Dewi Cinta Kasih tak kuasa membalas tatapan cucunya. Kepalanya tertunduk. Butiran air mata yang bergulir lagi jatuh ke pangkuannya.
"Eyang...," sebut Sekar Telasih, duduk bersimpuh dihadapan neneknya. "Jika Eyang benar-benar hendak mengakhiri hidup dengan bunuh diri, mana keyakinan Eyang yang pernah Eyang katakan kepadaku? Panji-panji Perkumpulan Matahari Merah akan tegak kembali! Eyang juga pernah mengatakan, Eyang punya firasat bila Perkumpulan Matahari Merah akan jaya kembali seperti dulu. Kalau sekarang Eyang bunuh diri, berarti Eyang tak percaya pada diri Eyang sendiri? Seburuk-buruknya orang adalah yang tidak bisa mempercayai dirinya sendiri. Bukankah itu keyakinan yang selalu Eyang tekankan kepadaku?"
Terisak haru Dewi Cinta Kasih. Dengan air mata terus bercucuran, dipeluknya erat tubuh Sekar Telasih. Mendengar kata-kata cucunya, menyesal sekali dia telah melakukan apa yang sebenarnya tidak boleh dilakukan. Penantian panjang yang tak kunjung membuahkan hasil mem
Baraka hanya menggunakan sebagian kecil tenaga dalamnya agar tak berakibat buruk bagi si penyerang. Bagaimanapun, dia tak boleh bertindak gegabah. Dia belum tahu siapa penyerangnya. Untuk apa mesti menjatuhkan tangan maut! Lagi pula, si penyerang tidak bermaksud membunuhnya, hanya menjatuhkan totokan yang dimaksudkan untuk membuatnya lumpuh sementara waktu.Kaget bukan main Putri Hati Lurus yang dapat mengenali gerakan Baraka. Serta-merta dia gagalkan serangannya seraya meloncat mundur."'Lima Pukulan Pencair Tulang'...!" seru si gadis dengan raut wajah tegang."Eh! Eh..., aku...."Tergagap Baraka melihat si penyerang ternyata seorang gadis berparas cantik jelita. Dia cuma dapat berdiri terpaku menatap sosok Putri Hati Lurus yang memang tanpa cacat. Sementara, Sekar Telasih juga berdiri terpaku beberapa lama. Dia pun tak menyangka bila pemuda yang diserangnya memiliki wajah sedemikian tampan. Namun, cepat si gadis mengusir rasa terpesona di hatinya.
"Ucapanmu begitu ketus, Nek! Tidak bisakah kau bersikap sopan sedikit? Dua kali kau menamparku. Coba kalau aku tidak tertotok, mana berani kau menamparku?""Hmmm.... Punya otak juga kau, Bocah Gemblung! Kau memancingku untuk membebaskan pengaruh totokan di tubuhmu. Setelah bebas, seperti yang kukatakan tadi, bukankah kau hendak membunuhku dengan 'Lima Pukulan Pencair Tulang'? Aku tak mau mati konyol! Justru kaulah yang akan segera dijemput ajal kalau tidak segera menceritakan siapa dirimu!"Baraka nyengir kuda beberapa saat. Karena sinar matahari tak mengganggu pandangannya lagi, ditatapnya lekat wajah Dewi Cinta Kasih. Kini dia tahu. Walau tampak galak dan tega hati, Kembang Andini punya sifat welas-asih. Hal itu terpancar dari sorot mata si nenek."Baik! Baik!" ujar Baraka akhirnya. "Kalau kau memang ingin tahu siapa diriku dan bagaimana aku bisa melakukan gerakan 'Lima Pukulan Pencair Tulang', baiklah aku ceritakan...."Sementara Baraka menarik napas p
"Aku melihat dia tiba-tiba berkelebat pergi. Tampaknya, dia tak suka terhadapku.""Ah! Mana boleh begitu? Aku akan mengajar adat kepadanya!""Ah! Sudahlah. Perutku lapar sekali. Kau punya makanan, Nek?" ucap Baraka, sama sekali tak sakit hati walau dirinya baru ditampar Kembang Andini tiga kali."Ya! Ya, Tuan! Aku baru saja memasak daging kelinci yang lezat. Tuan pasti suka!""Benarkah itu?" bola mata Baraka langsung bersinar senang. "Tapi..., jangan panggil aku tuan. Panggil saja Baraka....""Ya! Ya!"-o0o-“Beri aku waktu satu candra untuk mengumpulkan anggota Perkumpulan Matahari Merah yang masih ada beserta anak keturunan mereka. Aku yakin, nama Perkumpulan Matahari Merah akan harum kembali seperti dulu...," ujar Dewi Cinta Kasih yang sedang duduk beralas tikar di gubuk bambunya, yang ternyata amat bersih dan senantiasa terawat.Pendekar Kera Sakti diam beberapa lama. Tubuhnya terasa amat segar setelah mandi di air pa
Sekar Telasih menggeleng-gelengkan kepalanya. Matanya menatap tajam sosok Pendekar Kera Sakti yang telah berdiri di sisi kanan Dewi Cinta Kasih."Eyang jangan terkecoh olehnya!" seru gadis berwajah cantik jelita itu. "Aku tak habis mengerti, bagaimana mungkin Eyang bisa begitu saja percaya bila kalung yang dikenakannya adalah kalung 'Permata Dewa Matahari'..." Lagi pula, Ketua Perkumpulan Matahari Merah haruslah seseorang yang memiliki ilmu kesaktian tinggi. Bukankah Eyang melihat sendiri, betapa mudahnya beberapa waktu tadi aku merobohkannya? Pantaskah dia menjadi pemimpin perkumpulan kita?"Baraka cuma cengar-cengir mendengar ucapan Putri Hati Lurus yang nyerocos panjang bak air hujan mengguyur deras. Melihat sikap si gadis yang begitu ketus, mendadak Baraka teringat pada Kemuning. Di manakah gadis itu sekarang?"Lihat itu, Eyang!" tambah Putri Hati Lurus. "Kalau dia tak bermaksud mengelabui kita, kenapa dia cuma diam saja? Kenapa dia tak membela diri?"
Perlahan kedua tangannya digerak-gerakkan di depan dada. Sementara sepuluh jari tangannya membentuk cakar elang, kaki kanannya digeser setengah tindak ke depan. Lalu..., dari mulutnya terdengar suara menggereng seperti harimau lapar. Disusul pekik nyaring laksana seekor Matahari yang siap menerkam mangsa. Suara pekik si pemuda begitu keras, membuat daun rontok berguguran!Namun sampai beberapa lama, pemuda bertubuh tinggi tegap itu tak berbuat apa-apa. Hanya kedua tangannya yang terus bergerak berputaran di depan dada. Agaknya, dia tengah menghimpun ataupun melatih kekuatan tenaga dalamnya. Seiring waktu yang terus berlalu, sorot mata si pemuda berubah tajam sekali. Kemudian, dari mulutnya keluar suara melengking tinggi. Dan.... Mendadak, dari ujung jari-jari tangan pemuda berambut panjang tergerai itu melesat sepuluh larik sinar merah berkilauan. Melesat luar biasa cepat, dan langsung bergerak melilit batang pohon besar yang berada dua puluh tombak dari hadapan si pemuda!
Dan ternyata, ilmu peringan tubuh yang didapat Baraka dari gabungan ilmu peringan tubuh dan Kasutpada Kacarmanya itu dapat menunjukkan kehebatannya. Tendangan gadis bertubuh langsing cuma mengenai tempat kosong. Hanya saja, angin sambarannya sempat membuat rambut Baraka berkibaran dan mata si pemuda pun terasa pedih.Baraka menarik napas lega karena gadis berpakaian putih biru itu tak melanjutkan serangannya. Si gadis cuma berdiri dengan tatapan penuh selidik. Karena gadis itu terus berdiri tak berpindah tempat, dapatlah dilihat dengan jelas bila ternyata dia berparas amat cantik. Bola matanya berbinar bening bagai permukaan telaga yang amat dalam. Hidungnya mancung dengan sebentuk bibir merah alami. Sanggup mempesonakan siapa saja yang memandang. Namun, orang yang hendak berbuat tak baik pastilah akan berpikir dua kali bila melihat sebatang pedang besar yang tersandang di punggung si gadis.Pendekar Kera Sakti berdiri terpaku dalam keterpanaan. Melihat sosok gadis ber
"Kau ditanya malah balik bertanya. Hayo! Katakan Ilmu apa yang baru kau tunjukkan tadi!""Hmmm.... Yah! Kalau kujawab, sudilah kau menyebutkan namamu, Nona...," sahut Baraka, tak sadar berkata nakal. Namun, si gadis tak merasa. Wajahnya malah berubah tak seketus tadi."Boleh. Tapi, kau jangan menipu! Aku khawatir Ibuku akan membunuhmu...," desis gadis yang tiba-tiba sikapnya berubah penuh kekhawatiran itu, pelan sekali.Tersenyum senang Pendekar Kera Sakti. Lalu katanya, "Aku tadi menarik tubuhmu dengan 'Tenaga Matahari Merah'...."Tapi tiba-tiba...."Benar dugaanku! Orang yang dapat menguasai 'Tenaga Matahari Merah' kalau tidak sang ketua, pastilah orang jahat yang layak dienyahkan dari muka bumi!"Tersurut mundur Pendekar Kera Sakti mendengar suara keras menyiratkan ancaman itu. Apalagi setelah muncul sesosok bayangan hitam di hadapannya!"Si... siapa kau?" kejut Pendekar Kera Sakti.Sosok orang yang baru datang itu berdiri g
"Kurang ajar! Berani masuk ke Tanah Dipertuan Ratu kiranya kau sengaja hendak pamer kekuatan!" geram Bidadari Satu Hati. "Tapi ketahuilah, selama aku berdiam di tempat ini, tak ada satu pun manusia yang mampu menahan pukulanku. Kalau memang kau punya kekuatan hebat, cobalah kau tunjukkan sekali lagi!"Memucat wajah Kusuma Suci seketika. Bidadari Satu Hati tampak melompat lagi dan melancarkan pukulan jarak jauh untuk kedua kalinya. Kusuma Suci hendak berteriak mencegah. Namun, mulutnya terasa terkunci rapat. Untuk apa dia membela Pendekar Kera Sakti? Bukankah dia belum mengenal pemuda itu? Siapa tahu si pemuda memang orang jahat?Pendekar Kera Sakti bisa menguasai 'Tenaga Matahari Merah'. Sementara, Pendekar Kera Sakti nyata-nyata bukan ketua perkumpulan itu. Kalau begitu, si pemuda mendapatkan ilmunya itu dari mencuri!Tapi..., benarkah demikian? Kenapa Kusuma Suci amat tak menyukai tindakan ibunya yang menyerang Pendekar Kera Sakti? Mungkinkah ada satu alasan l