Share

1113. Part 10

last update Last Updated: 2025-02-24 01:01:28

BARAKA sengaja biarkan gadis berwajah mungil manis berkulit hitam bersih itu memandanginya dengan tajam, Pendekar Kera Sakti memang tidak terpancing kemarahannya, tapi Rindu Malam sebagai pengagum Pendekar Kera Sakti merasa tidak suka dengan sikap sinis gadis itu. Rindu Malam mengambil tempat di depan Baraka, seakan siap menjadi pelindung jika gadis berambut panjang itu menyerang sewaktu-waktu.

"Apa mau mu menyerang kami, hah!" gertak Rindu Malam.

"Aku benci dengan seorang pendekar yang mengkhianati sahabat sendiri!"

"Apa maksudmu!"

"Pemuda sinting itu membunuh sahabatnya sendiri yang tidak pernah menyakiti hati siapa pun. Ia mencuri keris pusaka sahabatnya dengan licik!"

Sekalipun Rindu Malam merasa kurang enak mendengar ucapan itu, tapi ia tak berani cepat-cepat lanjutkan kata. Ia diam sebentar, dan Baraka segera perdengarkan suara, "Siapa kau sebenarnya. Nona Manis?"

"Aku Srimurti, murid Raja Maut!" jawabnya dengan ketus sekali.

"O

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pendekar Kera Sakti   1114. Part 11

    Senyum Raja Maut kian melebar. "Kita duduk di depan gubukku sana saja!" ajak Raja Maut. Baraka tak menolak. Mereka bergegas menuju pelataran pondok beratap sirap. Di sana ada pohon rindang tapi rendah, seperti payung peneduh di waktu siang, di bawahnya ada tiga batu berpermukaan datar. Di atas batu itu mereka duduk dan bicara."Aku ikut prihatin dengan kabar yang mencemarkan nama baikmu, Baraka." Raja Maut bicara dengan mata memandang sekeliling, seperti memasang kewaspadaan tinggi, seakan begitulah sikapnya jika berada di tempat yang ingin digunakan untuk bicara hal-hal bersifat rahasia."Aku sendiri tak menduga kalau kau akan dikecam olah para tokoh dunia persilatan dengan tuduhan membunuh sahabatku, yang juga sahabat gurumu itu.""Tapi aku tidak melakukannya, Raja Maut. Kau tahu sendiri, belakangan ini aku sedang bepergian dan bahkan pulangnya sempat bertemu denganmu di Pulau Blacan!""Kutinggalkan pulau ini selama sembilan hari," kata Raja Maut. "Aku

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pendekar Kera Sakti   1115. Part 12

    "Aku baru mendengar nama itu," potong Baraka dengan terpaksa karena merasa heran dan asing sekali dengan nama Kalatandu.Maka Raja Maut pun jelaskan maksud kata-katanya. "Kalatandu adalah cucu Empu Sakya. Termasuk muridnya juga. Tapi karena Kalatandu sebenarnya anak dari mendiang Nini Tandu, kakak perempuan Empu Sakya yang baru separo bagian turunkan kesaktiannya kepada Kalatandu, maka Kalatandu sendiri bertekad mengembara mencari pembunuh ibunya setelah mendapatkan hampir seluruh ilmu dari Empu Sakya. Entah sekarang Kalatandu sudah berhasil menemukan pembunuh ibunya atau belum, entah ada di mana, yang jelas kalau dia, si Kalatandu itu mendengar kematian Empu Sakya di tanganmu dan mendengar bahwa keris pusaka itu juga ada di tanganmu, dia akan mengamuk dan mencarimu. Menurutku, maaf..., kau kalah tinggi ilmunya dengan Kalatandu."Mata pendekar tampan berajah naga emas melingkar itu tidak berkedip memandangi wajah Raja Maut yang bicara dengan sungguh-sungguh. Bahkan di

    Last Updated : 2025-02-24
  • Pendekar Kera Sakti   1116. Part 13

    Sama-sama dalam wilayah Bukit Semberani, tapi jarak antara pondok Raja Maut dengan gua yang sekarang dipakai tempat tinggal Pelangi Sutera itu cukup jauh. Puncak dengan dasar. Namun Baraka dapat menempuhnya dalam waktu cepat karena mampu bergerak melebihi anak panah. Sayangnya ia harus berhenti ketika mau injakkan kakinya di dataran pasir pantai.Baraka cepat rapatkan badannya pada sebuah pohon. Matanya mengintai dari sana. Bocah berusia sepuluh tahun sedang berlari-lari dengan wajah tegang."Angon Luwak...!" gumam Baraka dengan heran."Mengapa ia berlari ketakutan begitu? Oh, ternyata ia dikejar dua ekor kuda!"Angon Luwak memang dikejar dua ekor kuda. Penunggangnya dua lelaki yang sama sekali tak imbang jika harus bertarung melawan bocah sekecil Angon Luwak. Satu dari penunggang kuda itu telah dikenal oleh Baraka. Lelaki muda berpakaian mewah itu tak lain adalah Raden Udaya, putra adipati yang pernah menghadang perjalanan Baraka karena menganggap Mega D

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pendekar Kera Sakti   1117. Part 14

    Sebenarnya Pendekar Kera Sakti mengetahui gerak-gerik bocah yang mengikutinya itu, tapi Baraka sengaja berpura-pura tidak mengetahui dan membiarkannya. Karena ia mengakui bahwa di dalam jiwa Angon Luwak telah bangkit semangat kependekaran yang sebenarnya perlu dibina sejak sekarang. Sayangnya Baraka tidak punya waktu, sehingga ia hanya bisa membiarkan jiwa kependekaran itu berkembang dalam diri Angon Luwak dengan cara mengikuti segala gerak dan langkahnya.Tentu saja Angon Luwak ikut berhenti ketika langkah Baraka pun tak dilanjutkan. Langkah Baraka terhenti karena dari empat pohon muncul empat sosok yang saling berloncatan dengan gerak-gerak liar dan beringasnya. Angon Luwak cepat sembunyikan diri dan mengintai kejadian yang akan terjadi antara Pendekar Kera Sakti dengan keempat sosok berwajah angker itu.Rupanya dari keempat sosok berwajah angker itu masih punya satu orang lagi yang bersembunyi dari balik pohon, kira-kira dua puluh langkah di depan Baraka. Orang ters

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pendekar Kera Sakti   1118. Part 15

    "Aku tidak mempunyai keris apa-apa. Yang kupunya hanya suling ini," sambil Baraka mengangkat suling mustikanya, sebagai siasat menjaga diri sewaktu-waktu.Firasat Baraka itu ternyata benar. Begitu dia menyatakan tidak mempunyai Keris Setan Kobra, tongkat si Jejak Iblis diacungkan ke depan sebagai isyarat. Maka dua anak buahnya yang ada di kanan kiri Baraka segera lakukan lompatan kilat sambil menebaskan golok lebar mereka.Wuuut, wuuut...!Trak, trak...!Baraka bergerak memutar. Gerakan memutar itu ternyata merupakan jurus penangkis bagi serangan lawan dari kanan kiri. Gerakan dengan tubuh limbung bagaikan kera menari itu mampu membuat kedua golok lebar tertahan oleh suling mustikanya secara hampir bersamaan. Hantaman golok ke suling mustika mempunyai kekuatan balik yang cukup besar, membuat kedua tangan si penyerang tersentak ke belakang dan mereka terbawa sentakan itu hingga terjungkal ke belakang tak tentu arah.Hub...! Baraka kembali berdiri de

    Last Updated : 2025-02-25
  • Pendekar Kera Sakti   1119. Part 16

    Setelah saling pandang beberapa saat antara Rindu Malam dengan Jejak Iblis, kini giliran wajah Baraka yang terperanjat kaget melihat mata Jejak Iblis mulai keluarkan darah, seperti lelehan air mata. Sedangkan bola mata Rindu Malam masih kelihatan tajam dan hanya mengalami perubahan tipis, yaitu sedikit merah di bagian tepiannya."Rupanya mereka adu kekuatan tenaga dalam lewat pandangan mata!" pikir Baraka. "Dan, sepertinya Rindu Malam punya kekuatan lebih tinggi dari Jejak Iblis. Buktinya Jejak Iblis menjadi berdarah sedangkan Rindu Malam tidak mengalami hal seperti itu. Oh, hebat sekali gadis ini sebenarnya!"Darah yang mengalir dari kedua rongga mata Jejak Iblis semakin banyak. Tangan Rindu Malam menggenggam tidak terlalu kuat, tetapi tangan Jejak iblis menggenggam kuat.Bahkan sebagian kukunya ada yang menembus masuk ke besi tongkatnya, pertanda ia bertahan mati-matian agar tak tumbang melawan gadis muda yang ternyata berilmu tinggi itu.Tiba-tiba Jeja

    Last Updated : 2025-02-26
  • Pendekar Kera Sakti   1120. Part 17

    Orang berjubah kuning dengan pakaian hijau bagian dalamnya itu berdiri dengan tegak dan gagah, padahal usianya sudah mencapai sembilan puluh tahun lebih. Rambutnya putih meriap-riap dipermainkan angin yang berhembus ke tanah Bukit Kayangan itu. Orang itu tak lain adalah Ki Sabawana, yang lebih dikenal dengan nama si Setan Bodong, guru dari Pendekar Kera Sakti; Baraka.Sementara itu, perempuan cantik yang tampak masih muda padahal sudah berusia tujuh puluh tahun lewat itu, berdiri di samping si Setan Bodong dengan kaki sedikit renggang dan kedua tangan ke belakang. Rambut perempuan cantik itu terurai, warnanya hitam mengkilap halus. Pakaiannya merah, jubahnya ungu muda. Ia berdada montok, bentuk tubuhnya masih saja menggiurkan setiap lelaki hidung belang. Perempuan cantik itu adalah Dewi Pedang, bibi gurunya Baraka.Mereka berdua berhadapan dengan beberapa orang, antara lain seorang lelaki berjubah biru dengan pakaian dalam abu-abu, rambut putihnya panjang lewat punggun

    Last Updated : 2025-02-26
  • Pendekar Kera Sakti   1121. Part 18

    "Ya, ya, ya....," celoteh mereka seperti gaung lebah.Kemudian Tabib Awan Putih pun berkata, "Mencabut kependekarannya adalah tindakan yang lebih bijaksana! Aku setuju!""Aku juga setuju sekali untuk mencabut gelar pendekar pada diri muridmu itu, Setan Bodong dan Dewi Pedang!" timpal Ki Sonokeling."Aku tidak setuju!" sentak gadis cantik yang tak lain adalah Sumbaruni, bekas istri jin itu. Semua mata memandang Sumbaruni. Semua mulut menjadi berhenti berucap. Sumbaruni atau Pelangi Sutera melangkah pelan mendekati Setan Bodong, tetapi pandangan matanya tertuju kepada mereka, ia tampak tegas dan berwibawa di depan para tokoh tua itu, sebab mereka tahu Sumbaruni punya ilmu dari tokoh sakti yang lebih tua dari mereka, yaitu Eyang Bayudana.Nama Bayudana adalah nama sejajar dengan Purbapati dan Nini Galih, gurunya Setan Bodong dan Dewi Pedang. Tentu saja Sumbaruni lebih berwibawa dari mereka. Kedudukannya sejajar dengan Setan Bodong dan Dewi Pedang, Embun Salj

    Last Updated : 2025-02-26

Latest chapter

  • Pendekar Kera Sakti   1251. Part 18

    Tetapi tiba-tiba sekelebat Sinar putih perak dari telapak tangan sang pengintai melesat lebih dulu sebelum Rajang Lebong lepaskan jurus 'Pasir Neraka' andalannya.Zlaaap...!Sinar putih perak yang dinamakan jurus 'Tapak Dewa Kayangan' itu tepat kedai dada Rajang Lebong.Deeub...! Blaaarrr...!Apa yang terjadi sungguh tak diduga-duga oleh Pangkas Caling. Tubuh Rajang Lebong hancur. Pecah menjadi serpihan-serpihan daging dan tulang yang menyebar ke mana-mana. Bahkan darahnya sendiri tak bisa terkumpulkan. Ada yang membasahi batu, pohon, daun, ilalang, dan ke mana saja tak jelas bentuknya, hanya warna merah yang membuat alam sekitarnya bagai berbunga indah. Sedangkan Pangkas Caling gemetar antara takut dan memendam murka, ia sempat berkata pada dirinya sendiri, "Kalau begini matinya, bagaimana aku bisa meludahi Rajang Lebong? Apanya yang harus kuludahi! Celaka! Ada orang yang membantu kedua pendeta itu! Ilmunya pasti lebih tinggi! Sebaiknya aku harus lekas-l

  • Pendekar Kera Sakti   1250. Part 17

    Tubuh Pangkas Caling tak kelihatan setelah terjadi kilatan cahaya terang warna ungu akibat benturan tadi. Tubuh kedua pendeta itu terjungkal lima langkah dari jarak tempat berdiri mereka tadi. Hidung mereka sama-sama keluarkan darah, dan wajah mereka sama-sama menjadi pucat. Mereka sendiri tak sangka kalau akan terjadi ledakan sedahsyat itu."Jantung Dewa, apakah kita masih hidup atau sudah di nirwana?""Kukira kita masih ada di bumi, Mata Lima," jawab Pendeta Jantung Dewa dengan suara berat dan napas sesak. Getaran bumi terhenti, angin membadai hilang. Gemuruh bebatuan yang longsor bersama tanahnya pun tinggal sisanya. Kedua pendeta itu sudah tegak berdiri walau sesak napasnya belum teratasi. Tapi pandangan mata para orang tua itu sudah cukup terang untuk memandang alam sekitarnya.Pada waktu itu, keadaan Rajang Lebong yang sudah mati ternyata bisa bernapas dan bangkit lagi. Sebab sebelum Pangkas Caling menyerang, terlebih dulu meludahi wajah Rajang Lebong. Tet

  • Pendekar Kera Sakti   1249. Part 16

    Bersalto di udara dua kali masih merupakan kelincahan yang dimiliki orang setua dia. Kini keduanya sudah kembali mendarat di tanah dan langsung menghadang lawannya, tak pedulikan sinar kuning tadi kenai pohon itu langsung kering dari pucuk sampai akarnya."Rajang Lebong dan Pangkas Caling, mau apa kalian menyerang kami!" tegur Pendeta Jantung Dewa dengan kalem. Senyum Pangkas Caling diperlihatkan kesinisannya, tapi bagi Pendeta Jantung Dewa, yang dipamerkan adalah dua gigi taring yang sedikit lebih panjang dari barisan gigi lainnya. Pangkas Caling menyeringai mirip hantu tersipu malu.Sekalipun yang menyeringai Pangkas Caling, tapi yang bicara adalah Rajang Lebong yang punya badan agak gemuk, bersenjata golok lengkung terselip di depan perutnya. Beda dengan Pangkas Caling yang bersenjata parang panjang di pinggang kirinya."Kulihat kalian berdua tadi ada di Bukit Lajang!""Memang benar!" jawab Pendeta Jantung Dewa. Tegas dan jujur."Tentunya kalian

  • Pendekar Kera Sakti   1248. Part 15

    RESI Wulung Gading mengatakan, bahwa Seruling Malaikat tidak mempunyai kelemahan. Satu-satunya cara menghadapi Seruling Malaikat adalah, "Jangan beri kesempatan Raja Tumbal meniup Seruling itu!"Pendekar Kera Sakti punya kesimpulan, "Harus menyerang lebih dulu sebelum diserang. Karena jika Raja Tumbal diserang lebih dulu, maka ia tidak punya persiapan untuk meniup serulingnya. Syukur bisa membuat dia tidak punya kesempatan untuk mengambil pusaka itu!Itu berarti Baraka harus lakukan penyerangan mendadak ke Lumpur Maut. Padahal ia tidak mengetahui di mana wilayah Lumpur Maut. Maka, hatinya pun membatin, "Aku harus minta bantuan Angin Betina! Di mana perempuan itu sekarang?"Pendekar Kera Sakti dihadapkan pada beberapa persoalan yang memusingkan kepala. Pertama, ia harus mencari di mana Angon Luwak, agar Pedang Kayu Petir yang ada di tangan anak itu tidak jatuh ke tangan orang sesat. Kedua, ia harus temukan Delima Gusti dan memberi tahu tentang siasat Raja Tumbal

  • Pendekar Kera Sakti   1247. Part 14

    Diamnya Baraka dimanfaatkan oleh Angin Betina untuk berkata lagi, "Aku suka padamu, dan berjanji akan melindungimu!""Berani sekali kau berkata begitu padaku. Apakah kau tak merasa malu, sebagai perempuan menyatakan isi hatimu di depanku?""Aku lebih malu jika kau yang menyatakan rasa suka padaku lebih dulu!""Aneh!" Baraka tertawa, tapi tiba-tiba Angin Betina menyentak lirih, "Jangan tertawa!""Kenapa" Aku tertawa pakai mulutku sendiri!""Tawamu makin memancing gairahku," jawabnya dalam desah yang menggiring khayalan kepada sebentuk kehangatan. Baraka hanya tersenyum, matanya sempat melirik nakal ke dada Angin Betina. Perempuan itu pun berkata lirih lagi, "Jangan hanya melirik kalau kau berani! Lakukanlah! Tunjukkan keberanianmu sebagai seorang lelaki yang mestinya mampu tundukkan wanita sepertiku!"Baraka kian lebarkan senyum dan menggeleng. "Tidak. Anggap saja aku pengecut untuk urusan ini! Selamat tinggal!"Zlaaap...! Weesss...!

  • Pendekar Kera Sakti   1246. Part 13

    "Apa bahaya itu?""Mereka terancam oleh orang-orang Lumpur Maut."Baraka berkerut dahi secepatnya. "Raja Tumbal, maksudmu?""Ya. Raja Tumbal bermaksud menaklukkan kedua biara itu, sebab kedua biara itu dianggap perguruan yang berbahaya jika sampai bersatu. Selama ini kedua biara itu tidak bisa bersatu karena ada perbedaan pendapat mengenai aliran kepercayaan mereka. Ancaman dari Raja Tumbal itulah yang membuat mereka harus bisa mendapatkan Pedang Kayu Petir, sebab mereka tahu bahwa Raja Tumbal telah memiliki pusaka Seruling Malaikat.""Bukankah Pedang Kayu Petir sudah ada di tangan Raja Tumbal?"Angin Betina gelengkan kepala dengan tenang."Tidak mungkin, sebab jika Raja Tumbal sudah memiliki pedang yang asli, tentunya kedua biara sudah diserangnya, negeri Muara Singa sudah direbutnya, dan negeri-negeri lain sudah ditumbangkannya. Sampai sekarang Raja Tumbal belum mau bergerak, sebab ia punya firasat munculnya pedang maha sakti itu. Ia harus

  • Pendekar Kera Sakti   1245. Part 12

    Tak ada jawaban. Ilmu ‘Ilmu Menyadap Suara Angin’ digunakan. Ternyata memang tak ada suara siapa-siapa ditempat itu. Akhirnya Baraka duduk di salah satu tepi danau itu."Ke mana anak itu? Jika tak ada di sini, berarti dia berlari dan bersembunyi di tempat lain. Tapi di mana kira-kira? Haruskah kutanyakan kembali kepada Sabani, kakaknya? Ah, capek kalau harus bolak-balik ke sana."Sesaat kemudian di hati Pendekar Kera Sakti timbul kecemasan yang samar-samar. "Jangan-jangan dia terperosok di jurang sebelah timur tadi? Ah, mudah-mudahan tidak demikian. Biarlah kedua pendeta bodoh itu yang terperosok di jalanan tepi jurang timur itu. Kalau tidak terperosok pasti mereka sudah mengejar dan menemukanku di sini. Seandainya mereka menemukanku di sini dan menyerangku, apakah aku harus melumpuhkan mereka?"Pikiran Baraka sempat melayang-layang tak tentu arah. Tapi segera dikembalikan pada pokok persoalannya, ia masih merasa tak habis pikir, mengapa ked

  • Pendekar Kera Sakti   1244. Part 11

    Jaaab...!Tanah keras itu merekah, dari rekahannya keluar asap putih dan cahaya sinar biru membara di dalamnya. Kejap berikutnya tanah itu kembali utuh, namun rumput-rumputnya rontok dan mengering kecoklatan."Mana dia tadi?" Pendeta Jantung Dewa mencari-cari Baraka tanpa menengok kepada kakaknya. Pendeta Mata Lima juga menengok ke sana-sini dan begitu menengok ke belakang terpekik kaget."Hahhh...!"Wajahnya lucu. Wajah tua berkumis dan berwibawa itu membelalakkan mata dan melebarkan mulut karena kaget. Bahkan tubuhnya sempat terlonjak satu tindak ke samping. Tapi wajah itu buru-buru dibuat tenang dan berwibawa, walau yang terlihat adalah wajah menahan rasa malu dan jengkel. Sedangkan Pendeta Jantung Dewa tetap tenang memandangi Baraka yang tersenyum geli melihat kelucuan wajah Pendeta Mata Lima itu."Hebat sekali kau bisa hindari jurus 'Jala Surga'-ku," kata Pendeta Jantung Dewa sambil manggut-manggut."Tapi dapatkah kau tetap bertahan den

  • Pendekar Kera Sakti   1243. Part 10

    Baraka ingin berkecamuk lagi di dalam hatinya, tapi ia batalkan karena kecamuknya akan diketahui oleh Pendeta Mata Lima. Kini ia bahkan berkata dengan tegas dan lebih bersikap berani."Eyang-eyang Pendeta, saya mohon maaf tidak bisa membantu maksud Eyang. Jadi, izinkan saya lewat tanpa ada sikap memaksa!""Tidak bisa!" si Mata Lima berkata dengan tegas juga. "Kami tak bisa lepaskan orang yang tahu tentang pedang itu! Dengan menyesal dan sangat terpaksa, aku harus tunjukkan padamu bahwa kami benar-benar membutuhkannya!""Apa maksud kata-katanya?" pikir Baraka setelah mereka bertiga sama-sama diam. Tapi mata Baraka segera melihat bahwa tasbih hitam yang ada di tangan Pendeta Mata Lima itu diremas-remas semakin kuat.Remasan itu kepulkan asap putih, dan tiba-tiba Baraka rasakan perutnya bagai dipelintir sekuat tenaga, hingga akhirnya ia jatuh terbanting."Uuhg...!"Bruuk...!"Gila! Rupanya dia telah serang diriku dengan kekuatan batinnya

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status