Rupini mengakui kalau Ponggewiso ternyata berotak cemerlang. Lepas dari sifat jahatnya, Ponggewiso memiliki pemikiran yang cerdas, sehingga bisa bertindak tepat sesuai keadaan. Jurus apa pun yang digunakan Rupini dan Nurweni, bisa ditandingi Ponggewiso. Cara apa pun yang digunakan Sepasang Naga dari Utara, bisa dihadapi Ponggewiso dengan baik.
Ternyata pintar juga si bajak laut ini. Kata Nurweni di dalam hati. Dia selalu bisa menandingi jurus pedang dari kami. Kalau otaknya tidak pintar, pasti sudah mati sejak tadi. Hm..., semakin tidak gampang mengalahkan Ponggewiso. Ponggewiso makin tahu pola serangan kami. Suatu saat dia bisa balik menyerang, sehingga membahayakan kami berdua.
Baik Nurweni maupun Rupini merasa makin sulit untuk mengalahkan Ponggewiso. Jurus apa pun yang telah mereka gunakan, bisa dihindari Ponggewiso. Berbagai jurus andalan Sepasang Naga dari Utara telah dipatahkan Ponggewiso. Memang Ponggewiso tidak bisa melakukan serangan balik y
Lasih Manari terdiam beberapa saat. Dia tidak langsung menjawab pertanyaan Kowara. Di dalam hati yang terdalam, Lasih Manari sedang memilih-milih dan memilah-milah kata-kata yang akan diungkapkan kepada Kowara. Sebagai seorang manusia, Lasih Manari tidak ingin keburukan masa lalunya dia buka kepada siapa saja, termasuk kepada Kowara. Bohong tetap perlu demi kebaikan dirinya sendiri. Lasih Manari perlu sedikit berbohong tentang masa lalunya agar tetap bisa menjalin hubungan dengan Kowara. Dulu dia dan Kowara masih pacaran, masih menjadi sepasang kekasih. Lasih Manari sebagai seorang manusia pasti punya aib. Entah itu aib yang besar atau pun kecil, aib ada dalam diri Lasih Manari. Aibnya yang berkaitan dengan Ponggewiso akan dia tutup selama-lamanya terhadap Kowara. Jangan sampai Kowara tahu sisi gelap saat dirinya menjadi kekasih Ponggewiso. Sebenarnya Lasih Manari menyadari bahwa bisa saja kelak Kowara mengetahui sisi gelapnya, sehingga Lasih Manari tertarik
Ketika Lasih Manari bersedia diajak lari oleh Kowara dari Pulau Sapit Yuyu, menandakan kalau perempuan muda itu masih mencintai Kowara. Namun setelah mereka saling terbuka, Lasih Manari mendadak dihinggapi rasa ragu. Ada keraguan dalam hatinya. Ada perasaan ragu-ragu yang memenuhi benaknya.Lasih Manari merasa ragu-ragu pada ketulusan cinta Kowara. Pendekar perempuan itu merasa bahwa dirinya bukan sosok kekasih yang baik. Buktinya, saat dia mendengar kabar bahwa Kowara telah tewas, hatinya berpaling kepada Ponggewiso. Memang alasan Lasih Manari masuk akal dan Kowara bisa menerima alasan itu.Tiba-tiba Lasih Manari merasa takut juga. Takut kelak Kowara akan mengungkit-ungkit masa lalunya. Kalau sampai Kowara kelak mengungkit masa lalu, maka Lasih Manari tidak akan berdaya untuk menyangkalnya. Masa lalu Lasih Manari yang pernah menjadi kekasih seorang pemimpin bajak laut, tidak bisa dibantah atau disangkal siapa pun. Itu sebuah kenyataan. Kenyataan itu tida
Dulu Dempul dan teman-temannya disuruh Ponggewiso untuk menculik Layung. Waktu itu Ponggewiso berpesan, kalau sudah berhasil, mereka langsung disuruh masuk ke ruang utama. Ruang utama yang dimaksud Ponggewiso adalah ruang paling megah di dalam rumah mewah pemimpin bajak laut tersebut.Ponggewiso berpesan kepada anak buahnya supaya tidak mengatakan penculikan itu kepada Lasih Manari. Lasih Manari melarang keras Ponggewiso dan anak buahnya menculik para gadis di desa-desa sekitar Pulau Sapit Yuyu. Lasih Manari tidak tega melihat perempuan menjadi barang mainan anak buah Ponggewiso.“Pokoknya kamu masuk ke ruang utama secara diam-diam sambil membawa gadis yang kamu culik!” begitu antara lain pesan Ponggewiso kepada Dempul dan teman-temannya saat memberi tugas kepada anak buahnya itu. “Ingat! Saat masuk ruang utama, jangan sampai ketahuan Lasih Manari. Kalau sampai ketahuan Lasih Manari, kalian semua akan kumusnahkan!”Ketika teringat pesan P
“Hm..., tak kusangka,” sambung Suro Joyo, “pemimpin bajaklaut yang selama ini dikenal kegarangannya, hanya serendah ini moralnya. Kamu ini bukan hanya tidak menepati janji, ingkar janji, tapi juga punya perilaku yang rendah. Ah, aku mau bilang yang lebih kasar, tapi tidak sampai hati.”Tumben Suro Joyo berkata serius. Begitu kata hati Lakseta. Biasanya Suro Joyo suka membanyol dan terkesan tidak serius kalau berkata kepada musuhnya. Apa perubahan penampilan warna pakaian juga mengubah wataknya? Ah, tidak mungkin! Watak itu bawaan lahir yang tidak bisa berubah.“Kamu ini bagaimana? Kok tingkah lakumu seperti kambing saja terhadap perempuan,” ejek Suro Joyo. “Blas tidak punya sopan santun. Kalau suka perempuan, boleh-boleh saja. Kalau mau begituan sama perempuan, silakan saja! Tapi..., lha mbok yang sopan gitu. Kalau perempuannya mau, tidak apa-apa. Itu namanya suka sama suka. Lha ini, yang perempu
Suro Joyo semula ingin menghajar Ponggewiso dengan tangan kosong. Dia masih kesal pada Ponggewiso karena perlakuannya pada Layung yang melanggar norma kesusilaan. Dari perilakunya, terlihat Ponggewiso memang kurang adab terhadap perempuan. Dia tdksopan pada perempuan. Bahkan tindakannya terhadap Layung menunjukkan kalau Ponggewiso sangat merendahkan perempuan. Niat Suro Joyo untuk menghajar Ponggewiso dia batalkan. Teriakan nyaring dari pendekar wanita membuatnya merasa penasaran. Dia ingin tahu siapa pendekar wanita yang berani menghentikan pertarungan dirinya melawan Ponggewiso. “Siapa pendekar wanita itu?” gumam Suro Joyo. “Kok berani-beraninya menghentikan niatku untuk memberi pelajaran pada Ponggewiso tentang sopan santun terhadap wanita. Mungkin pendekar wanita itu bukan sembarang pendekar. Siapa tahu dia jago silat yang punya urusan pribadi dengan Ponggewiso. Aku tidak boleh menghajar Ponggewiso karena dia yang ingin menghajarnya.” Dalam sekejap mata, Sepasang Naga dari Uatar
“Aku rasanya tidak bisa hidup bahagia kalau tidak berdampingan dengan Lasih Manari,” kata Ponggewiso lirih, yang ditujukan untuk diri sendiri. “Maka dari itu, dengan cara apa pun, aku sekarang ingin meninggalkan mereka yang sedang bertarung mati-matian karena persoalan sepele. Biarlah mereka saling bunuh karena ketololan mereka. Sedangkan aku lebih baik pergi dari tempat ini untuk selama-lamanya. Masa lalu akan kulupakan seumur hidupku. Masa depan bersama Lasih Manari lebih penting dari apa saja. Aku tidak punya anak buah, tidak menjadi masalah. Aku kehilangan semua harta yang berada di pulau ini, tidak menjadi persoalan lagi.” Ponggewiso mengamati pertarungan antara Suro Joyo melawan Nurweni dan Rupini semakin seru dan tak terkendali. Kedua belah pihak sama-sama menggunakan jurus tangan kosong andalan masing-masing. Baik Suro Joyo, Nurweni, maupun Rupini sama-sama menggunakan tenaga dalam untuk menggempur lawan. Suro Joyo semula hanya ingin menjajal seberapa hebat dua pembunuh bayar
Rupanya Lakseta merasa kesal karena sebelumnya hampir tidak bisa bernapas ketika menghadapi serangan Ponggewiso. Serangan Ponggewiso yang bertubi-tubi hampir membuat Lakseta mati. Kini ada kesempatan baginya untuk balas menyerang.Ponggewiso yang baru saja mengejek Lakseta, dalam hati yang terdalam, merasa menyesal. Karena Ponggewiso menyadari bahwa ejeken yang telah dia lontarkan kepada Lakseta bisa berakibat buruk bagi Ponggewiso.Kekhawatiran Ponggewiso sepertinya segera menjadi kenyataan. Lakseta kini segera melancarkan serangan dengan menggunakan jurus pedangnya. Jurus yang belum diketahui Ponggewiso sebelumnya.Kelihatannya Lakseta mempunyai jurus pedang andalan. Ponggewiso berkata dalam hati. Dari kata-kata yang dia ucapkan bisa diketahui bahwa Lakseta ingin menyerang dengan menggunakan jurus andalan. Mungkin jurus simpanan yang belum diperlihatkan kepada orang lain.Tubuh Lakseta melenting tinggi dengan pedang tergenggam di tangan kanan. Kemudian Lakseta meluncur lurus. Pedang
Patahan pedang yang melesat ke arah kepala Suro Joyo adalah patahan bagian ujungnya. Ujung yang lancip. Ujung yang tajam. Sangat tajam. Ketajamannya bisa menembus tubuh manusia dengan mudahnya!Layung sangat mengkhawatirkan keselamatan Suro Joyo. Dia tidak mau Suro Joyo tewas oleh tusukan dari patahan ujung pedang milik Nurweni. Ujung pedang yang selama ini digunakan Nurweni untuk membunuhi korban yang diincar, kini siap mencari mangsa baru. Kepala Suro Joyo yang kini disasar patahan ujung pedang Nurweni!Suro Joyo kelihatan tenang. Dia sudah terbiasa menghadapi bahaya. Bahaya segawat apa pun pernah dia hadapi. Sekilas tadi dia lihat patahan pedang melesat ke arahnya. Tanpa membuang waktu sekejap pun, dia arahkan tangan kanannya yang terbuka ke atas. Dia menyongsong patahan pedang dengan ajiannya. Hantaman ajiannya tepat mengena patahan pedang hingga hancur berkeping-keping!Suro Joyo tersenyum sambil berkata, “Patahan pedang tadi sudah lenya
Sebelum menemukan satu cara untuk menghadapi jurus lawan, tiba-tiba Suro Joyo tertawa-tawa riang. Dia ingat sesuatu. Sesuatu itu adalah nama jurus terakhir yang akan dikeluarkan lawannya. ”Hehehe..., aku sudah tahu sekarang!” kata Suro Joyo. “Kamu mau mengeluarkan Jurus Ular Api Neraka. Iya kan? Ah..., tapi aku ngak percaya kalau jurusmu itu hebat. Soalnya caranya seperti cacing kepanasan... !” ”Suro Joyo! Tak perlu banyak bacot! Sekarang bersiap-siaplah kukirim ke neraka, hiaaat…!” teriak Sanggariwut sambil melompat tinggi dengan gerakan tangan siap mencakar lawan. Gerakan cepat yang dilakukan Sanggariwut ini merupakan kembangan dari jurus mautnya. Kembangan jurus ini dinamakan gerakan ’Ular Neraka Mematuk Mangsa.’ Sanggariwut meluncur ke arah Suro Joyo untuk mencakar wajah lawan. Secara sigap, Suro Joyo melibaskan pedang saktinya untuk menebas leher Sanggariwut. Namun Sanggariwut malah menggenggam ujung pedang Suro Joyo dengan tangan kanannya. Sedangkan tangan kiri siap mencakar
”Kalau kamu tak percaya, akan kubuktikan sekarang juga, hiaaat...!” seru Wadungsarpa sambil menusukkan kerisnya ke arah leher lawan.Sargo cepat menangkis dengan pedangnya. Terdengar dentingan nyaring disertai sinar berkilatan. Saat pedang Sargo berbenturan dengan keris lawan, pedang itu patah menjadi beberapa bagian.Senapati Pulungpitu itu terbelalak kaget. Wadungsarpa tak memberi kesempatan, dia segera melesat cepat dengan ujung keris mengarah dada lawan.Gerakan Wadungsarpa sangat cepat, membuat Sargo panik. Dia tak mungkin menangkis senjata sakti Wadungsarpa hanya dengan menggunakan pedang yang tinggal gagangnya! Ketika Sargo sedang berpikir untuk menyelamatkan diri, Keris Kawungtunjem terus melesat untuk menembus jantungnya!Secara tak terduga, tiba-tiba terdengar ledakan keras. Baru saja terjadi benturan keras antara Keris Kawungtunjem dengan Pedang Dadaplatu. Benturan dua senjata sakti juga menimbulkan pijaran api. Pedang sakti berkelo
“Bisa saja. Makanya, aku lebih baik menjadi pendekar pengembara.”Kedua pendekar muda itu bercakap-cakap cukup lama. Sampai tak menyadari kehadiran Ratri di dekat mereka.”Oh, Nona Ratri!” sapa Sargo yang lebih dulu mengetahui kehadirannya. ”Belum tidur?””Belum, aku merasa sulit tidur. Maka aku kemari kerena juga ada perlu dengan Suro,” jawab Ratri. Sekaligus menyuruh Sargo meninggalkan tempat itu secara halus.”Kalau begitu, aku permisi dulu,” kata Sargo tahu diri.“Maaf, Senapati, kalau mengganggu.”“Tidak apa-apa, Nona. Mari Suro!””Mari,” sahut Suro Joyo. Lalu Sargo bergegas masuk ke rumah.Samar-samar wajah cantik Ratri diterangi oleh sinar lentera yang tergantung di teras. Sebenarnya dada Suro Joyo sedikit berdesir-desir seperti orang naksir. Namun dia tahan sekuat tenaga. Untuk saat ini dia belum berminat memikirkan kekasih.
Keksi Anjani menghantamkan Ajian Maruta Seketi ke arah dada Miguna. Hantaman angin puting beliung siap menghempaskan tubuh tua itu sejauh ribuan tombak. Atau bisa juga membenturkan tubuh Miguna dengan benda keras hingga remuk!Terdengar suara puting beliung menggiriskan hati.Miguna memutar pedang saktinya di depan dada. Lalu dia silangkan pedang di depan dada. Ketika angin puting beliung menghantam dada, angin deras itu membalik ke arah Keksi Anjani!Keksi Anjani menghindar, angin puting beliung menghantam pendapa kalurahan hingga berkeping-keping! Pendapa Jenggalu hancur berkepingan terkena terjangan Ajian Maruta Seketi.Putri Siluman Alan Waru itu tertegun setelah tahu bahwa ajiannya dapat ditangkis dan dibalikkan oleh lawan. Lawan yang sudah tua renta lagi! Sungguh malu dan geram Keksi Anjani atas kenyataan dihadapi.Keksi Anjani mencabut pedangnya. Pedang tipis tersebut akan dia padukan dengan gerakkan yang cepat seperti siluman untuk menyeran
Di tengah berkecamuknya pertarungan, tiba-tiba Sanggariwut dan Keksi Anjani terjun di arena pertempuran. Mereka mengamuk ke dalam barisan prajurit Pulungpitu. Para prajurit yang bersenjata pedang itu bertumbangan terkena sabetan selendang Keksi Anjani yang mematikan.Sudah beberapa saat berlalu pertarungan semakin seru. Para prajurit yang bertarung melawan anak buah Wadungsarpa tidak merasa kesulitan dalam merobohkan lawan. Karena anak buah Wadungsarpa memang tidak begitu pandai memainkan jurus pedang. Jadi dengan mudah dapat dirobohkan.Pertarungan semakin seru juga terjadi antara Taskara melawan Bremara. Taskara telah mengeluarkan senjata andalannya berbentuk trisula. Bremara pun mengeluarkan tongkat semu dari balik pinggang. Taskara langsung menusukkan senjatanya ke arah lawan. Bremara menangkis senjata lawan dengan tongkat semunya. Beberapa kali dia berhasil menangkis trisula lawan. Pada satu kesempatan Bremara mengetokkan tongkatnya
”Kalau kamu masih penasaran dan ingin bertarung denganku, kutunggu di Jenggalu!” seru Sanggariwut sambil melesat pergi bersama Keksi Anjani. Mereka melesat ke arah selatan, menuju Jenggalu. Sepeninggal mereka, Suro Joyo segera mendekati Sargo yang tertelungkup di tanah. Di punggungnya yang robek terlihat dua tapak kaki yang gosong. Suro Joyo pernah mendengar tentang Jurus Ular Api Neraka yang hanya dimiliki Sanggariwut. Tendangan maut itu kalau dilakukan secara sempurna, maka yang ditendang akan jebol dan gosong. Mungkin tendangannya tadi kurang sempurna, sehingga punggung Sargo hanya gosong. Tapi, masih hidupkah dia? Suro Joyo meraba pergelangan Sargo. Ternyata masih ada denyutan. Berarti senapati muda itu masih hidup. Segera Suro Joyo mencabut pedang saktinya. Dia tempelkan gagang pedang pada punggung Sargo yang gosong. Hal itu untuk menyerap hawa panas akibat tendangan jurus maut dari Sanggariwut. Setelah tubuh Sargo normal, Suro Joyo mengembalikan pedangnya di sarung yang meling
Pada sisi lain, pertempuran antara anak buah Sanggariwut melawan para prajurit Pulungpitu semakin seru. Kedua pihak timbul korban. Walau jumlahnya berimbang, tapi anak buah Sanggariwut semakin menipis. Sekarang tinggal beberapa orang saja yang kocar-kacir mencari selamat dengan melarikan diri memasuki Jenggalu. Para prajurit Pulungpitu terus mengejar mereka secara beramai-ramai. Sanggariwut yang melihat anak buahnya berlarian, jadi semakin gusar. Sungguh tak diduga bahwa mereka ternyata pengecut dan memalukan! Hal ini justru membuat Sanggariwut ingin segera menyelesaikan pertempuran ini. Dia segera mencabut senjata andalannya. Cambuk Sewugeni! Cambuk tersebut langsung dia sabetkan secara bertubi-tubi ke arah lawan. Sargo mesti berjumpalitan mencari selamat. Setiap cambuk menghantam pohon, maka pohon itu hancur dan terbakar. Terdengar suara menggelegar setiap kali cambuk sakti disabetkan. Batu yang tersabet ujung Cambuk Sewugeni pun hancur berkeping-keping disertai letupan api. Sargo
Sanggariwut kini menyadari bahwa lawan-lawan yang dihadapi bukan sembarang pendekar. Mereka ternyata orang-orang hebat, jago-jago silat dengan segudang pengalaman di dunia persilatan.Bukan hanya Sanggariwut, Keksi Anjani pun sadar diri bahwa lawan-lawan mereka ternyata para pendekar hebat yang menjadi senapati Pulungpitu. Pendekar wanita itu makin sadar diri setelah tahu kehebatan Sargo.“Keksi…, lawan kita ternyata para pendekar hebat,” kata Sanggariwut kepada Keksi Anjani dengan nada lirih. “Mereka orang-orang pilih tanding yang punya banyak pengalaman. Kalau kita tadi hati-hati, justru kita berdua yang tewas di tangan mereka.”“Aku pun tak menduga kalau orang-orang Pulungpitu itu ternyata ada yang hebat,” sahut Keksi Anjani. “Benar-benar ini sebuah kejutan.”Walaupun dirinya tahu kalau lawan-lawan yang dihadapi punya kelebihan yang layak diperhitungkan, Keksi Anjani tidak mau harga dirinya jatuh. Dia tak ingin terlihat lemah, apalagi terkesan kalah di depan lawan-lawannya. Keksi A
”Huahahaha..., aku sudah tahu tujuan kalian,” kata Sanggriwut dengan lantang. ”Kalian pasti ingin menggempur Jenggalu. Maka dari itu, kami sudah menyiapkan sambutan yang sangat meriah untuk kalian. Kayu besar ini akan kami gunakan untuk menyambut kalian...!”Sanggariwut dan Keksi Anjani bersalto ke belakang. Lalu kedua tangan mereka yang dimuati tenaga dalam, disorongkan ke depan untuk menghantam kayu gelondongan yang melintang di jalan. Kayu gelondongan melesat cepat ke arah Sargo dan anak buahnya! Kayu besar tersebut melesat untuk menghantam dan menggencet mereka...!“Awas!” teriak Panggas memperingatkan kepada teman-teman dan anak buahnya.Panggas tidak ingin dirinya, teman-teman, dan prajurit Pulungpitu celaka akibat terpaan gelondongan kayu yang besar. Kayu gelondongan yang besar itu sangat berat. Manusia yang terhantam bisa celaka. Manusia yang tergencet, bisa tewas seketika.“Cepat menghindar!” Sargo menyambut teriakan Panggas. Sargo, Sang Senapati Pulungpitu, juga punya pemik