Tangan kanan raksasa Iblis Tanduk Api itu putus setelah terkena satu tebasan pedang milik Bima. Teriakan keras terdengar membuat telinga siapa pun yang mendengarnya merasa sakit. Tangan besar itu jatuh di atas tanah hingga terdengar suara keras menggetarkan tanah. Darah berwarna biru pucat mengucur deras bagaikan air terjun. Iblis raksasa itu berteriak kesakitan. Urat besar di keningnya menyembul karena menahan rasa sakit bercampur dingin yang luar biasa. Tubuhnya terlihat bergetar. Racun Es dari serangan Bima mulai menjalar ke seluruh tubuh raksasa Iblis tersebut. Bima tersenyum kecil. "Aku sudah menduga, kenapa Iblis Tanduk Api terlihat lemah di banding tiga Iblis Legendaris lainnya," kata Bima dalam hati. "Apa yang kau duga anak muda?" tanya Iblis Es. "Aku yakin karena warisan itu," jawab Bima. "Hahaha! Sepertinya dugaanmu sangat tepat, tapi saat kamu mendapatkan warisan, kamulah yang berhak atas semuanya, bukan mereka. Mereka adalah iblis-iblis yang gagal mewarisi kekuata
"Hei! Apa kau tak mau lanjut terung denganku?" tanya Bima sambil melempar krikil ke arah Iblis raksasa yang duduk termenung. Iblis raksasa itu menoleh. Dia ambil batu besar lalu balas melempar ke arah Bima. Pemuda itu sontak saja melompat untuk menghindar. "Sialan! Aku melemparmu menggunakan krikil! Kenapa kau balas dengan batu sebesar itu!?" teriak Bima. Iblis itu terdiam sambil menatap Bima. Sejurus kemudian dia tertawa terbahak-bahak. Bima tak mengerti kenapa Iblis sebesar itu bisa tertawa. "Manusia setengah Iblis bodoh! Bagiku batu besar itu adalah krikil!" ucap raksasa Iblis itu. Bima merasa ada yang aneh dengan makhluk besar itu. Dia segera melompat mendekat. "Apakah kau sekarang tidak mengajak bertarung lagi?" tanya Bima. "Kenapa aku harus menyerangmu? Kau juga bangsa Iblis meski hanya separuh tubuhmu, oh iya, aku berterimakasih padamu, kau telah menyelamatkan diriku dari kutukan sialan ini!" kata Iblis itu. "Kutukan? Apa maksudmu?" tanya Bima. "Aku adalah pendekar dar
Semua mata mengarah pada pepohonan yang tersibak. Suara langkah kaki berat masih terdengar. Duk! Duk! Duk! Hingga akhirnya muncul Iblis raksasa itu dari rimbunnya pepohonan pinus. Semua yang ada di situ bersikap waspada dan siap-siap jika terjadi serangan. Kepala Dharmawangsa mendekat ke arah mereka dan menatap sosok Dharmasraya. "Hai, Dharmasraya... Masih ingat pada kakakmu ini?" tanya Dharmawangsa. Terkejut semua yang mendengar Iblis itu menyebut nama Dharmasraya. Terlebih lagi Dharmasraya yang sangat kaget. Mereka berdua saling bertatap mata. "Kau... apakah kau kakakku? Dharmawangsa?" tanya Dharmasraya dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Raksasa Iblis itu mengangguk. Bima melompat dari atas bahu raksasa tersebut dan mendarat di sebelah Arimbi. Gadis itu langsung memeluknya tak peduli lagi dengan makhluk lain yang melihatnya. "Ini... bagaiamana bisa terjadi!? Dharmawangsa yang sudah hilang puluhan tahun silam ternyata masih hidup!" ucap Raja Baka terheran-heran. Ad
Makhluk dengan muka hancur itu melayang mendekati tumpukan mayat siluman yang dibantai oleh Bima dan Arimbi. Wajahnya terlihat sangat marah dan kesal. Matanya yang tak mempuyai kelopak mata melotot ke arah mereka berdua membuat bulu kuduk berdiri. Tanpa suara tubuh makhluk itu perlahan menyusut menjadi kabut tipis. "Arimbi, hati-hati,ini adalah ilusi... ternyata sejak awal kita telah memasuki medan ilusi yang dia ciptakan..." kata Bima. Namun Arimbi tak menjawab. Ketika Bima menoleh, dia tak melihat Arimbi yang tadi ada di sampingnya. Bima menoleh ke berbagai arah dengan tatapan nanar. "Hikhikhik," tiba-tiba terdengar tawa cekikikan dari arah belakang Bima. Namun saat Bima menoleh, tak ada siapa pun di sana. "Iblis Es...! Iblis Es!" panggil Bima dalam hati. Namun tak ada jawaban dari Iblis yang ada di dalam tubuh Bima. "Seorang manusia berani sekali masuk ke dalam sarangku... hikhikhik, apakah kau tak tahu kisah tentangku? Aku adalah siluman yang mempunyai kekuatan penakluk Ibl
Palu besar itu melesat ke arah Bima. Dengan cepat Bima segera berkelit ke kiri. Namun dari arah depan telah menyambut satu gelombang beraura hitam dari telapak tangan Iblis Tanduk Hitam. Tak bisa menghindar lagi, Bima segera kerahkan tenaga dalamnya. Cahaya biru keluar dari tangannya membentuk sebuah bola. Dengan cepat Bima melempar Ajian Bola Iblis miliknya itu ke arah gelombang hitam. Wooossshhh! Gelombang hitam itu terbelah oleh serangan Bima. Aura gelapnya terserap masuk kedalam ajian Bola Iblis. Bola itu pun terus melesat ke arah Iblis Tanduk Hitam. Karena kaki kirinya telah putus, makhluk itu pun tak bisa menghindari nya. Dia akhirnya menggunakan tangan untuk menangkis. Blaaaarrr! Tubuh besar itu terpental ke udara dalam keadaan tangan hancur kanan hancur. Bima menarik napas lega. Matanya menatap ke arah depan. Iblis Tanduk Hitam itu tak bisa bangkit lagi. Tubuhnya membiru dan membeku. Meski tak tewas, dia terlihat kesakitan. Bima melompat ke arah Iblis tersebut. "Aku a
Melihat dua Iblis Tanduk Emas itu menyerang dengan ganas ke arahnya, Bimasena seketika teringat pada buah Iblis yang dia bawa. Dengan cepat dia mengambil buah itu lalu memakannya. Dalam keadaan kesakitan karena penyembuhan secara paksa, Bima meraih pedangnya lalu dengan cepat menangkis serangan pedang Iblis yang pertama. Trang! Tubuh Bima berlutut saat menahan kekuatan Iblis tersebut. Iblis kedua datang dengan tendangan kaki. Buak! Tubuh Bima kembali terpental dan menabrak pohon yang belum lama ditabrak nya juga. Prak!Pohon itu hancur patah menjadi dua. Tubuh Bima masih terpental hingga jatuh ke tanah. Rasa sakit yang dia terima sungguh luar biasa. Namun Bima masih berusaha berdiri dengan susah payah. Luka-luka di tubuhnya masih dalam proses penyembuhan. Luka barunya pun ikut menutup kembali. Kedua Iblis itu kembali menerjang tak peduli lawan dalam keadaan kesakitan. Bima berteriak keras lalu menebas ke arah dua Iblis itu dengan jurus Pedang Pemotong Roh. Dua cahaya biru me
"Aku adalah kamu...!" kata wanita pucat itu kepada Arimbi. Gadis itu sontak terkejut dengan ucapan wanita berkulit pucat itu. "Jangan ngawur kau mayat hidup! Aku ya aku! aku bahkan tak kenal siapa dirimu!" bentak Arimbi marah. Wanita yang menyerupai Arimbi itu tertawa kecil. "Apakah kau tahu, apa yang kau inginkan di dalam lubuk hatimu yang paling dalam...? Apakah kau menjadi lupa setelah kau bertemu pemuda separuh Iblis itu?" tanya sosok itu. Arimbi terdiam. Dia tak tahu apa maksud dari sosok yang menyerupai dirinya itu. "Apa maksud mu!?" tanyanya. "Kamu sungguh melupakannya Arimbi, tujuan utamamu mendekati Bima adalah kekuatan Iblis yang ada pada tubuhnya, apa aku salah bicara?"Mata Arimbi melotot marah. "Aku tidak pernah berpikiran seperti itu!" sanggahnya. "Hikhikhik, kau berani mengelak...!? Lalu apa kau ingat ucapan gurumu Nyai Rantak sebelum meninggal? Dia memintamu mencari manusia setengah Iblis agar bisa menghidupkannya kembali dari kematian buatan dia sendiri! Saat
Setelah Iblis Tanduk Emas tewas oleh pedang Bimasena, perlahan kabut pun terkuak dan Bima terkejut melihat Arimbi yang tengah duduk di dekat tengah jalan menuju jembatan. "Arimbi?" panggil Bima. Gadis yang sedang menelungkupkan wajahnya itu mendongak. Dia melihat Bima yang berdiri di depannya dalam keadaan penuh luka. "Kakang," Bima tersenyum lalu roboh di depan Arimbi. Gadis itu yang semula ragu jika di hadapannya adalah Bima, segera mendatangi pemuda tersebut. Sekarang dia yakin itu adalah Bima. Ketika Arimbi meraba kulit Bima, dia merasakan panas. Di tambah banyak luka di sekujur tubuhnya yang membuat Bima merintih kesakitan. "Aku yakin dia bertemu lawan yang tangguh..." batin Arimbi. Dia teringat buah Iblis yang Bima bawa untuk bekal. Dengan cepat gadis itu mencari buah tersebut. Akhirnya dia menemukan satu buah yang tersisa. "Kakang, makan buah ini agar kamu segera sembuh..." ujar Arimbi. Bima menggigit buah yang Arimbi sodorkan. Dia mengunyah nya beberapa saat lalu men
Bima melanjutkan perjalanannya sendiri. Dia menyusuri jalan kecil yang berbuat dari batu. Bima merasa aneh dengan jalan batu itu. Siapa yang mau membangun nya di tengah hutan yang di penuhi Iblis. Tak berapa lama dia berjalan, dia mendengar suara gemericik air tak jauh darinya. Dengan cepat Bima bergerak menuju asal suara air tersebut. Dan benar saja, dia melihat sungai kecil dengan air dangkal. Bima mendekat, dia keluarkan kekuatan api miliknya sehingga menerangi sungai yang gelap tersebut. "Airnya jernih... apakah ini bisa di minum? Aku sudah hampir mati kehausan," batin Bima. "Kamu tak perlu ragu, air itu adalah sumber yang baik. Para Iblis pun meminumnya, kau yang bukan lagi manusia murni tidak masalah meminum air tersebut," sahut Iblis Es yang merasakan keraguan dalam hati Bima. Setelah mendengar ucapan Iblis Es, tanpa ragu lagi Bima meminum air tersebut. Saat menimum nya, dia merasa ada yang aneh dengan rasa air tersebut. "Kenapa aroma air ini wangi...?" batin Bima lagi.
Dengan sekuat tenaga Bima menangkis terjangan mulut Ular Lumut Geni tersebut. Tubuhnya terdorong keras hingga membuat tanah yang di pijaknya terbongkar."Kuat sekali...!" batin Bima. Dengan cepat kaki Bima bergerak menghantam tubuh bawah ular tersebut. Tapi percuma saja, karena tubuh ular itu keras bagaikan besi. Tendangan Bima hanya membuatnya tersentak saja. Karena tak mempan dengan tendangan, Bima sekuat tenaga melempar ular itu ke udara. Lalu pedang Darah di tangannya berkiblat cepat ke arah mata. Craaasss! Ternyata bagian mata tidak sekeras sisiknya. Ular itu menjerit kesakitan. Darah hijau menyembur dari luka di matanya. Bima mendapat petunjuk dengan melukai mata ular tersebut. "Hehe aku tau kelemahanmu sekarang," ucapnya senang. "Manusia sialan! Kau lukai mataku! Tak ada ada ampunan bagimu lagi!" teriak Ular Lumut Geni itu marah. Mulutnya menyembur kan api yang sangat banyak ke arah Bima. Wooossshhhh! Pepohonan terbakar hebat. Hutan yang gelap itu menjadi terang oleh
"Seribu Hukuman Langit!" teriak Arimbi mengerahkan serangan terkuat miliknya. Ribuan bulu perak melesat dari sepasang sayap Arimbi. Sangat cepat ke arah Siluman Ular Lumut Geni. Siluman itu tahu jika dia di serang dari belakang. Dia pun mengibaskan ekornya dengan keras. Dari kibasan ekor itu melesat gelombang angin kuning dengan dahsyat. Gelombang angin berwarna kuning itu pun menghantam semua bulu perak milik Arimbi hingga mental ke berbagai arah. Bahkan sebagian ada yang kembali ke arah Arimbi! Dengan cepat gadis itu mengelak. Namun sayang sekali kaki dan tubuhnya tersambar bulu perak miliknya sendiri.Gadis itu terpekik kesakitan saat bulu-bulu keras itu menembus dagingnya. Bima pun terlihat panik melihat kekasihnya yang terluka. Hal itu membuat nya lengah sehingga ekor ular besar itu berhasil menghantam tubuhnya dengan keras hingga dia menabrak pohon besar di belakangnya. Brak! Bima berteriak keras menahan sakit saat tubuhnya menghantam pohon besar. Tiba-tiba dari atas lan
Gunung Tanduk Api terlihat hitam gelap meski sebenarnya saat itu hari masih siang. Awan hitam yang tak pernah pergi dari atas hutan tersebut membuat kawasan luas itu bagaikan malam tanpa ada hentinya. Dua sosok terlihat berjalan dengan tergesa membelah rimbunnya hutan. Mereka tak lain dan tak bukan adalah Bimasena dan Arimbi. Mereka tergesa karena hujan yang mulai turun. Bima mencari tempat untuk berteduh sejenak dari dinginnya air hujan. "Kita berteduh di bawah pohon itu, sepertinya bisa melindungi kita dari hujan," kata Bima sambil berlari ke arah pohon besar dengan dahan yang besar. Arimbi mengikutinya dari belakang. Tubuhnya sudah basah oleh air. Sehingga dia merasa sedikit kedinginan. Air hujan dari awan hitam berbeda dengan hujan di dunia manusia pada umumnya. Di dunia para Iblis dan Siluman itu, air yang turun dari langit hitam itu sama dinginnya dengan air es. Meski Arimbi telah mengeluarkan tenaga dalam untuk menahan rasa dingin, tetap saja dia masih menggigil kedingina
(Di bab ini banyak adegan dewasa, jika pembaca tak berkenan, pembaca bisa skip saja ke bab selanjutnya, terimakasih.) Setelah pertempuran melawan Gadis Tengkorak, Bima dan Arimbi memutuskan untuk menginap sehari lagi di penginapan Iblis. Sehingga sesuai aturan, bahwa mereka harus menginap tiga hari di penginapan tersebut. Malam itu, mereka berdua bercumbu layaknya sepasang kekasih. Kali ini Bima yang sudah mendapat sedikit pengalaman dari Dara, memulai permainan dengan mahir. Arimbi cukup terkejut malam itu merasakan sentuhan dan kecupan Bima yang lebih hangat dari biasanya. Dia pun hanya mengikuti apa yang Bima lakukan dengan desahan dan napasnya yang memburu. Perlahan Bima lepas pakaian atas Arimbi. Terlihat lah bahu mulus bersih gadis itu berkilau terkena cahaya obos yang temaram. Dengan lembut Bima kecup bahu Arimbi membuat gadis itu mendongak menahan perasaan yang belum pernah di rasakan. Melihat bibir Arimbi yang merekah merah membuat Bima tak tahan untuk menciumnya. Mere
Brakk! Tubuh Bimasena menghantam pohon dengan keras hingga pohon itu hancur. Bima mengerang kesakitan. Siluman serigala itu semakin liar dengan serangannya. Dengan sedikit kesulitan Bima bangkit berdiri. "Jiwamu belum menyatu dengan Rantai Tulang Iblis ini, jadi kekuatan terkuat nya belum bisa kita gunakan," ucap Iblis Bayangan. "Sial... apa yang harus kita lakukan? Mereka sangat liar dan kuat..." kata Bima sambil menatap ke arah Arimbi yang bertarung mati-matian. "Terus berusaha, Rantai Tulang itu akan terbiasa dengan kekuatan milikmu!" sahut Iblis Bayangan. Bima mengulurkan tangan kanannya yang hitam legam. Rantai Tulang Iblis itu perlahan keluar dan melata di atas tanah bagaikan ular. "Sekarang kita akan mencobanya," kata Bima lalu menggerakkan tangan kanannya seperti melecut cambuk. Seeettt! Rantai Tulang Iblis itu melesat ke arah siluman serigala yang tengah mengeroyok Arimbi. Jleeb! Satu serigala tertancap ujung Rantai yang berbentuk ujung pedang yang lancip. Setelah
"Lelaki semuanya sama, silau dengan kemolekan tubuh wanita. Bagai kerbau di cocok hidungnya, mereka akan menurut kalau sudah terpesona," kata Suari sambil melempar senyuman manis ke arah Bima. Dari cara dia berjalan sudah membuat mata pria mana pun akan terpaku, di tambah dengan pakaian tipis yang hanya satu helai membuatnya nyaris seperti tidak menggunakan pakaian. Siapa yang tidak kelojotoan dengan pemandangan tersebut. Tiba-tiba terdengar ledakan dari dalam rumah penginapan. Lalu melesat satu sosok berpakaian putih ke arah Suari. Gerakannya sangat ringan. Dengan satu serangan cepat dia telah berada di depan wanita Iblis tersebut. "Berani menggoda kekasih orang! Apakah kau sudah tidak ingin hidup!?" teriak sosok berpakaian putih yang tak lain adalah Arimbi. Suari terkejut dengan serangan mendadak tersebut. Namun dia telat, karena telapak tangan kanan Arimbi telah menghantam dadanya dengan telak hingga tubuhnya terpental jauh. Siluman Gadis Tengkorak terkejut melihat Arimbi yan
Bima mendobrak dua pintu lainnya. Namun tak berhasil. Dua pintu itu adalah pintu kamar Iblis Neraka dan Iblis Tanduk Api. Jelas Bima tak mungkin bisa membukanya karena dia tak mempunyai kekuatan dua Iblis tersebut. "Sial... Kemana aku harus mencarinya...?" batin Bima. "Aku merasakan ada hawa siluman, waspada!" kata Iblis Bayangan mengingatkan. Bima menghunus pedangnya. Dia pun mempertajam penglihatan dan pendengarannya. Siluman Gadis Tengkorak itu bergerak nyaris tanpa suara. Namun ada satu yang tidak hilang dari siluman itu, yaitu aura siluman nya. Meski sangat tipis, namun Bima bisa merasakannya. "Benar... dia mengintai kita," batin Bima. "Tak masalah, siluman adalah makanan pedang Darah milikmu, senjata Rantai Tulang Iblis juga bisa berguna saat pertarungan, jadi manfaatkan dua senjata itu untuk menjadi pembunuh yang hebat!" kata Iblis Bayangan. "Hei, Iblis Bayangan..." panggil Bima. "Apa?" tanya Iblis Bayangan. "Kau lebih cerewet dari Iblis Es, hahahaha!" ujar Jaka lalu t
Pedang Darah di tangan Bima menusuk leher Gadis Tengkorak. Namun saat pedang itu menembus lehernya, wujud makhluk menyeramkan itu berubah menjadi asap hitam. Asap hitam itu melayang keluar dari rumah penginapan. Dengan cepat Bima segera mengikutinya. Namun sesampainya di luar, Bima kehilangan jejak. Dia segera kembali masuk ke dalam dan mencari Arimbi. Setiap kamar dia dobrak. Namun tak ada satu pintu pun yang jebol. Padahal itu hanyalah pintu kayu. "Kenapa pintu ini sangat kuat!?" batin Bima. "Pintu ini mengandung aura milikku, sepertinya aku pernah masuk ke dalam sini, coba kau pakai kekuatan milikku anak muda," usul Iblis Bayangan. Bima segera mengerahkan kekuatan Iblis Bayangan. Ternyata hanya dengan mendorong perlahan saja pintu itu telah terbuka. Benar saja apa yang di katakan Iblis Bayangan. Namun di dalam kamar itu kosong tak ada apa pun. Ketika Bima akan memutar tubuhnya, Iblis Bayangan menahannya. "Tunggu sebentar Bima! Coba kau masuk ke dalam dan cari tahu, aku meras