แชร์

80.Raksasa Iblis

ผู้เขียน: Gibran
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-02-09 13:06:41

Setelah kejadian di Hutan Pinus itu, mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka membelah hutan lebat tersebut.

Sepanjang jalan itu terlihat gelap dan berkabut padahal hari mulai sudah mulai siang.

Mereka berhenti di sebuah pohon besar. Bima meminta semua Iblis yang ada di situ menggabungkan kekuatan. Tak banyak bertanya, semua menuruti apa kata Bima.

"Aku merasakan siluman gelap yang sangat jahat sedang mengintai kita..." bisik Bima kepada Raja Baka.

Mendengar Bima berkata seperti itu, mereka semua langsung bersikap waspada.

"Dulu Hutan ini tak begitu banyak siluman, kami juga jarang bertemu siluman seperti mereka tadi, setelah hilangnya para pendekar Ranah Keabadian, kami tak pernah berkunjung ke sini lagi, mungkin karena itu mereka menjadi liar dan berusaha menguasi kawasan hutan ini," kata Dharmasraya.

"Siluman tadi tidak begitu berbahaya, yang kali ini akan muncul, sebaiknya kita sangat berhati-hati..." kata Bima.

Tak berapa lama setelah Bima merasakan aura siluman itu, d
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    81.Khasiat Buah Iblis

    Tangan kanan raksasa Iblis Tanduk Api itu putus setelah terkena satu tebasan pedang milik Bima. Teriakan keras terdengar membuat telinga siapa pun yang mendengarnya merasa sakit. Tangan besar itu jatuh di atas tanah hingga terdengar suara keras menggetarkan tanah. Darah berwarna biru pucat mengucur deras bagaikan air terjun. Iblis raksasa itu berteriak kesakitan. Urat besar di keningnya menyembul karena menahan rasa sakit bercampur dingin yang luar biasa. Tubuhnya terlihat bergetar. Racun Es dari serangan Bima mulai menjalar ke seluruh tubuh raksasa Iblis tersebut. Bima tersenyum kecil. "Aku sudah menduga, kenapa Iblis Tanduk Api terlihat lemah di banding tiga Iblis Legendaris lainnya," kata Bima dalam hati. "Apa yang kau duga anak muda?" tanya Iblis Es. "Aku yakin karena warisan itu," jawab Bima. "Hahaha! Sepertinya dugaanmu sangat tepat, tapi saat kamu mendapatkan warisan, kamulah yang berhak atas semuanya, bukan mereka. Mereka adalah iblis-iblis yang gagal mewarisi kekuata

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    82.Kutukan Dibalik Jembatan

    "Hei! Apa kau tak mau lanjut terung denganku?" tanya Bima sambil melempar krikil ke arah Iblis raksasa yang duduk termenung. Iblis raksasa itu menoleh. Dia ambil batu besar lalu balas melempar ke arah Bima. Pemuda itu sontak saja melompat untuk menghindar. "Sialan! Aku melemparmu menggunakan krikil! Kenapa kau balas dengan batu sebesar itu!?" teriak Bima. Iblis itu terdiam sambil menatap Bima. Sejurus kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Bima tak mengerti kenapa Iblis sebesar itu bisa tertawa. "Manusia setengah Iblis bodoh! Bagiku batu besar itu adalah krikil!" ucap raksasa Iblis itu. Bima merasa ada yang aneh dengan makhluk besar itu. Dia segera melompat mendekat. "Apakah kau sekarang tidak mengajak bertarung lagi?" tanya Bima. "Kenapa aku harus menyerangmu? Kau juga bangsa Iblis meski hanya separuh tubuhmu, oh iya, aku berterimakasih padamu, kau telah menyelamatkan diriku dari kutukan sialan ini!" kata Iblis itu. "Kutukan? Apa maksudmu?" tanya Bima. "Aku adalah pendekar dar

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    83.Gadis Tengkorak

    Semua mata mengarah pada pepohonan yang tersibak. Suara langkah kaki berat masih terdengar. Duk! Duk! Duk! Hingga akhirnya muncul Iblis raksasa itu dari rimbunnya pepohonan pinus. Semua yang ada di situ bersikap waspada dan siap-siap jika terjadi serangan. Kepala Dharmawangsa mendekat ke arah mereka dan menatap sosok Dharmasraya. "Hai, Dharmasraya... Masih ingat pada kakakmu ini?" tanya Dharmawangsa. Terkejut semua yang mendengar Iblis itu menyebut nama Dharmasraya. Terlebih lagi Dharmasraya yang sangat kaget. Mereka berdua saling bertatap mata. "Kau... apakah kau kakakku? Dharmawangsa?" tanya Dharmasraya dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Raksasa Iblis itu mengangguk. Bima melompat dari atas bahu raksasa tersebut dan mendarat di sebelah Arimbi. Gadis itu langsung memeluknya tak peduli lagi dengan makhluk lain yang melihatnya. "Ini... bagaiamana bisa terjadi!? Dharmawangsa yang sudah hilang puluhan tahun silam ternyata masih hidup!" ucap Raja Baka terheran-heran. Ad

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    84.Ujian Ilusi

    Makhluk dengan muka hancur itu melayang mendekati tumpukan mayat siluman yang dibantai oleh Bima dan Arimbi. Wajahnya terlihat sangat marah dan kesal. Matanya yang tak mempuyai kelopak mata melotot ke arah mereka berdua membuat bulu kuduk berdiri. Tanpa suara tubuh makhluk itu perlahan menyusut menjadi kabut tipis. "Arimbi, hati-hati,ini adalah ilusi... ternyata sejak awal kita telah memasuki medan ilusi yang dia ciptakan..." kata Bima. Namun Arimbi tak menjawab. Ketika Bima menoleh, dia tak melihat Arimbi yang tadi ada di sampingnya. Bima menoleh ke berbagai arah dengan tatapan nanar. "Hikhikhik," tiba-tiba terdengar tawa cekikikan dari arah belakang Bima. Namun saat Bima menoleh, tak ada siapa pun di sana. "Iblis Es...! Iblis Es!" panggil Bima dalam hati. Namun tak ada jawaban dari Iblis yang ada di dalam tubuh Bima. "Seorang manusia berani sekali masuk ke dalam sarangku... hikhikhik, apakah kau tak tahu kisah tentangku? Aku adalah siluman yang mempunyai kekuatan penakluk Ibl

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    85.Iblis Tanduk Emas

    Palu besar itu melesat ke arah Bima. Dengan cepat Bima segera berkelit ke kiri. Namun dari arah depan telah menyambut satu gelombang beraura hitam dari telapak tangan Iblis Tanduk Hitam. Tak bisa menghindar lagi, Bima segera kerahkan tenaga dalamnya. Cahaya biru keluar dari tangannya membentuk sebuah bola. Dengan cepat Bima melempar Ajian Bola Iblis miliknya itu ke arah gelombang hitam. Wooossshhh! Gelombang hitam itu terbelah oleh serangan Bima. Aura gelapnya terserap masuk kedalam ajian Bola Iblis. Bola itu pun terus melesat ke arah Iblis Tanduk Hitam. Karena kaki kirinya telah putus, makhluk itu pun tak bisa menghindari nya. Dia akhirnya menggunakan tangan untuk menangkis. Blaaaarrr! Tubuh besar itu terpental ke udara dalam keadaan tangan hancur kanan hancur. Bima menarik napas lega. Matanya menatap ke arah depan. Iblis Tanduk Hitam itu tak bisa bangkit lagi. Tubuhnya membiru dan membeku. Meski tak tewas, dia terlihat kesakitan. Bima melompat ke arah Iblis tersebut. "Aku a

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-10
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    86.Aku Adalah Kamu!

    Melihat dua Iblis Tanduk Emas itu menyerang dengan ganas ke arahnya, Bimasena seketika teringat pada buah Iblis yang dia bawa. Dengan cepat dia mengambil buah itu lalu memakannya. Dalam keadaan kesakitan karena penyembuhan secara paksa, Bima meraih pedangnya lalu dengan cepat menangkis serangan pedang Iblis yang pertama. Trang! Tubuh Bima berlutut saat menahan kekuatan Iblis tersebut. Iblis kedua datang dengan tendangan kaki. Buak! Tubuh Bima kembali terpental dan menabrak pohon yang belum lama ditabrak nya juga. Prak!Pohon itu hancur patah menjadi dua. Tubuh Bima masih terpental hingga jatuh ke tanah. Rasa sakit yang dia terima sungguh luar biasa. Namun Bima masih berusaha berdiri dengan susah payah. Luka-luka di tubuhnya masih dalam proses penyembuhan. Luka barunya pun ikut menutup kembali. Kedua Iblis itu kembali menerjang tak peduli lawan dalam keadaan kesakitan. Bima berteriak keras lalu menebas ke arah dua Iblis itu dengan jurus Pedang Pemotong Roh. Dua cahaya biru me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-11
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    87.Melawan Diri Sendiri

    "Aku adalah kamu...!" kata wanita pucat itu kepada Arimbi. Gadis itu sontak terkejut dengan ucapan wanita berkulit pucat itu. "Jangan ngawur kau mayat hidup! Aku ya aku! aku bahkan tak kenal siapa dirimu!" bentak Arimbi marah. Wanita yang menyerupai Arimbi itu tertawa kecil. "Apakah kau tahu, apa yang kau inginkan di dalam lubuk hatimu yang paling dalam...? Apakah kau menjadi lupa setelah kau bertemu pemuda separuh Iblis itu?" tanya sosok itu. Arimbi terdiam. Dia tak tahu apa maksud dari sosok yang menyerupai dirinya itu. "Apa maksud mu!?" tanyanya. "Kamu sungguh melupakannya Arimbi, tujuan utamamu mendekati Bima adalah kekuatan Iblis yang ada pada tubuhnya, apa aku salah bicara?"Mata Arimbi melotot marah. "Aku tidak pernah berpikiran seperti itu!" sanggahnya. "Hikhikhik, kau berani mengelak...!? Lalu apa kau ingat ucapan gurumu Nyai Rantak sebelum meninggal? Dia memintamu mencari manusia setengah Iblis agar bisa menghidupkannya kembali dari kematian buatan dia sendiri! Saat

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-11
  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    88.Jembatan Kematian

    Setelah Iblis Tanduk Emas tewas oleh pedang Bimasena, perlahan kabut pun terkuak dan Bima terkejut melihat Arimbi yang tengah duduk di dekat tengah jalan menuju jembatan. "Arimbi?" panggil Bima. Gadis yang sedang menelungkupkan wajahnya itu mendongak. Dia melihat Bima yang berdiri di depannya dalam keadaan penuh luka. "Kakang," Bima tersenyum lalu roboh di depan Arimbi. Gadis itu yang semula ragu jika di hadapannya adalah Bima, segera mendatangi pemuda tersebut. Sekarang dia yakin itu adalah Bima. Ketika Arimbi meraba kulit Bima, dia merasakan panas. Di tambah banyak luka di sekujur tubuhnya yang membuat Bima merintih kesakitan. "Aku yakin dia bertemu lawan yang tangguh..." batin Arimbi. Dia teringat buah Iblis yang Bima bawa untuk bekal. Dengan cepat gadis itu mencari buah tersebut. Akhirnya dia menemukan satu buah yang tersisa. "Kakang, makan buah ini agar kamu segera sembuh..." ujar Arimbi. Bima menggigit buah yang Arimbi sodorkan. Dia mengunyah nya beberapa saat lalu men

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-02-12

บทล่าสุด

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    173.Bertemu Arimbi

    Bima seperti baru tersadar dari mimpinya. Dia menatap ke depan. Pedang Darah milik Bima telah menempel di lehernya sendiri. "Kamu kalah, pendekar..." ucap Ratu Agung sambil tersenyum. Bima menatap Ratu itu dengan tatapan tajam. "Ssjak kapan dia merebut pedang ku? Apakah tadi hanya ilusi...?" batin Bima. Ratu Agung memasukkan kembali pedang Darah itu ke sarungnya lalu melemparkan nya ke arah Bima. "Jangan khawatir, aku bukanlah Ratu yang ingkar janji. Semua yang kamu alami tadi adalah nyata, dan hanya aku dan kamu yang tahu apa yang kita bicarakan tadi," kata Ratu sambil berjalan ke dalam istananya. "Pelayan, siapkan kamar tamu kehormatan untuk dua orang ini, sekarang mereka telah menjadi tamu di Klan kita. Jangan ada yang berani menyentuh mereka, tanpa seijinku!" kata Ratu Agung sambil masuk ke dalam istana. Para siluman Elang membungkuk hormat. Ratu Azalea menatap ke arah Ratu Agung tanpa berkedip. "Pertarungan tadi, sepertinya aku merasa ada yang aneh. Tatapan mata Kakang B

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    172.Pengatur Waktu

    Bima telah berpindah tempat dengan belati petir miliknya. Sasaran yang dia tuju adalah belakang tubuh Ratu Agung yang terbuka. Sementara Ratu Agung sibuk menahan Seribu Duri Es milik Bima, pemuda itu telah menghilang dari tempatnya dan berada di belakang tubuh Ratu Agung. "Mati kau..." batin Bima yang dengan yakin langsung menusuk tubuh Ratu Agung dengan pedang Darah miliknya. Jleb! Pedang Darah menancap di punggung Ratu Agung. Bima menatap dengan aneh karena Ratu Agung tidak berteriak kesakitan atau pun terdorong ke depan oleh tekanan pedang darah miliknya. "Apa yang terjadi...?" batin Bima yang merasa sangat aneh pada sosok Ratu Agung di depannya itu. "Kamu sedang apa?" bertanya satu suara dari atas kepala Bima. Bima segera mendongak ke atas dengan tatapan terkejut. "Sayap Perak!?" seru Bima yang sangat terkejut melihat sayap di belakang tubuh Ratu Agung. "Benar, sayap Perak, sayap milik kekasihmu Arimbi yang telah kamu tinggalkan... Aku merasa sayang dengan kekuatan sejati

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    171.Ratu Agung Vs Bima

    Bima berteriak keras. Aura biru di dalam tubuhnya semakin banyak yang keluar membuat gelombang kekuatan yang dahsyat. Semua orang menatap dengan takjub. Bima telah menembus Ranah Tulang Dewa karena amarahnya yang melebihi batas. Mendengar perkataan Ratu Agung sebelumnya membuat Bima menduga Arimbi telah di jatuhi hukuman mati dia bulan yang lalu. Hal itu membuat Bima merasa sangat bersalah karena tidak paham maksud dari Pedang Shang Widi yang ditancapkan di depan goa. "Ternyata begitu... Seandainya aku datang waktu itu, dia bisa selamat... Bodohnya aku malah justru berlatih sayap es dan membiarkan nya mati..." batin Bima dengan tinju terkepal. Namun berkat amarah murni dan rasa bersalahnya, Bima justru melakukan terobosan yang tidak dia sangka sama sekali. Dia naik ke Ranah Tulang Dewa tahap Awal. Sungguh di luar dugaan. "Secara tak langsung, Ratu itu justru membantu dirinya naik Ranah, sungguh satu hal yang jarang terjadi," Kata Iblis Es. "Bakat Bima memang luar biasa, aku sem

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    170.Mendatangi Istana Elang Dewa

    Bima dan Ratu Azalea melangkah keluar goa. Long dan Canglong mengantar mereka hingga di mulut goa. "Berhati-hatilah anak muda, setahuku Ratu Agung bukan pendekar biasa, sejauh ini kekuatannya belum pernah muncul. Namun jika yang mengantar pedang itu adalah dia, itu artinya dia adalah pendekar yang sangat kuat," kata Long. Bima mengangguk. "Bisa sampai di pulau ini tanpa di ketahui oleh indra ku saja sudah hebat, itu sudah cukup membuatku harus memperhitungkan kekuatan nya." kata Bima menyahut. "Bagus, kamu juga sudah meningkat pesat dalam beberapa bulan ini, aku yakin pada kekuatan milikmu," Ucap Long sambil tersenyum. Bima mengulurkan tangannya. Jemari lembut Ratu menerimanya. Ratu cantik itu memeluk tubuh Bima. "Pegangan yang erat," kata Bima. Ratu Azalea mengangguk. Mata Bima pun menyala biru. Sayap es dari punggungnya keluar dengan cahaya warna biru indah. Sesaat Bima menoleh kearah Long dan Canglong. "Jaga diri kalian baik-baik, kita akan berjumpa lagi di lain waktu," ka

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    169.Pesona Ratu Pemikat

    Bima mendarat di depan goa dan melihat Ratu Azalea yang tengah menatapnya. "Ada apa Ratu? Kamu tidak tidur?" tanya Bima sambil mendekati Ratu. Sayap tulang es miliknya masuk kembali kedalam tubuhnya. Ratu tersenyum manis. Bima tak pernah bosan melihat senyuman itu. Hatinya terasa damai seketika. "Aku sedang melihat kakang berlatih, sekarang kakang sudah mempunyai tulang es, sungguh pencapaian yang luar biasa," puji Ratu. Bima mendekat di depan Ratu Azalea. Diraihnya tangan wanita itu. "Aku ingin kuat dan bisa melindungi dirimu dengan kekuatan ku. Itu adalah janjiku pada guru Tanduk Api," ucap Bima sambil menatap mata Ratu Azalea. Ratu tersipu malu. Selama beberapa bulan ini baru kali ini Bima mendekatinya lagi. Pemuda itu sangat keras berlatih hingga tak peduli waktu sama sekali. Berada di dekat pemuda itu secara langsung membuat Ratu kembali merasakan debaran yang belum pernah dia rasakan. "Aku senang, tapi... Kamu berlatih terlalu keras sehingga tidak menoleh kearahku sama s

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    168.Dunia Semesta

    Bima bangkit berdiri. Sayap nya bergerak beberapa kali. Dia menatap sayap es miliknya dan terkagum-kagum. "Iblis Es, aku berhasil..." kata Bima girang. "Hmhm,kamu adalah seorang yang jenius. Dalam sejarah dunia ini dan para Iblis, hanya kamu seorang yang berhasil mengganti tulang milikmu dengan tulang es." kata Iblis Es. "Apa!? Hanya aku seorang katamu!?" tanya Bima. "Benar, mereka kebanyakan takut mengambil tindakan. Terlalu berpikir pada akibat dan kegagalan. Mereka tidak mempunyai ketangguhan jiwa sehebat dirimu. Kamu, sama seperti aku, tanpa rasa takut," kata Iblis Es. "Luar biasa jika benar demikian, aku sudah merasakan aura tenaga dalamku semakin meningkat. Sepertinya aku akan naik ke ranah berikutnya," kata Bima. "Hoo? Itu sangat bagus, sekarang cobalah kamu terbang untuk pertama kali. Seharusnya itu mudah bagimu, meski sedikit kesulitan mengendalikan tulang es milikmu untuk pertama kalinya." kata Iblis Es. Bima mengangguk. Dia segera mengepakkan sayap es miliknya. Perla

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    167.Tulang Es

    Bima mulai memasukkan elemen es ke dalam tulang nya secara perlahan. Wajahnya terlihat sangat pucat dengan raut wajah kesakitan. "Aku harus bertahan... Aku tidak boleh gagal!" batin Bima. "Lakukan secara perlahan dan berkesinambungan, jangan berhenti, kamu akan gagal dan bisa mengakibatkan cacat permanen pada tulang!" kata Iblis Es. Ratu Azalea menatap dari dalam goa. Dia melihat apa yang sedang Bima lakukan. "Penyatuan elemen dan tulang? Di Ranah Keabadian Tahap Akhir seharusnya belum bisa melakukannya, bagaimana kakang bisa mengetahui teknik itu?" batin Ratu Azalea. Bima berteriak keras saat elemen es mulai mengalir di seluruh tulang yang ada pada tubuhnya. Rasa sakit yang luar biasa membuatnya berteriak setinggi langit. Ratu Azalea hanya bisa melihat sambil menutup matanya. "Aku yang sudah berada di ranah Cakrawala saja tidak pernah berani menyatukan elemen dengan tulang, bagaimana bisa pemuda yang masih berada di Ranah Keabadian ini berani mengambil tindakan senekat ini? Ap

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    166.Melatih Elemen Es

    Bima terpaku melihat pedang yang menancap di atas tanah. Pedang yang sangat tidak asing baginya. "Pedang Shang Widi...!?" dengan cepat Bima mendekati pedang tersebut. Bima mencabut pedang itu dan melihat bercak darah di pinggiran pedang. "Darah ini masih baru, mungkin belum jauh dari sini, siapa orang yang membawa pedang ini, apa maksudnya dia menancapkan pedang ini di sini!" Bima menatap tembok pedang es raksasa. "Aku terlalu sering menggunakan kekuatan Iblis Tanduk Api. Hanya dua kali saja sudah membuat beberapa tubuh bagian dalamku sakit, apa yang harus aku lakukan?" batin Bima. Ratu Azalea keluar dari dalam goa bersama Long. Mereka melihat Bima yang terlihat gelisah sambil membawa pedang. "Ada apa kakang?" tanya Ratu Azalea sambil memegang lengan Bima dengan lembut. "Pedang ini adalah pedang yang selalu dibawa Arimbi. Aku meminjamkannya saat kami berpetualang bersama ke Hutan Awan Hitam. Dan setelah pedang ini hilang bersama Arimbi, tiba-tiba dia sudah ada di sini," kata Bi

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    165.Asmara Dua Ratu

    Bima dan Long masuk ke dalam goa. Sekarang mereka telah aman dari ancaman Klan Elang Dewa. "Mengenai telur naga itu, apakah kamu masih ingin memberikannya padaku?" tanya Bima. Long menoleh lalu tersenyum. "Setelah melihatmu bertarung dengan kekuatan sehebat itu, aku menjadi lega telah menitipkan nya padamu, kelak, Qinglong akan menjadi pendekar yang hebat juga di bawah bimbingan mu," kata Long. Bima menepuk jidatnya. Dia pikir setelah masalah Klan Elang Dewa selesai, maka telur itu juga aman berada di pulau itu. "Setelah Canglong lahir, aku juga akan mendidiknya dan mengenalkan tentang dirimu padanya," kata Long lagi. "Yah, terserah apa yang kamu mau saja," sahut Bima. Ratu Azalea keluar dari dalam goa. Long terpaku setelah melihat sosok Ratu Azalea. "Kau... Bukankah kau yang menolong diriku dan Yin Long seratus tahun yang lalu?" tanya Long dengan bibir bergetar. Ratu Azalea memejamka

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status