itu mempunyai ketampanan menghebohkan kaum wanita. Di kedua pergelangan tangannya, tampak barisan gelang yang juga berwarna keemasan. Sebuah rajah naga emas melingkar juga tampak terlihat jelas dipu

  • Pendekar Kera Sakti   1042. Part 17

    Kini pedang emas sudah ada di tangan Baraka. Dan tubuh Rangka Cula yang terkena jurus 'Yudha' itu menjadi terpotong-potong dengan sendirinya setiap ruasnya, sampai terakhir kepalanya jatuh ke tanah dalam keadaan sudah tidak sempurna lagi.Brukk...!Tubuh Rangka Cula rubuh dalam keadaan paha dan lutut sudah terpisah. Dan itulah kehebatan jurus 'Yudha', yang menjadi satu dengan jurus 'Manggala', pemberian dari seorang ratu di alam gaib, yaitu Ratu Hyun Ayu Kartika Wangi."Baraka...! Kau berhasil...!" teriak Kirana dengan girangnya, ia segera memeluk Pendekar Kera Sakti yang sudah memegangi pedang emas bersama sarungnya. Yang lain pun tersenyum merasa lega bercampur kagum. Terutama Ratna Prawitasari, tak henti-hentinya ia tersenyum memandangi kehebatan Baraka, tak henti-hentinya ia terkesima memandangi ketampanan Baraka, hingga lupa berkedip sejak tadi.Namun, kegembiraan itu segera susut setelah mereka mendengar suara ringkik kuda. Mata mereka berpaling ke

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status